K
I
S
A
H
R
A
S
U
L
U
L
L
A
H
S
A
W
Kisah Nabi Muhammad SAW adalah sejarah satu-satunya yang pernah Allah ciptakan.
Dunia tidak akan pernah melihat lagi kisah sejarah seperti yang pernah terjadi di zaman Nabi Muhammad SAW .
Dunia tidak akan pernah melihat lagi kisah sejarah seperti yang pernah terjadi di zaman Nabi Muhammad SAW .
Kisah Nabi Muhammad SAW ini adalah kisah sejarah yang paling besar dan paling agung yang pernah terjadi.
Peradaban manusia berubah dengannya. Sejarah Rasulullah SAW sarat dengan berbagai rahasia dan perkara tersirat yang sedetik darinya pun cukup berharga untuk dipelajari untuk menjadi bacaan dan panduan kepada umat Islam dan manusia seluruhnya.
Alangkah ruginya apabila kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW tidak tau kehebatan perjuangan Rasulullah saw. Perjuangan Baginda SAW penuh hikmah untuk umat akhir zaman yang perlu direnungkan, diangkat dan disebarluaskan kepada umat yang mendamba kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.
KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 91.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 91* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Abdullah Bin Ubay* Semua keberhasilan Rasulullah ﷺ itu membuat hati Abdullah bin Ubay berubah semakin sesak karena dengki. "Jika ini dibiarkan, lenyap sudah impianku untuk menjadi pemimpin Madinah lagi seperti dulu!" demikian pikirnya. "Aku harus mencari jalan untuk menjauhkan Muhammad dari umatnya." Abdullah bin Ubay mulai menyebarkan desas-desus, "Mengapa Rasulullah ﷺ memberi bagian harta rampasan kepada Utsman bin Affan? Padahal, Utsman tidak ikut ke Perang Badar! Ini pasti karena Utsman lebih dicintai dari kita semua!" "Namun para sahabat Rasulullah ﷺ segera mendatangi Abdullah bin Ubay dan memberinya peringatan agar tidak menyebarkan desas-desus. "Utsman sudah berkeras ingin pergi, tetapi Rasullullah ﷺ memerintahkan agar tinggal di rumah dan merawat Rukayah, putrinya yang sedang sakit! Jadi, sebenarnya Utsman juga berhak atas rampasan perang!" demikian kata beberapa sahabat. Abdullah bin Ubay terdiam, tetapi ia pun mencari jalan lain. Kemudian disebarkannya desas-desus, "Muhammad itu mengajarkan agar kita berpaling dari harta dunia, tapi sebenarnya harta tebusan yang banyak itu ia gunakan untuk makan dan minum enak serta memiliki perabotan rumah yang mewah layaknya Kaisar Persia!" Sambil menebarkan desas desus itu Abdullah bin Ubay diam-diam mendatangi seorang wanita Anshor dan menyuruhnya memberikan permadani yang indah dan sangat mahal kepada Aisyah. Tanpa ada rasa curiga, Aisyah yang masih muda dan lugu pun menerimanya dengan senang. Ketika Rasulullah ﷺ mendengar berita ini, beliau segera pulang dan menemui istrinya Aisyah yang sedang duduk-duduk di atas permadani yang mahal itu. Wajah Aisyah berseri-seri memiliki perabotan seindah itu. "Aisyah, apa ini?" tanya Rasulullah ﷺ "Seorang wanita Anshor datang ke sini dan melihat tikarmu," jawab Aisyah. "Ia kemudian mengutus orang agar menyampaikan permadani ini kepadaku." Rasulullah ﷺ menyuruh Aisyah untuk mengembalikan permadani itu. Kemudian beliau tidur di atas tikarnya yang biasa kembali. Abdullah bin Ubay walaupun telah menyatakan diri sebagai Muslim dia tetap bersikap keras kepada Rasulullah ﷺ, dan menganggap Rasulullah tidak adil karena dianggap telah merampas kekuasaannya yang dipegangnya sebelum Rasulullah ﷺ datang ke Madinah. Abdullah bin Ubay pun selalu berusaha memalingkan manusia dari ajaran Islam. *Tidur di atas Tikar* Umar Bin Khattab bergegas mendatangi rumah Rasulullah ﷺ. Ia ingin membuktikan bahwa desas-desus yang disebarkan orang tentang Rasulullah ﷺ yang memiliki perabot mewah itu sama sekali tidak benar. Ketika Umar sampai di rumah Rasulullah ﷺ, sama sekali tidak dilihatnya perabot-perabot mewah yang didesas-desuskan itu. Rumah Rasulullah ﷺ tetap seperti dulu, tidak ada sama sekali yang berubah. Mengetahui Umar Bin Khattab datang, Rasulullah ﷺ bangun dari atas tikarnya. Seketika itu, Umar melihat bekas-bekas tikar yang kasar membekas pada tubuh Rasulullah ﷺ. Tidak kuat menahan haru akhirnya Umar menangis. Rasulullah ﷺ berpaling heran lalu beliau bertanya lembut, "Ya Umar, Apa yang menyebabkan engkau menangis?" "Bagaimana aku tidak akan meneteskan air mata jika aku melihat bekas-bekas tikar itu melekat pada tulang rusukmu. Hanya inilah harta kekayaanmu yang aku tahu. Sedangkan Kaisar Romawi dan Persia hidup dalam gelimangan harta benda." Rasulullah ﷺ merasakan betul kesedihan Umar. Beliau lalu menghibur Umar dengan memberikan pelajaran bahwa nilai seseorang tidaklah ditentukan oleh harta kekayaan yang dimilikinya, tetapi tergantung pada kemampuannya untuk menyebarkan kebahagiaan kepada orang lain. Kebajikan akan membuat seseorang menjadi kekal. Orang yang terus-menerus melakukan kebaikan, akan menghasilkan buah kebaikan pula untuk selama-lamanya. Sabda Rasulullah ﷺ agar kita selalu bersyukur: "Apabila di antara kamu sekalian melihat orang yang dianugerahi harta dan rupa, maka hendaklah ia melihat orang yang lebih rendah dari mereka, karena hal itu lebih pantas agar kamu tidak merasa kekurangan nikmat yang Allah berikan kepadamu." *_Bersambung_*.Bagian 92.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 92* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Kesedihan Umar* Setelah perang Badar, beberapa wanita menjadi janda karena suaminya gugur. Rasulullah ﷺ berusaha meringankan beban para wanita itu dengan memberikan santunan dari hasil rampasan perang. Bagi wanita yang masih muda, Rasulullah ﷺ berusaha menikahkan mereka dengan sahabat lain yang mampu. Hafshah putri Umar Bin Khattab, adalah salah seorang wanita muda yang ditinggali suaminya yang telah syahid. Umar tentu sangat sedih memikirkan nasib putrinya. Maka, ia pun pergi menemui Utsman bin Affan dan bertanya apakah Utsman bersedia menikahi Hafshah? "Maaf, saya sedang tidak bersedia untuk menikah lagi." demikian jawab Utsman. Umar kemudian mendatangi Abu Bakar dan bertanya apakah Abu Bakar bersedia menikahi Hafshah. Namun, Abu Bakar diam saja. Dengan sedih, Umar Bin Khattab menemui Rasulullah ﷺ dan mengadukan nasib Hafshah serta penolakan kedua sahabatnya itu. Rasulullah ﷺ tersenyum menghibur, "Hafshah akan menikah dengan orang yang lebih baik daripada Abu Bakar dan Utsman." Umar Bin Khattab menatap Rasulullah tidak mengerti. Siapakah yang lebih baik daripada Abu Bakar dan Utsman? Ternyata, Rasulullah sendiri yang melamar Hafshah. Subhanallah, saat itu juga, perasaan Umar Bin Khattab meluap dengan kegembiraan yang tidak terlukiskan. Di tengah perjalanan pulang, ia bertemu Abu Bakar dan menyampaikan berita gembira itu. Abu Bakat berkata: "Memang, Rasulullah sudah pernah membicarakan hal itu kepadaku. Karena itu, aku tidak ingin membuka rahasianya. Andaikata saja beliau tidak meminang Hafshah, sudah tentu akulah yang akan memperistrinya," demikian jawab Abu Bakar. Setelah Hafshah menjadi istri Rasulullah ﷺ maka saat itu Ibu kaum muslimin pun menjadi tiga orang: Saudah, Aisyah, dan Hafshah. Rasulullah ﷺ menetap di tempat ketiganya secara bergantian. Pada pagi hari, mereka semua berkumpul untuk mendengar nasihat Rasulullah ﷺ. Pada Sore harinya, mereka kembali berkumpul dan menceritakan semua yang mereka alami hari itu. Hal demikian menambah indah suasana rumah Rasulullah ﷺ. Sejak saat itu Umar Bin Khattab dengan gencar menganjurkan para sahabat yang lain agar mau menikahi para janda syuhada. *Persiapan Perang Quraisy* Rasa geram dan gelisah terus menghantui perasaan orang-orang Quraisy di Mekah sejak kekalahan Badar. Akhirnya para pembesar mereka berkumpul di Darun Nadwah. "Kafilah dagang yang tersisa lebih baik kita jual! Sebagian keuntungannya kita sisihkan untuk menyiapkan Angkatan Perang agar kita bisa memukul Muhammad!" demikianlah usul seorang pembesar. Usul itu pun diterima dengan suara bulat. Rapat-rapat perang terus diadakan. Ada yang berpendapat supaya kaum wanita diajak ikut. "Biar kaum wanita bertugas membakar kemarahan dan mengingatkan kepada korban-korban Badar. Kita adalah masyarakat yang sudah bertekad mati tidak akan pulang sebelum sempat melihat mangsa kita atau kita sendiri mati untuk itu!" "Saudara-saudara Quraisy," demikian sahut yang lain, "melepaskan wanita-wanita kita ke hadapan musuh bukanlah suatu pendapat yang baik, Apabila kalian mengalami kekalahan wanita-wanita kita pun akan tertawan." Tiba-tiba Hindun bin Utbah Istri Abu Sufyan berteriak, "Kamu yang selamat dari Perang Badar bisa kembali bertemu istrimu, itu sebabnya kamu tidak berjuang mati-matian. Ya kami kaum wanita akan berangkat dan ikut menyaksikan peperangan. Jangan ada orang yang menyerukan pulang seperti gadis-gadis kita dulu dalam perjalanan ke Badar. Mereka disuruh pulang ketika sudah sampai di Juhfah. Akibatnya orang-orang kesayangan kita terbunuh karena tidak ada orang yang dapat memberikan semangat kepada mereka!" Demikianlah, akhirnya kaum wanita Quraisy diizinkan ikut dalam peperangan. Maka Hindun memanggil Wahsyi seorang budak hitam dari Habasyah. Wahsyi terkenal sebagai pelempar tombak yang lihai. "Kau akan kuberikan banyak harta jika berhasil membunuh Hamzah," demikian kata Hindun. Majikan Wahsyi Jubair bin Mut'im juga berkata, "Kau juga akan ku bebaskan jika berhasil membunuh Hamzah. Paman ku telah dibunuh orang itu dalam Perang Badar." *Pasukan Quraisy Berangkat* Setelah semua persiapan matang, pasukan Quraisy pun berangkat. Mereka terdiri atas 3000 orang dengan 3000 unta. 200 di antaranya menunggang kuda dan 700 orang berbaju besi. Di barisan belakang para wanita Mekah dan budak-budak perempuan yang cantik berjalan mengiringi. Mereka memakai perhiasan-perhiasan indah dengan wewangian semerbak. Di tengah-tengah barisan wanita itu, berjalan Hindun binti Utbah dialah yang memegang komando dari barisan wanita untuk menabuh rebana dan menyanyi. "Kalian tidak boleh mendekati kami wahai kaum laki-laki," teriak Hindun. Sorot matanya memancarkan kobaran api. "Kami bersumpah bahwa kaum laki-laki tidak boleh mendekati kami sebelum mereka menumpas Muhammad dengan semua pasukannya sehingga kami dapat pulang sambil menjinjing kepala Hamzah!" *_Bersambung_*.Bagian 93.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 93* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Semangat Quraisy* Semangat membalas dendam menyala berkobar-kobar di hati setiap tentara Quraisy. Apalagi, mereka ingin memamerkan kemampuan tempur di hadapan bunga-bunga Quraisy yang kini terus menyanyi mengorbankan semangat. Genderang bertalu-talu dan wewangian nan semerbak merebak. Belum pernah sebelumnya orang-orang Quraisy berangkat perang dengan tekad sekuat ini. Di depan, Abu Sufyan memegang komando. Dua pasukan berkuda kavaleri yang dipimpin Khalid bin Walid dan Iqlima Bin Abu Jahal mengawali Sisi kiri dan kanan. Di dusun Abwa, beberapa prajurit Quraisy hampir saja membongkar kuburan Aminah, ibunda Rasulullah ﷺ. Untung para Pembesar Quraisy segera datang dan melarang. "Nanti mereka juga akan membongkar makam-makam kita," cegah pembesar itu. Pasukan tersebut terus bergerak semakin dekat ke Madinah, mereka sudah siap beraksi bagai angin puyuh yang akan menerjang. Angin puyuh yang diliputi nyala api kemarahan dan angan-angan kemenangan yang memabukkan. Mereka mendekati Madinah dari dataran tinggi. Di tempat itu, gunung Uhud yang kasar menggunduk bagai makhluk besar yang siap menerkam. Kaum muslimin di Madinah pasti akan sangat terkejut, jika mereka tidak mengetahui meningkatnya pasukan yang jumlahnya tiga kali lebih banyak daripada pasukan yang pernah mereka taklukan di Badar. Apakah kaum muslimin mengetahui gerakan ini? Jika mereka mengetahui, strategi apa yang akan dilakukan Rasulullah ﷺ ? Akankah beliau memimpin kaum muslim bergerak menyongsong musuh atau bertahan di Madinah? *Kaum Muslimin Bermusyawarah* Paman Rasulullah ﷺ , Abbas bin Abdul Muthalib ikut dalam pasukan Quraisy itu. Ia memang masih mencintai agama nenek moyangnya, tapi hatinya sudah semakin kagum kepada keponakannya itu. Abbas ingat ketika ia diperlakukan dengan baik sebagai tawanan pada Perang Badar. Karena itulah sebelum pasukan Quraisy berangkat, diam-diam Abbas mengirimkan surat kepada seorang Bani Ghifar untuk disampaikan kepada Rasulullah ﷺ. Surat ini berisi berita pemberangkatan pasukan Quraisy. Seorang utusan Abbas memberitakan keberangkatan Quraisy kepada Rasulullah ﷺ. Rasulullah ﷺ segera mengajak para sahabat bermusyawarah. Kita akan pergi ke luar kota atau menyongsong di dalam kota. Abdullah bin Ubay mengatakan ingin bertahan di dalam kota. Musyawarah membuat semua orang jadi mengetahui sepenuhnya bahaya dan kesulitan yang mereka hadapi. Hal itu akan membuat anggota pasukan saling mempercayai. Setiap orang akan menganggap dirinya benar-benar bagian dari pasukan, sehingga mampu berjuang saling bahu-membahu. *Keberanian Para Pemuda* Para sesepuh Anshor angkat bicara, "Ya Rasulullah, tetaplah tinggal di Madinah. Jangan pergi menghadapi musuh karena itu berarti musuh sudah menang. Andaikata musuh yang datang menyerbu, kita pasti yang menang. Biarkan saja mereka di sana mengepung kita. Jika mereka memaksakan diri bertahan, berarti mereka justru berada dalam keadaan merugikan diri sendiri." Sebetulnya, Rasulullah ﷺ ingin agar kaum Muslimin menyepakati usul ini. Para sesepuh Anshor yang telah berjuang mempertahankan kota selama puluhan tahun tentu tahu benar bahwa mereka lebih baik bertahan di dalam kota. Namun tidak demikian halnya dengan para pemuda Muslim yang semangatnya sedang menyala-nyala. Mereka terpukau atas kemenangan 300 orang sahabat Rasulullah ﷺ menghadapi 1000 orang musuh pada Perang Badar. Sebenarnya, Rasulullah ﷺ memang cenderung pada pendapat para sesepuh Anshar itu. Akan tetapi, di balik itu, Rasulullah ﷺ juga mengetahui bahwa apabila mereka bertahan di dalam kota, sangat mungkin akan terjadi penghianatan dari kaum munafik atau orang Yahudi. Tiba-tiba Bilal mengumandangkan adzan. Rapat perang pun dihentikan dan Rasulullah ﷺ memimpin mereka melaksanakan shalat Jum'at. Khutbah Rasulullah ﷺ kali itu berisi ajakan agar kaum muslimin menabahkan hati untuk memperoleh kemenangan. Kemudian dimintanya kaum muslimin bersiap menghadapi musuh. Setelah sholat Jumat, rapat dilanjutkan lagi, Saad bin Khaitsama berkata, "Semoga Allah memberikan kemenangan atau mati syahid. Dalam perang Badar saya amat mendambakan mati syahid, tapi ternyata meleset. Justru anak saya yang mendapatkannya. Semalam, saya bermimpi bertemu dengan anak saya dan dia berkata, "Ayah susullah kami dan kita bertemu di dalam surga." Sudah saya dapatkan apa yang dijanjikan Allah kepada saya." "Ya Rosulullah, sungguh rindu saya akan menemui anak saya di dalam surga. Saya sudah tua, tulang sudah rapuh. Saya ingin bertemu Allah." Kata-kata itu semakin menguatkan semangat kaum Muslimin untuk menyongsong musuh ke luar kota. "Saya khawatir kamu akan kalah jika pergi ke luar kota," demikian Sabda Rasulullah ﷺ . Namun suara terbanyak kaum muslimin adalah agar mereka menyongsong musuh. Rasulullah ﷺ pun segera mengetahui keputusan mana yang akan diambil. Setiap pemuda tentulah tidak sama. Pemuda yang berangan-angan memiliki mobil mewah uang yang banyak dan hidup berfoya-foya dengan pemuda yang bertekat buat dan kuat untuk mewujudkan kemenangan serta kemuliaan Islam. *_Bersambung_*.Bagian 94.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 94* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Baju Perang Rasulullah* Selepas sholat Asar, Rasulullah ﷺ masuk ke rumah untuk mempersiapkan diri. Abu Bakar dan Umar membantu Rasulullah ﷺ mengenakan sorban, pedang, dan baju besi. Ketika Rasulullah ﷺ di rumah para sahabat di luar sedang ramai kaum muslimin bertukar pikiran. Usaid bin Hudair dan Saad bin Muadz adalah orang yang berpendapat bahwa lebih baik bertahan di dalam kota. Mereka pun berkata kepada kaum muslimin yang berniat menyongsong musuh ke luar. "Tuan-tuan mengetahui, Rasulullah ﷺ berpendapat mau bertahan dalam kota namun tuan-tuan berpendapat lain lagi dan memaksa beliau bertempur ke luar. Padahal lihatlah Rasulullah ﷺ agak enggan melaksanakan strategi itu. Serahkan sajalah soal ini ke tangan Beliau. Apa yang diperintahkan-nya kepadamu, jalankanlah!" Mendengar kata-kata itu, sikap para pemuda yang ingin menyongsong musuh pun melunak. Mereka sadar bahwa mereka telah menentang pendapat Rasulullah ﷺ, padahal sangat mungkin pendapat Rasulullah ﷺ itu datang dari Allah. Maka ketika Rasulullah ﷺ telah keluar rumah sambil mengenakan baju besi, mereka berkata, "Rasulullah bukan maksud kami hendak menentang tuan. Lakukanlah apa yang tuan kehendaki. Juga kami tidak bermaksud memaksa tuan. Kami tahu bahwa kehendak tuan mungkin berasal dari Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. "Ke dalam pembicaraan semacam inilah saya ajak tuan-tuan, tetapi tuan-tuan menolak," demikian jawab Rasulullah ﷺ. "Tidak layak bagi seorang nabi yang apabila sudah mengenakan pakaian besinya lalu akan menanggalkannya kembali sebelum Allah memberikan putusan antara dirinya dan musuhnya. Perhatikanlah apa yang saya perintahkan kepada kamu sekalian, kemudian ikuti. Atas ketabahan hatimu, kemenangan akan berada di tanganmu." Demikianlah, Rasulullah ﷺ selalu memegang keputusan hasil musyawarah, keputusan seperti itu tidak dapat dibatalkan oleh keinginan-keinginan tertentu. Keputusan hasil musyawarah harus dilaksanakan dengan cara sebaik-baiknya. Lalu berangkatlah kaum muslimin dipimpin oleh Rasulullah ﷺ ke arah Uhud. Di suatu tempat bernama Syaikhan dia berhenti. Dilihatnya dari kejauhan di atas pasukan tentara yang belum dikenal, siapakah mereka itu? lawan atau kawan? *Kaum Muslimin Berangkat* Seseorang kemudian memberitahu Rasulullah ﷺ, "Itu adalah orang-orang Yahudi sekutu Abdullah bin Ubay." Rasulullah ﷺ bersabda, "Jangan meminta pertolongan orang-orang kafir dalam melawan orang-orang musyrik sebelum mereka masuk Islam." Rasulullah ﷺ memerintahkan pasukan Yahudi itu pulang ke Madinah. Sebelum pulang, orang-orang Yahudi itu berkata kepada Abdullah bin Ubay, "Kau sudah menasehati Muhammad dan Kau Berikan pendapatmu berdasarkan pengalaman orang-orang tua dahulu. Sebenarnya, dia sependapat denganmu lalu ia menolak dan menuruti kehendak pemuda-pemuda yang menjadi pengikutnya." Abdullah bin Ubay senang sekali mendengar pendapat itu. "Memang betul," demikian pikir Abdullah bin Ubay, aku sudah menasehati Muhammad dan dia tidak menurut, jadi sudah sepantasnya jika aku tidak ikut dalam perang ini. Kemudian Abdullah bin Ubay mulai menghasut dan menyebarkan desas-desus untuk membuat hati sebagian orang menjadi ragu. Keesokan harinya Abdullah bin Ubay berhasil mempengaruhi 300 pengikutnya agar menarik diri dari pasukan Rasulullah ﷺ dan kembali ke Madinah menyusul pasukan Yahudi. Kini tinggal Rasulullah ﷺ beserta 700 orang sahabat yang melanjutkan perjalanan ke gunung Uhud untuk menyongsong musuh. "Bersabarlah, Bersabarlah," demikian nasihat Rasulullah ﷺ kepada para sahabat yang tetap bersamanya. Saat itu pasukan muslimin sebenarnya sangat membutuhkan kuda, tapi Abdullah bin Ubay telah menggiring sebagian besar kuda dan dibawa pulang. Kini mereka semakin dekat ke uhud. Pagi-pagi sekali, sebelum musuh terbangun, pasukan muslimin bergerak maju ke Uhud dan memotong jalan sedemikian rupa, sehingga musuh berada di belakang mereka. Dengan strategi itu pasukan muslimin lebih dulu tiba di Gunung uhud sehingga bisa lebih leluasa menempatkan pasukan. "Bersabarlah, Bersabarlah," demikian nasehat Rasulullah ﷺ kepada para sahabat yang tetap bersamanya. Dalam Perang Badar pihak muslim hanya memiliki 3 ekor kuda ini berarti satu kuda untuk setiap 100 orang namun berkat usaha keras Nabi dalam waktu 7 tahun pasukan muslim memiliki 10000 ekor kuda untuk setiap 30.000 tentara berarti satu kuda untuk setiap 3 orang. *Penempatan Pasukan Panah* Rasulullah ﷺ segera mengatur barisan para sahabat. Beliau menempatkan 50 pemanah di lereng gunung, kepada mereka Rasulullah ﷺ memberi perintah, "Lindungi kami dari belakang. Bertahanlah kamu, jangan pernah meninggalkan tempat ini. Kalau kalian melihat kami dapat menghancurkan mereka sehingga dapat memasuki pertahanannya, kamu jangan meninggalkan tempatmu. Jika kamu melihat kami yang diserang, jangan pula kami dibantu, juga jangan kami dipertahankan. Tugas kamu adalah menghujani pasukan berkuda mereka dengan panah. Dengan serangan panah itu pasukan berkuda tidak dapat maju." Selain pasukan pemanah, Rasulullah ﷺ memerintahkan agar pasukan yang lain tidak menyerang siapa pun, sebelum Beliau memberi perintah menyerang. Pasukan Quraisy yang tiba belakangan, juga segera menyusun barisan. Sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid, sedangkan sayap kiri dikomando Ikrimah bin Abu Jahal. Pasukan utama di tengah dipimpin oleh Abu Sufyan dan benderanya dipegang oleh Abdul Uzza Talhah bin Abi Talhah. Wanita-wanita Quraisy yang memukul genderang dan rebana berjalan di tengah-tengah barisan itu. Kadang mereka di depan dan kadang di belakang. Hindun binti Utbah Istri Abu Sufyan berteriak-teriak, "Ayo Banu Abdul Dar, Ayo! ayo! Pengawal barisan belakang! hantamlah dengan segala yang tajam!" *_Bersambung_*.Bagian 95.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 95* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد Kedua belah pihak kini sudah siap bertempur. Masing-masing sudah menyiapkan seluruh kekuatan terbaiknya kepada lawan. Yang selalu teringat oleh orang-orang Quraisy adalah peristiwa Badar dan korban-korbannya. Sementara itu yang selalu teringat oleh kaum Muslimin adalah Allah serta pertolongan-Nya. Rasulullah ﷺ berpidato di hadapan pasukannya dan memberi semangat dalam menghadapi pertempuran. Beliau berjanji bahwa pasukannya akan mendapatkan kemenangan, asalkan mereka tabah. Beliau kemudian mencabut sebilah pedang, mengacungkannya, dan bertanya, "Siapa yang sanggup memegang pedang ini agar diperlakukan sesuai dengan tugasnya?" Beberapa orang tampil, tetapi pedang itu tidak pula diberikan Rasulullah ﷺ. Siapakah kiranya pendekar muslim yang mendapatkan kehormatan untuk menggunakan pedang Rasulullah ﷺ tersebut? *Abu Dujanah* Kemudian tampillah Abu Dujanah Simak bin Kharasyah dari Banu Sa'idah. Ia bertanya, "Apa tugasnya, ya Rasulullah?" "Tugasnya ialah menghantamkannya kepada musuh sampai bengkok!" demikian jawab Rasulullah ﷺ." Ketika Abu Dujannah menyanggupi, Rasulullah ﷺ pun memberikan pedang itu kepadanya. Abu Dujanah adalah laki-laki yang sangat berani. Ia mengeluarkan pita merah, lalu teman-temannya bergumam, "Lihat Abu Dujanah telah mengeluarkan pita mautnya!" Semua orang mengetahui bahwa Abu Dujanah sudah siap bertempur apabila ia telah mengeluarkan pita merahnya itu. Pita itu diikatkan di kepala, kemudian ia berjalan dengan angkuh dan berlagak di tengah-tengah pasukan seperti yang biasa ia lakukan apabila sudah siap menghadapi pertempuran. Rasulullah ﷺ melihat perilaku Abu Dujanah itu kemudian bersabda, "Cara berjalan seperti itu sangat dibenci Allah, kecuali dalam pertempuran seperti ini." Rasulullah ﷺ memberikan kepercayaan kepada Mushab bin Umair untuk memegang bendera pasukan. Hamzah bin Abdul-Muththalib berada di barisan terdepan didampingi Abu Dujanah, Ali bin Abi Thalib, Saad bin Abi Waqqash, Umar bin Khattab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Orang pertama yang mencetuskan pertempuran adalah Abu Amir Abdul Hamid bin Shaifi Al Ausi. Ia sebenarnya berasal dari suku Aus, tetapi sengaja pindah dari Madinah ke Mekkah untuk mengobarkan semangat Quraisy agar memerangi Rasulullah ﷺ. Ia tidak ikut dalam Perang Badar. Kini a terjun dalam Perang Uhud dengan membawa limabelas orang dari suku Aus. Selain itu beberapa budak penduduk Mekah juga bergabung dengan regunya. Abu Amir maju ke depan dan memanggil-manggil kaum muslimin dari golongan Aus. Menurut dugaannya, orang-orang Islam dari Aus itu akan menuruti panggilannya dan memihak Quraisy. "Saudara-saudara dari Aus! Saya adalah Abu Amir!" demikian panggilnya berkali-kali. Akan tetapi, kaum muslimin dari kalangan Aus membalas dengan teriakan pula, "Allah tidak akan memberikan kesenangan kepadamu, durhaka!" Kemudian pertempuran pun pecah! Rasulullah ﷺ bersabda, "Ditempatkan di bagian terdepan dari jalan Allah selama 1 hari lebih baik daripada dunia dan segala isinya!" Beliau juga berkata, "Setiap orang yang gugur telah menyelesaikan tugas sepenuhnya, kecuali orang yang berada di bagian terdepan dari jalan Allah karena amalnya akan terus bertambah sampai hari kebangkitan." *Pertempuran* 700 orang beriman melawan 3000 orang musyrik! Sayap kiri Quraisy yang terdiri atas pasukan Pemuda dan Kavaleri pimpinan Ikrimah bin Abu Jahal pun bergerak maju. Mereka berusaha menyerang pasukan muslim dari samping. Namun, pasukan pemanah muslim menghujani mereka dengan panah dan batu. Abu Amir dan para pengikutnya dibuat mundur tunggang-langgang. Saat itu Hamzah bin Abdul-Muththalib terjun ke tengah pertempuran sambil meneriakkan teriakan tempur Uhud yang terkenal. "Mati! Mati!" Tholhah bin Abu Talhah yang membawa Bendera Quraisy berteriak, "Siapa yang akan berduel denganku?" Ali bin Abi Thalib pun maju. Dengan tangkas dan sangat cepat. Ali menebas lawannya itu sampai terbelah dua. Melihat hal itu Rasulullah ﷺ menjadi lega. Seketika, takbir pun berkumandang dari barisan muslimin. Rasulullah ﷺ memerintahkan pasukan muslim melancarkan serangan. Abu Dujanah mengamuk! Dibunuhnya setiap lawan. Barisan orang musyrik jadi kacau balau. Kemudian ia melihat seseorang sedang mencincang tubuh seorang muslim dengan amat keji. Amarah Abu Dujanah bangkit! Ia melompat dan hendak menebas orang itu dengan sekali ayunan. Tapi saat itu dilihatnya sasarannya ternyata Hindun bin Utbah. Abu Dujanah mundur dan menyerang ke arah lain. Terlalu mulia rasanya apabila Pedang Rasulullah ﷺ dihantamkan pada seorang wanita. Orang-orang Quraisy pun balas menyerang dengan sangat keras. Darah mereka mendidih mengingat kematian para pemimpin mereka pada Perang Badar. Di belakang mereka, kaum wanita mengorbankan semangat. Tidak sedikit para budak yang akan dijanjikan kebebasan apabila berhasil membalaskan dendam kematian seorang bapak, saudara suami, atau orang orang tercinta dari majikan mereka. Hindun bin Utbah sangat mendendam kepada Hamzah. Ia telah menjanjikan hadiah besar dan kebebasan kepada seseorang budak apabila berhasil membunuh Hamzah. Kini, Wahsyi mulai menjalankan tugasnya. Ia mengendap dengan lincah kesana kemari untuk mencari di mana Hamzah bin Abdul-Muththalib berada. *_Bersambung_*.Bagian 96
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
"Bagian 96" اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Syahidnya Hamzah* Di kemudian hari, ketika ia sudah memeluk Islam, Wahsyi menceritakan peristiwa Uhud dengan air mata duka dan penyesalan. "Setelah dijanjikan hadiah dan kebebasan, aku berangkat bersama pasukan Quraisy. Aku adalah orang Habasyah yang jika sudah melemparkan tombak dengan cara Habasiyah, jarang sekali meleset. Ketika terjadi pertempuran, kucari Hamzah dan kuincar dia. Kemudian, kulihat dia di tengah-tengah orang banyak itu, seperti seekor unta kelabu sedang membabati orang dengan pedangnya. Lalu tombak ku ayun-ayun kan, dan setelah merasa pasti sekali arah sasaran, baru kulemparkan tombak itu tepat mengenai bagian bawah perut Hamzah dan keluar di antara kedua kakinya. Kubiarkan tombak itu sampai dia mati. Sesudah itu ku hampiri dia dan ku ambil tombak ku itu, lalu aku kembali ke markas dan berdiam di sana sebab sudah tidak ada lagi tugas selain itu. Kubunuh dia hanya supaya aku dimerdekakan saja dari perbudakan. Sesudah pulang ke Mekah, aku memang dimerdekakan." Hamzah bin Abdul Muththalib adalah pahlawan Arab yang terkenal dan paling berani. Pada Perang Uhud itu, ia yang menjelma menjadi singa Allah yang perkasa. Dibunuhnya Artha bin Abdul Syurahbil dan beberapa orang pemuka Quraisy lainnya. Setiap lawan di hadapannya dirobohkan dengan pedangnya dan setelah itu dihadapinya lawan yang lain. Pada akhir pertempuran dengan tergesa-gesa Hindun mendatangi jasad Hamzah. Wanita itu kemudian mengambil jantung Hamzah dan memakannya begitu saja, sambil menari-nari. Tubuh Hamzah ditemukan Rasulullah ﷺ dalam keadaan tercabik-cabik. Kaum muslimin bertempur dengan gagah, tapi tidak semuanya mendapatkan surga. Contohnya adalah Qusman. Ia adalah seorang munafik. Semula, Ia tidak berangkat perang, tetapi para wanita menghinanya. "Qusman tidak malu kau seperti perempuan saja, semua orang berangkat perang, sedang kau berdiam diri dalam rumah!" Dengan berang Qusman mengambil panah dan pedang, lalu pergi bertempur. Ia bertempur dengan gagah dan berhasil membunuh banyak sekali lawan. Menjelang senja, setelah membunuh paling sedikitnya 7 orang musuh, ia pun membunuh dirinya. "Qusman, beruntung engkau mati syahid," ujar Abdul Khaidaq melihat Quzman sekarat. "Tidak, jawab Qusman sebelum mati, "Saya bertempur bukan demi Islam tapi sekedar menjaga kehormatan saya dan untuk menjaga nama baik keluarga kami. Kalau tidak karena itu, saya tidak akan berperang." *Quraisy Terpukul* Kemenangan kaum muslimin dalam Perang Uhud pada pagi hari itu benar-benar di luar dugaan. Benar sekali bahwa kemenangan pada pagi itu disebabkan kepandaian Rasulullah ﷺ dalam mengatur pasukannya. Beliau yang menempatkan pasukan panah di bukit, hingga barisan berkuda musuh tertahan tidak bisa maju. Lebih tepat lagi jika dikatakan bahwa kemenangan pagi itu disebabkan keimanan yang sungguh-sungguh. Pasukan muslim begitu yakin bahwa mereka berada di pihak yang benar, sehingga walaupun dengan perlengkapan yang minim, mereka dapat mendesak pasukan musuh yang hampir 5 kali lipat lebih kuat. Inilah rahasia mukjizat kepahlawanan yang tidak bisa digunakan oleh kekuatan materi sebesar apa pun. Kesatuan-kesatuan Quraisy yang sudah kelabakan mulai mundur. Abu sufyan terpaksa mengumpulkan pasukannya di bagian tengah. Sayap kiri di bawah pimpinan Ikrimah sudah berlarian mundur. Hanya Khalid bin Walid dan pasukannya di sayap kanan yang masih menjaga diri di tempat yang agak jauh. Kelihatannya, Khalid masih menghindarkan diri dari bentrokan dan ia menunggu kesempatan baik untuk melancarkan serangan. Kenangan pahit akan kekalahan Badar tiba-tiba terlintas lagi di benak para prajurit Quraisy yang berlarian mundur. Pasukan muslim mendesak terus sampai ke jantung pertahanan musuh. Saat seorang pembawa bendera Quraisy jatuh bersimbah darah, orang lain segera menggantikannya. Namun, Ia juga segera ditebas jatuh. Orang ketiga tampil bertahan tetapi tidak lama kemudian Ia pun segera jatuh tak bernyawa. Hindun berteriak-teriak memberi semangat dan berusaha mencegah orang-orang yang mundur. Pasukan Quraisy sudah tidak ingat lagi, bahwa mereka dikerumuni para wanita. Sudah tidak peduli lagi melihat berhala-berhala yang mereka bawa agar memberikan restunya, tetapi malah terjatuh dari atas unta. Pasukan Quraisy tidak lagi memusingkan kenyataan bahwa wanita-wanita mereka akan tertawan dan harta benda mereka yang jumlahnya melimpah itu akan dirampas musuh. Semua dihantui rasa takut, Mundur! Mundur! Selamatkan diri ke tempat aman. Hanya itu yang mereka pikirkan. Sayang sekali, Justru pada saat itulah pasukan muslim melakukan kesalahan fatal. *_Bersambung_*.Bagian 97.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 97* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Tergiur Harta* Kaum muslimin terus mengejar musuh ke mana pun sampai mereka meletakkan senjata. Harta benda dan rampasan berserakan di medan pertempuran. Kuda-kuda yang tangguh, Baju besi, unta-unta tanpa tuan berkeliaran penuh muatan, setumpuk makanan lezat, dan perhiasan-perhiasan mahal, Belum lagi para wanita Quraisy yang dengan mudah dapat mereka tawan. Harta sebanyak itu dalam sekejap saja membuat silau pasukan muslim. Harta yang berserakan itu membuat mereka lupa bahwa sesuai dengan perintah Rasulullah ﷺ, mereka harus terus mengejar musuh sampai kekuatan lawan benar-benar tercerai-berai sehingga tidak mampu berkumpul lagi untuk balas menyerang. Semua ini terlihat oleh pasukan panah di lereng gunung. Mereka tidak dapat lagi menahan keinginan untuk juga merebut harta rampasan yang bergeletakan di mana-mana. "Mengapa kita masih tinggal di sini, saya akan tidak mendapatkan apa-apa?" tanya salah seorang. "Allah telah menghancurkan musuh kita, mereka, saudara-saudara kita juga sudah merebut markas musuh. Ke sanalah juga kita ikut mengambil rampasan itu." Namun salah seorang membentak: "Bukankah Rasulullah ﷺ sudah berpesan "Jangan meninggalkan tempat kita ini?" "sekali pun kami diserang, janganlah kami dibantu!" Bukankah demikian kata beliau?" "Rasulullah ﷺ tidak menghendaki kita tinggal di sini terus menerus setelah Allah menghancurkan kaum musyrik itu." Abdullah bin Jubair maju untuk menengahi perdebatan itu. Ia berpidato agar mereka itu jangan melanggar perintah Rasulullah ﷺ. Akan tetapi ada sebagian besar pasukannya tidak mau patuh. Mereka pun kemudian turun dari lereng gunung yang masih tinggi. Yang masih tinggal hanya beberapa orang saja. Pasukkan yang bergegas turun itu bergabung dengan pasukan muslim yang lain. dan ikut memperebutkan harta rampasan. Jadi sebagian besar pasukan panah sekarang sudah melupakan disiplin. Mereka lupa kalau kedisiplinan dan keimanan lah yang membuat mereka mampu memukul musuh. Kini mereka tengah melupakan iman dan memperebutkan harta dunia. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh seorang pemimpin Quraisy yang terkenal lihai dan gagah. *Bencana* Khalid bin Walid yang sampai saat itu telah menjaga pasukannya agar tidak bentrok dalam pertempuran, kini melihat kesempatan baik itu. Ia mengerti bahwa saatnya tiba untuk bergerak. Khalid bergerak sekuat-kuatnya memberi Komando. Pasukan berkudanya pun mulai bergerak. Semakin cepat dan semakin cepat. Mereka memutari gunung uhud yang kini tidak dijaga lagi oleh pasukan panah. Dengan ganas pasukan kavaleri Khalid menyerang pasukan muslim dari belakang. Mendengar teriakan perang Khalid bin Walid, pasukan Quraisy yang telah berlarian mundur kini kembali lagi. Mereka melihat kesempatan untuk menyerang balik saat itu. Mereka ingat untuk tidak membiarkan harta dan kaum wanita mereka direbut pasukan muslim. Kini keadaan jadi berbalik, giliran pasukan muslim yang mendapat pukulan sangat hebat. Begitu tahu mereka diserang dari depan dan belakang, setiap muslim melemparkan harta yang telah mereka kumpulkan, dan kembali mencabut pedang. Namun sayang, sayang sekali! Barisan Muslim sudah pontang-panting. Komandan-komandan kesatuan muslim sudah tidak lagi melihat pasukannya, ada di dekat mereka. Pasukan muslim yang tadinya berjuang untuk menyelamatkan Iman, kini berjuang tercerai-berai untuk menyelamatkan diri. Tadinya mereka berjuang di bawah satu pemimpin yang kuat, kini berjuang tanpa pemimpin lagi. Begitu paniknya keadaan pasukan muslim sampai beberapa dari mereka malah menghantam saudaranya sendiri dengan pedang. Keadaan tambah mengguncangkan Iman ketika mendengar ada yang berteriak-teriak, "Rasulullah telah terbunuh, Rasulullah telah terbunuh !" Hampir setiap orang pasukan muslim sekarang berusaha melepaskan diri dari kepungan di tempat aman. Kecuali beberapa sahabat yang tetap berjuang dengan Istiqomah dari awal, seperti Ali bin Abi Thalib dan beberapa orang lainnya. **Di kemudian hari, Khalid bin Walid akan masuk Islam dan pada zaman Abu Bakar pada saat terjadi pemberontakan di mana-mana. Abu Bakar mengangkat Khalid menjadi Panglima seraya berkata, "Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda bahwa sebaik-baik hamba Allah dan Kawan sepergaulan ialah Khalid bin Walid, sebilah pedang di antara pedang-pedang Allah yang ditembuskan kepada orang-orang kafir dan munafik. *_Bersambung_*.Bagian 98.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 98* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Rasulullah Terluka* Begitu orang Quraisy mendengar Rasulullah ﷺ. terbunuh, seperti banjir, mereka mengalir ke tempat di mana Rasulullah ﷺ berada. Semuanya berlomba ingin mengakui bahwa merekalah yang membunuh Rasulullah ﷺ atau ikut memegang peranan di dalamnya. Tentu hal itu akan dapat mereka banggakan sampai ke anak cucu mereka. Ketika itulah, kaum muslimin yang berada di sekeliling Rasulullah ﷺ tersentak sadar. Mereka bergerak mengelilingi, menjaga, dan melindungi Rasulullah ﷺ yang amat mereka cintai. Iman mereka kembali tergugah memenuhi jiwa. Semangat mereka melambung lagi untuk meraih surga. Kekhawatiran yang amat sangat akan keselamatan Rasulullah ﷺ membuat mereka kembali mendambakan mati. Hidup di dunia ini terasa tak ada artinya lagi jika Rasulullah ﷺ gugur dalam lindungan mereka. Saat itu, sebuah batu melayang dan menghantam wajah Rasulullah ﷺ. Batu itu dilemparkan oleh Utbah bin Abi Waqqash. Gigi geraham Rasulullah ﷺ rontok dan wajah beliau berdarah. Bibir Rasulullah ﷺ pecah-pecah. Dua keping lingkaran topi besi yang menutupi wajah beliau bengkok menghimpit pipi Rasulullah ﷺ. Melihat hal itu, iman dan keberanian para sahabat di sekeliling Rasulullah ﷺ semakin besar. Harga diri mereka sangat terluka melihat luka yang dialami Rasulullah ﷺ. Setelah terhuyung sejenak akibat hantaman batu yang demikian keras. Rasulullah ﷺ kembali dapat menguasai diri. Beliau terus berjalan ke tempat aman dikelilingi para sahabat yang setia. tiba-tiba Rasulullah ﷺ terperosok ke dalam sebuah lubang. Lubang itu sengaja digali oleh Abu Amir untuk menjerumuskan kaum Muslimin. Cepat-cepat, Ali bin Abi Tholib menghampiri, meraih dan memegang tangan Rasulullah ﷺ. Thalhah bin Ubaidillah membantu mengangkat beliau hingga dapat berdiri kembali. Kemudian, bersama para sahabatnya, Rasulullah ﷺ berjalan terus mendaki gunung Uhud. Tempat itu merupakan satu-satunya peluang bagi beliau untuk menghindari kejaran musuh. Keadaan mengenaskan yang menimpa Rasulullah ﷺ itulah yang menghidupkan kembali semangat juang di hati para sahabat. *Rela Mati demi Rasulullah* Hari sudah menjelang tengah hari. Saat itu, Ummu Umaroh seorang muslimah Anshar, tengah berkeliling membagikan air kepada kaum muslimin yang tengah berjuang. Namun, begitu dilihatnya kaum muslimin mundur. Ummu Umarah melemparkan tempat airnya. Ia mencabut pedang dan terjun ke dalam pertempuran. Tujuannya hanya satu, melindungi Rasulullah ﷺ walau harus mati. Ummu Umarah menebas musuh dan menembakkan panah sampai tubuhnya sendiri dipenuhi banyak luka. Sementara itu Abu Dujanah menjadikan punggungnya sebagai perisai Rasulullah ﷺ. Beberapa panah yang melayang ke arah Rasulullah ﷺ tertahan di punggung Abu Dujannah. Di samping Rasulullah ﷺ, Saad bin Abi Waqqash berdiri melepaskan panahnya untuk menahan musuh. Rasulullah ﷺ memberikan anak panah ke pada Saad sambil berkata, "Lepaskan anak panah itu! Kupertaruhkan Ibu bapakku untukmu." Rasulullah ﷺ sendiri terus menembakkan anak panah sampai ujung busurnya patah. Beberapa sahabat, termasuk Abu Bakar dan Umar Bin Khattab, tidak mengetahui kalau Rasulullah ﷺ masih hidup. Mereka mengira Rasulullah ﷺ telah gugur mengingat begitu membanjirnya pasukan musuh menyerbu ke tempat Rasulullah ﷺ berada. Keduanya pergi ke arah gunung dengan kepala tertunduk pasrah. Anas bin Nadzir bertanya kepada mereka, "Mengapa kalian duduk-duduk di sini?" "Rasulullah sudah terbunuh," jawab keduanya. "Perlu apalagi kita hidup sesudah itu? Bangunlah! Dan biarlah kita juga mati untuk tujuan yang sama!" Setelah berkata begitu Anas bin Nadzir menyerbu musuh, bertempur dengan gagah tiada taranya. Dia baru mendapatkan Syahid setelah ditebas 70 kali. Begitu rusak tubuh Anas bin Nadhir sampai tidak seorang pun mengenali jasad nya kecuali adik perempuannya yang mengenali Anas dari ciri yang terdapat pada ujung jarinya. Abu Sufyan yang yakin sekali bahwa Rasulullah ﷺ telah gugur, sibuk mencari-cari mayat beliau di tengah korban-korban Muslim. *Akhir Pertempuran* Ketika orang Quraisy berteriak-teriak bahwa Muhammad telah mati. Rasulullah ﷺ menyuruh para sahabat agar tidak membantahnya. Hal itu untuk menghindari lebih banyak lagi serbuan musuh ke arah beliau. Namun, begitu Ka'ab bin Malik datang mendekat, ia mengenali Rasulullah ﷺ. Ketika melihat mata Rasulullah ﷺ yang berkilau di balik helm bajanya, kemudian ia berteriak, "Saudara-saudara kaum muslimin!" teriak Ka'ab amat gembira. "Selamat! Selamat! ini Rasulullah ﷺ." Rasulullah ﷺ memberi syarat agar Ka'ab berhenti berteriak. Kaum muslimin berdatangan dan mengangkat Rasulullah ﷺ tercinta. Kemudian bersama-sama beliau mereka mendaki gunung Uhud ke sebuah celah Bukit. Teriakan Ka'ab terdengar juga oleh pihak Quraisy. Sebagian besar dari mereka tidak mempercayai teriakan itu. Namun, ada beberapa yang segera pergi mengikuti rombongan Rasulullah ﷺ dari belakang. Ubay bin Khalaf dapat menyusul rombongan Rasulullah ﷺ sambil bertanya, "Mana Muhammad, Aku tidak akan selamat kalau dia masih hidup." Seketika itu juga Rasulullah ﷺ mengambil tombak Haris bin Shimma, lalu dengan sangat cepat Rasulullah ﷺ melemparnya ke arah Ubay Bin khalaf. Ubay pun terhuyung-huyung di atas Kudanya, lalu berusaha kembali pulang dan mati di tengah jalan. Sesampainya pasukan muslim di ujung bukit, Ali bin Abi Tholib pergi mengambil air. Air dalam perisai kulitnya. Ali membasuh darah di wajah Rasulullah ﷺ dan menyiram kepada beliau dengan air. Dua keping besi di pipi Rasulullah ﷺ dicabut oleh Abu Ubaidah bin Al jarrah. Begitu kerasnya sampai 2 gigi seri Abu Ubaidah tanggal. Tiba-tiba pasukan berkuda Khalid bin Walid tiba di atas bukit, namun dengan sigap Umar Bin Khattab dan beberapa prajurit Muslim menyerang dan mengusir mereka untuk mundur. Kaum muslimin telah begitu tinggi mendaki gunung, keadaan mereka begitu payah dan letih sampai Rasulullah memimpin mereka sholat sambil duduk. Pihak Quraisy amat gembira dengan kemenangan mereka. Mereka menganggap telah sungguh-sungguh membalas dendam atas kekalahan di Badar. Abu Sufyan berkata, "Yang sekarang ini untuk peristiwa Perang Badar. Sampai jumpa lagi tahun depan." *_Bersambung_*.Bagian 99.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 99* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Dukacita untuk Hamzah* Tidak cukup menganiaya mayat Hamzah. Hindun binti Utbah bersama wanita-wanita lain menganiaya mayat kaum muslimin. Melihat semua itu Abu Sufyan menghampiri seorang muslim dan berkata, "Mayat-mayatmu telah mengalami penganiayaan. Akan tetapi aku sungguh tidak senang juga tidak benci. Aku tidak melarang, juga tidak memerintahkan." Selesai menguburkan mayat-mayat temannya sendiri Quraisy pun pergi. Sekarang, kaum muslimin kembali ke garis depan untuk menshalatkan dan menguburkan mayat-mayat para syuhada. Rasulullah ﷺ berkeliling medan tempur mencari jasad pamannya, Hamzah. Ketika dilihatnya jasad Hamzah sudah dianiaya dengan perut yang sudah terurai, beliau merasa sedih, sedih sekali sampai beliau berkata, "Takkan pernah ada orang mengalami malapetaka seperti ini." "Belum pernah aku menyaksikan suatu peristiwa yang begitu menimbulkan amarahku seperti kejadian ini." Selanjutnya beliau bersabda, "Demi Allah kalau pada suatu ketika Allah memberikan kemenangan kepada kami melawan mereka, akan ku aniaya mereka dengan cara yang belum pernah dilakukan oleh orang Arab." Nah saat itulah turun firman Allah Quran surat An Nahl 16 ayat 126-127 yang artinya: وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ ۖ وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. Surah An-Nahl (16:126) وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِاللَّهِ ۚ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ Dan bersabarlah (hai Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan jangan (pula) kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Surah An-Nahl (16:127) Setelah Firman itu turun Rasulullah ﷺ memaafkan pihak musuh. Ditabahkannya hatinya dan beliau melarang orang melakukan penganiayaan. Di jalan, Rasulullah ﷺ mendengar para wanita bani Asyhal menangisi para syuhadanya. "Tidak ada wanita yang menangisi Hamzah," ujar Rasul. Mendengar ini Saad bin Muadz menyuruh para wanita Bani Asyhal menangis untuk Hamzah. Rasulullah ﷺ bergegas menemui mereka dan bersabda, "Bukan ini yang saya maksudkan. Pulanglah, Semoga Allah memberikan rahmat dan tidak boleh menangis lagi setelah hari ini." *Abdullah bin Ubay* Rasulullah ﷺ pulang ke Madinah dengan beban pikiran yang cukup berat. Fatimah Az-Zahra putri beliau membasuh luka-luka ayahnya dengan air. Ternyata, para tawanan perang Badar yang dulu dikasihani dan dibebaskan kembali memerangi kaum muslimin. Rasulullah ﷺ teringat lagi kata-kata Umar Bin Khattab dulu, "Ya Rasulullah bunuh orang-orang ini agar tidak seorang pun berpidato mengobarkan api kebencian terhadap dirimu." Orang muslim pantang berbuat kesalahan untuk kedua kalinya. Karena itu, beliau memerintahkan untuk membunuh seorang tawanan yang tertangkap. Orang itu adalah tawanan perang Badar yang sudah dibebaskan. Rasulullah ﷺ juga memikirkan belas kasihan yang diberikan kaum muslimin kepada pihak musuh. Semua muslim menahan pedang ketika mereka menemui Hindun di medan perang. Padahal jika dia dibunuh tidak akan terjadi Hamzah disiksa sedemikian rupa. Pembunuh Hamzah yang berkulit hitam itu sebenarnya juga tidak tahu wajah Hamzah. Hindunlah yang menunjukkannya. Pasukan Quraisy yang telah lari lintang pukang juga tidak akan kembali lagi untuk menyerang, apabila tidak dikejar oleh Hindun dan diberitahukan bahwa kaum muslimin tengah diserang Khalid bin Walid dari belakang. Kemudian Rasulullah ﷺ pergi ke masjid. Di sana, beliau melihat ada tangis penyesalan pasukan panah yang telah jelas-jelas melanggar perintah Rasulullah ﷺ. Hati beliau amat lembut karena itu beliau memaafkan mereka semua. Sebelum itu di sana beliau melihat Abdullah bin Ubay tengah berpidato agar orang-orang mencintai Rasulullah ﷺ. Inilah gembong kaum munafik yang telah membujuk 300 Orang prajurit kembali ke Madinah. Beberapa sahabat yang ikut ke Uhud melompat ke arah Abdullah bin Ubay, lalu menarik bajunya sampai terhuyung-huyung. "Mengapa kalian menyerangku pada saat aku menganjurkan kepada orang-orang agar patuh dan cinta kepada Muhammad?" demikian Abdullah bin Ubay menjerit. Umar Bin Khattab meminta izin untuk membunuh si penghianat itu, namun sekali lagi Rasulullah ﷺ melarang nya. *_Bersambung_*.Bagian 100.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 100* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Mengejar Musuh* Rasulullah ﷺ mengetahui bahwa orang-orang penyembah berhala, kaum munafik dan orang-orang Yahudi mulai menertawakan kekalahan kaum muslimin pada perang Uhud. "Muhammad bilang kalau perang Badar itu merupakan tanda kekuasaan Tuhan mereka atas kerasulannya maka apa pula pertanda peristiwa Uhud itu?" Sesuatu harus dilakukan agar kewibawaan kaum muslimin akan kuat seperti sedia kala. Sehari setelah perang Uhud Rasulullah ﷺ memerintahkan seorang muadzin nya untuk kembali mengumpulkan pasukan. Namun hanya pasukan Uhud saja yang boleh ikut. Tujuannya untuk memburu pasukan Abu Sufyan yang belum lagi tiba di Mekah. Berita keberangkatan kaum muslimin itu dengan cepat sampai ke telinga Abu Sufyan. Seketika itu juga ketakutan melanda pasukan Mekah mereka mengira kaum muslimin berangkat dari Madinah dengan bantuan baru. Padahal mereka masih berada di Rauha, jauh dari Mekkah. Sementara pasukan Madinah sudah sampai di Hambra Al-Assad. Kemudian lewatlah Ma'bad Al Khuza'i yang saat itu belum masuk Islam. Ia baru saja melewati tempat pasukan Madinah berkemah. Abu Sufyan bertanya tentang keadaan pasukan muslim Ma'bad menjawab, "Muhammad dan sahabat-sahabatnya sudah berangkat mau mencari kamu dalam jumlah yang belum pernah kulihat semacam itu. Orang-orang yang dulunya tidak ikut, sekarang menggabungkan diri dengan dia. Mereka semua terdiri atas orang-orang yang sangat geram kepada orang-orang yang hendak membalas dendam!" Kebingungan melanda Abu Sufyan Apa yang harus saya lakukan sekarang ini. Orang Arab pasti akan mencemooh apabila sekarang pasukan Quraisy mundur begitu saja. Padahal baru saja mereka merebut kemenangan. Namun apabila mereka memaksakan diri kembali menghadapi kaum muslim, Abu Sufyan yakin mereka tidak akan mampu menghadapi kemarahan musuh. Karena itu Ia melakukan sebuah siasat licik. Abu Sufyan menitipkan pesan kepada kafilah suku Abdul Qais yang sedang menuju Madinah, kafilah Itu diminta memberitakan bahwa pasukan Quraisy akan menemui pasukan Islam di Hambra Al-Assad dan akan menyerang habis-habisan. Mendengar itu, Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya menunggu tiga hari sambil menyalakan api unggun. Namun pada saat yang sama orang-orang Quraisy terus pulang ke Mekah. *Pasukan Abu Salamah* Pasukan muslim kembali ke Madinah. Kewibawaan pihak muslim sedikit terangkat karena ternyata musuh tidak berani kembali untuk menghadapi mereka. Akan tetapi, segera tersiar berita bahwa Tulaihah dan Salamah bin khuwailid sedang menggerakkan Banu Assad untuk menyerang Madinah dan menggempur Rasulullah ﷺ sampai ke rumahnya sendiri. Selain itu tujuan Banu Assad adalah untuk merampas ternak kaum muslimin yang digembalakan di ladang-ladang sekeliling Madinah. Rasulullah ﷺ segera bertindak, beliau memanggil Abu Salamah bin Abdul Asad. Beliau yang memerintahkan Abu Salamah membawa 150 pasukan. Rasulullah ﷺ menyuruh agar pasukan hanya berjalan pada malam hari dan siangnya bersembunyi. Mereka harus menempuh jalan yang tidak biasa dilalui orang. Abu Salamah berangkat dan melaksanakan perintah perang Rasulullah ﷺ secermat dan secepat mungkin. Ia pun berhasil. Mereka menyergap musuh yang sedang dalam keadaan tidak siap. Pagi buta itu rasa takut menyumbat kerongkongan Banu Assad karena tiba-tiba saja tanpa peringatan, pekik takbir membahana dan pasukan muslim menyerang tenda-tenda mereka. Banu Assad berusaha bertahan sekuat dan selama mungkin, namun gagal. Mereka mundur sambil membawa apa pun yang bisa dibawa. Setelah menguasai perkemahan musuh, Abu Salamah mengirimkan dua pasukan pengejar. Sementara itu ia dan pasukan ketiga menjaga perkemahan. Pasukan pengejar kembali dengan membawa harta rampasan. Seperti yang sudah diatur dalam Islam seperlima harta rampasan itu diberikan untuk Rasulullah ﷺ, orang-orang miskin, dan orang orang yang kehabisan bekal di perjalanan. Sisanya dibagikan kepada anggota pasukan. Setelah itu mereka kembali ke Madinah dengan membawa kemenangan. Hanya saja Abu Salamah tidak hidup lebih lama, sesudah itu, luka-lukanya pada perang Uhud kembali ternganga dan ia syahid karenanya. *Judi dan Minuman Keras* Setelah Yahudi Bani Qainuqa diusir, Yahudi Bani Nadhir ingin mewarisi pasar Bani Qainuqa. Namun kesempatan itu sudah tertutup oleh pasar kaum muslimin yang berkembang sedemikian besar, maka dari itu Bani Nadhir pun melakukan cara lain untuk meraih kemakmuran. Mereka membuka rumah-rumah judi. Di tempat itu juga disediakan banyak sekali minuman keras. Saat itu Rasulullah ﷺ belum melarang judi dan khamer. Karena itu banyaklah para lelaki muslim yang datang ke rumah-rumah judi. Mereka banyak menghabiskan uang untuk berjudi, meminum khamer sampai mabuk. Para lelaki muslim ini masih terguncang oleh kekalahan pada perang Uhud dan lepasnya harta rampasan yang sudah mereka kumpulkan. *_Bersambung_*.Silahkan dibagikan Kisah Rasulullah ini kepada saudara2 kita yg lain, semoga siapapun yg membagikan Kisah ini insyaallah akan dituliskan amal jariyah yang berlipat ganda oleh Allah SWT
Aamiin....
Barakallah fikum.
"Barangsiapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun..."HR.MUSLIM"
Jumlah Pengunjung