K
I
S
A
H
R
A
S
U
L
U
L
L
A
H
S
A
W
Kisah Nabi Muhammad SAW adalah sejarah satu-satunya yang pernah Allah ciptakan.
Dunia tidak akan pernah melihat lagi kisah sejarah seperti yang pernah terjadi di zaman Nabi Muhammad SAW .
Dunia tidak akan pernah melihat lagi kisah sejarah seperti yang pernah terjadi di zaman Nabi Muhammad SAW .
Kisah Nabi Muhammad SAW ini adalah kisah sejarah yang paling besar dan paling agung yang pernah terjadi.
Peradaban manusia berubah dengannya. Sejarah Rasulullah SAW sarat dengan berbagai rahasia dan perkara tersirat yang sedetik darinya pun cukup berharga untuk dinukil untuk menjadi bacaan dan panduan kepada umat Islam dan manusia seluruhnya.
Alangkah ruginya apabila kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW tidak tau kehebatan perjuangan Rasulullah saw. Perjuangan Baginda SAW penuh kode-kode rahasia untuk umat akhir zaman yang perlu direnungkan, diangkat dan disebarluaskan kepada umat yang mendamba kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.
KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 81.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 81* *Meninggalnya Ruqayyah* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Masih dalam Perang Badar Kubra Peperangan Islam Pertama yang Menentukan* Rasulullah ﷺ meminta pendapat para sahabat tentang para tawanan. Umar Bin Khattab mengusulkan agar para tawanan itu dibunuh. Sangat berbahaya jika melepaskan mereka, walau keluarganya menebus dengan gunung harta, sebab mereka dapat kembali memerangi kaum muslimin. Abu Bakar berpendapat lain, yang mengusulkan agar para tawanan dibiarkan ditebus keluarganya, dengan harapan mudah-mudahan suatu saat kelak mereka mau mengikuti ajaran Islam. Lagipula uang yang dibayarkan dapat digunakan untuk melengkapi persenjataan kaum muslimin. Rasulullah ﷺ cenderung pada pendapat Abu Bakar. Beliau berdiam sementara di luar Madinah, untuk menunggu tebusan dari pihak Quraisy. Para tawanan pun ditebus dengan uang dan mereka kembali bebas, namun setelah itu Rasulullah ﷺ mendapat berita, bahwa pihak Quraisy sedang mengadakan persiapan penyerbuan dengan jumlah pasukan yang jauh lebih besar. Sebagian besar para tawanan bergabung dengan pasukan baru itu. Akhirnya Rasulullah ﷺ menyadari bahwa saran Umar lebih tepat, tidak pantas bagi seorang Rasulullah ﷺ mempunyai tahanan sebelum menghancurkan musuh-musuhnya di muka bumi. Setelah itu harta rampasan perang dibagikan dengan rata kepada pasukan. Mereka pun kembali ke Madinah, Rasulullah ﷺ langsung menuju masjid untuk memberitakan kemenangan serta mengumumkan nama-nama bangsawan Quraisy yang mati. Setelah itu Rasulullah ﷺ pergi ke rumah Utsman bin Affan untuk menjenguk Ruqayyah putrinya yang sudah lama terbaring sakit. Utsman bin Affan memang diminta Rasulullah menjaga istri dan anaknya sehingga Usman tidak mengerti pertempuran Badar. Saat Rasulullah ﷺ tiba, Usman malah menangis sambil memeluk Rasulullah ﷺ, karena ternyata Ruqayyah telah wafat ketika beliau masih di luar Madinah. Rasulullah ﷺ diantar ke makam Ruqayyah, beberapa sahabat berusaha menghibur kesedihan yang membebani dada beliau. Mereka menemani pula beliau pulang ke rumah. Di tengah perjslanan pulang, seorang Yahudi memandang Rasulullah dengan sinis, sambil berkata para bangsawan Quraisy memang tidak mempunyai keahlian dalam perang. Kalau saja kalian berperang melawan kami, Kalian baru akan mengetahui bahwa kamilah sebenar-benarnya prajurit. Para sahabat tidak membalas perkataan sinis itu, karena tidak tega melukai kesedihan di hati Rasulullah ﷺ. Rasulullah ﷺ pun tidak menghiraukan ejekan dengki itu dan terus melangkah menuju rumah. *▪Dzun Nuraini▪* Setelah duka ditinggal Ruqayyah, Utsman kemudian menikahi adik Ruqayyah, Ummu Khultsum. Ummu Khultsum juga diusir oleh kedua mertuanya, Abu Lahab dan istrinya Ummu Jamil serta suaminya Utaibah, adik Utbah. Karena menikahi dua putri nabi inilah Utsman digelari Dzun Nuraini, 'Si Pemilik Dua Cahaya'. *Rasulullah ﷺ Hampir Dikultuskan* Sudah beberapa lama putri Rasulullah, Ruqayyah terserang sakit dan tidak kunjung sembuh. Musuh-musuh Rasulullah dari kalangan Yahudi dan orang-orang munafik mulai menyebarkan desas-desus, "Kalau memang Muhammad itu seorang nabi, tentu ia dengan mudah bisa menyembuhkan penyakit putrinya." "Jangan-jangan, dia memang bukan seorang nabi, melainkan tukang sihir," timpal yang lain, "Dulu di Mekah sihirnya berhasil memikat banyak orang, tetapi di sini ternyata tidak mempan." Desas-desus yang beredar gencar, membuat keimanan sebagian orang mulai goyah. Orang-orang munafik yang dipimpin Abdullah bin Ubay semakin bersemangat mengatakan ini dan itu tentang pribadi Rasulullah. Mendengar itu, sebagian Muslim bangkit amarahnya. Mereka melawan desas-desus itu dengan sanjungan pujian, dan pemujaan kepada Rasulullah. "Jangankan menyembuhkan penyakit, menghidupkan orang mati pun tentu Rasullulah bisa," demikian kata mereka. Mendengar hal-hal seperti itu, Rasullulah ﷺ segera datang dan berkata, "Janganlah kalian menyanjung-nyanjung diriku." "Bagaimana kami tidak akan menyanjung dirimu ya Rasulullah, bukankah engkau adalah pemimpin kami semua?" Beliau menggeleng. Beliau kemudian berkata bahwa dirinya hanyalah manusia biasa, ia tidak dapat menolak atau menyembuhkan penyakit apabila hal itu memang sudah dikendaki Allah. Beliau adalah manusia yang juga dapat menangis, tertawa, kepayahan, kesegaran, tidur, marah, senang, lapar, dahaga, makan, dan perlu pergi ke pasar seperti orang lain. Bahkan Rasulullah sendiri menderita sakit. Seorang tabib dipanggil datang untuk melakukan penyembuhan. Tabib itu melakukan pembekaman agar darah yang mengandung penyakit keluar. Namun, begitu darah Rasulullah keluar, tabib yang suka menyanjung itu menjilati darah beliau. Segera saja Rasulullah ﷺ melarang tabib itu dengan keras sambil berkata, "Semua darah haram! Semua darah haram!" Demikianlah, di satu sisi ada orang yang membenci Rasulullah, sementara disisi lain banyak orang yang justru memuja beliau secara berlebihan. Sehari sebelum Rasulullah ﷺ tiba di Madinah, berita kemenangan dibawa oleh Zaid bin Haritsah dan Abdullah bin Rawahah dari dua jurusan yang berlainan. Kaum Muslimin segera keluar rumah dan bergembira menyambut kemenangan besar ini. *_Bersambung_*.Bagian 82.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 82* *Mekkah Terkejut* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد Sementara itu keadaan sebaliknya menimpa Mekah, Al Haisuman bin Abdullah Al Khuza'i tergesa-gesa memasuki Mekah. Diberitakannya kehancuran pasukan Quraisy dan bencana yang telah menimpa para pemimpin, pembesar, dan bangsawan mereka. Mulanya orang Mekah tidak percaya, tetapi setelah yakin bahwa Al Haisuman tidak mengigau, seluruh kota menjadi penuh dengan jerit tangis. Abu Lahab yang tidak ikut berperang sangat terpukul mendengarkan berita mengerikan itu. "Tidak mungkin!" "Tidak mungkin!" demikian igaunya. Keesokan harinya, ia jatuh sakit dan menderita demam selama tujuh hari sebelum akhirnya meninggal. Para pemuka Quraisy pun berkumpul untuk memutuskan yang akan mereka lakukan. "Ingat sesedih apa pun hati kita jangan menunjukkan duka cita secara berlebihan," demikian kata salah seorang di antara mereka. "Jika Muhammad dan teman-temannya mendengar ini, mereka akan mengejek kita habis-habisan," "Jangan cepat-cepat datang membawa tebusan untuk membebaskan para tawanan," usul yang lain. "Nanti Muhammad akan meminta harga yang terlampau tinggi! Kita tunggu kesempatan baik untuk menebus mereka." Setelah beberapa lama barulah orang-orang Quraisy berdatangan untuk menebus para tawanan. Salah seorang di antaranya adalah Mikraz bin Hafz. Dia datang untuk menebus Suhail bin Amir. Suhail dikenal suka menjelek-jelekkan Rasulullah ﷺ. Begitu mengetahui Suhail akan dibebaskan Umar Bin Khattab menjadi sangat geram. Ia mendatangi Rasulullah ﷺ sambil berkata, "Rasulullah ijinkan saya mencabut 2 gigi seri Suhail bin Amir supaya lidahnya tidak terjulur keluar dan tidak lagi berpidato mencercamu di mana-mana." Namun Rasulullah ﷺ menjawab permintaan Umar itu dengan kata-kata yang sangat agung, "Aku tidak akan memperlakukannya secara kejam, supaya Allah tidak memperlakukan aku demikian, Sekali pun aku seorang nabi. *Hindun* Seberapa pun kuatnya orang-orang Quraisy menutupi kesedihannya, luka yang dalam itu tidak terbendung juga. Para wanita Quraisy selama sebulan penuh menangisi mayat-mayat para pejuang mereka. Mereka menggunting rambutnya sendiri, lalu membawa kuda dan unta orang yang sudah mati. Setelah itu mereka menangis sambil mengelilinginya. Hampir semua wanita yang kehilangan kerabatnya berlaku demikian, kecuali Hindun binti Utbah, Istri Abu Sufyan. Ketiga orang yang mati dalam duel sebelum pertempuran adalah orang-orang terdekat yang sangat disayangi Hindun. Utbah bin Rabiah adalah ayahnya, Syaibah bin Rabiah adalah pamannya, dan Walid Bin Utbah adalah kakaknya. Belum lagi beberapa keluarganya yang lain yang juga mati dalam pertempuran. Bisa dikatakan di antara wanita Quraisy Hindunlah yang paling banyak kehilangan sehingga pantaslah jika ia menunjukkan duka cita lebih banyak dibanding yang lain. Melihat Hindun tidak menangis, para wanita Quraisy keheranan. Beberapa dari mereka mendatangi Hindun sambil bertanya, "Kau tidak menangisi ayahmu, saudaramu, pamanmu, dan keluargamu yang lain?" Hindun berpaling dan menatap kawan-kawannya dengan tajam. Para wanita itu terkejut mengetahui bahwa bukan air mata yang mereka lihat di mata Hindun, melainkan api dendam yang berkobar-kobar. Hindun menjawab dengan kata-kata keras, "Aku menangisi mereka supaya nanti didengar oleh Muhammad dan teman-temannya sehingga mereka bisa menyoraki kita, begitu? Dan supaya wanita-wanita Khazraj juga bisa menyoraki kita? Tidak! Aku harus menuntut balas kepada Muhammad dan teman-temannya! Haram bagi kita memakai minyak wangi sebelum kita dapat memerangi Muhammad." "Sungguh kalau aku dapat mengetahui bahwa kesedihan dapat hilang dari hatiku, tentu aku menangis. Tetapi kesedihan ini baru akan hilang, kalau mayat orang yang telah membunuh orang-orang yang kucinta itu sudah kulihat dengan mata kepalaku sendiri!" Setelah itu, Hindun benar-benar menjalankan sumpahnya. Ia tidak memakai minyak wangi atau mendekati suaminya. Ia terus dan terus membakar semangat dendam orang-orang Quraisy sampai kemudian tiba saat Perang Uhud. Abu Sufyan sendiri bersumpah tidak akan mencuci kepala dengan air sebelum ia memerangi kembali Rasulullah. *Kisah Menantu Rasulullah* Salah seorang tawanan perang Badar adalah Abul Ash bin Rabi Ia adalah menantu Rasulullah. Karena ia menikahi Putri beliau Zainab, untuk menebus suaminya, Zainab mengirimkan Seuntai kalung peninggalan ibunya kepada Rosulullah. Ketika melihat kalung milik Khadijah itu, Rasulullah ﷺ amat terharu, air mata pun menetes di pipi beliau. Melihat duka Rasulullah ﷺ, para sahabat setuju untuk membebaskan Abul Ash bin Rabi tanpa harus membayar tebusan. Rasulullah ﷺ mengembalikan kalung Khadijah kepada Abul Ash dan meminta agar Abul Ash menceraikan Zainab. Menurut hukum Islam, seorang wanita Mukmin memang tidak boleh menikahi laki-laki kafir. Abul Ash menyetujui permintaan itu. *_Bersambung_*.Bagian 83.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 83* *Kembali ke Mekkah* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد Ketika kembali ke Mekkah, keluarganya berkata, "Biarlah engkau menceraikan istrimu itu, dan kami akan mencarikan bagimu gadis yang jauh lebih cantik daripadanya". Namun Abul Ash amat mencintai Zainab sehingga ia berkata, "Di Suku Quraisy tidak ada gadis yang dapat menandingi istriku," Walau dihalang-halangi orang Quraisy, Abul Ash melepaskan Zainab ke Madinah. Di tengah jalan beberapa orang Quraisy mengganggu unta Zainab sehingga putri Rasulullah ﷺ yang sedang hamil itu jatuh. Ketika itulah Zainab mengalami keguguran kandungannya. Beberapa waktu kemudian, Abul Ash pergi membawa barang-barang dagangan Quraisy, namun saat tiba di dekat Madinah, sebuah pasukan patroli muslim memergokinya. Mereka pun menyita semua barang bawaan. Abul Ash diam-diam berlindung dalam gelapnya malam. Abul Ash masuk ke Madinah dan meminta perlindungan kepada Zaenab. Zainab pun melindunginya. Mengetahui hal itu kaum muslimin mengembalikan barang-barang dagangan yang dibawa Abul Ash, dia pun segera pulang ke Mekah dan mengembalikan semua barang itu, kemudian berkata, "Masyarakat Quraisy! Masih adakah dari kamu yang belum mengambil barangnya?" "Tidak ada," jawab mereka. "Engkau ternyata orang jujur dan murah hati." Ketika itu Abul Ash pun masuk Islam dan kembali ke Madinah. Dengan bahagia Rasulullah ﷺ mengembalikan Zainab kepada Abul Ash sebagai seorang istri. *Al Qur'an Berbicara Seputar Peperangan* Berkenaan dengan peperangan tersebut turunlah surat Al Anfal. Surat ini merupakan "komentar Ilahi" terhadap peperangan tersebut. Komentar tersebut sangat berbeda dengan komentar-komentar yang dikemukakan oleh para raja dan panglima perang setelah meraih kemenangan. Pertama, Allah mengalihkan pandangan kaum muslimin untuk melihat segala kekurangan akhlak yang masih ada pada diri mereka dan sebagainya, agar mereka berupaya untuk menyempurnakan jiwa mereka dan membersihkannya dari kekurangan kekurangan tersebut. Kemudian, Allah memuji segala hal yang ada dalam kemenangan tersebut berupa Pertolongan Allah secara ghaib kepada kaum muslimin. Hal itu dikemukakan kepada mereka agar mereka tidak terpedaya dengan keberanian mereka, sehingga jiwa mereka menjadi sombong. Bahkan agar mereka bertawakkal kepada Allah, menaati-Nya dan menaati Rasulullah ﷺ. Kemudian, Dia menjelaskan tujuan mulia yang melandasi Rasulullah ﷺ terjun dalam peperangan berdarah tersebut, dan menunjukkan kepada mereka sifat-sifat dan akhlak yang dapat menyebabkan kemenangan dalam peperangan. Kemudian, berbicara kepada kaum musyrikin, orang-orang munafik, orang-orang Yahudi, dan para tawanan perang. Dia menasehati mereka secara baik, dan membimbing mereka untuk tunduk kepada kebenaran. Selanjutnya, berbicara kepada kaum muslimin seputar masalah perampasan barang dan menetapkan prinsip-prinsip masalah tersebut kepada mereka. Setelah itu Dia menjelaskan dan menetapkan undang-undang peperangan dan perdamaian yang sangat mereka butuhkan setelah dakwah Islam memasuki fase tersebut, sehingga peperangan kaum muslimin berbeda dengan peperangan orang-orang jahiliyah. Kaum muslimin memiliki kelebihan dalam hal akhlak dan nilai dan menegaskan kepada dunia bahwa Islam bukan sekedar teori namun juga mendidik penganutnya secara praktis di atas asas dan prinsip yang diserukan oleh-Nya. Kemudian menetapkan beberapa ketentuan dari undang-undang negara Islam yang menjelaskan tentang perbedaan antara kaum muslimin yang tinggal di dalam batas negara Islam dan kaum muslimin yang tinggal di luar batas negara Islam. Pada tahun kedua Hijriah diwajibkan *Shaum Ramadhan*, diwajibkan *zakat fitrah* dan dijelaskan nisab-nisab zakat yang lain. Diwajibkannya zakat fitrah, serta meringankan beban yang dipikul oleh sejumlah besar kaum Muhajirin, karena mereka adalah kaum fuqara yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Di antara peristiwa yang terindah adalah *hari raya pertama* bagi kaum muslimin jatuh pada bulan Syawal tahun kedua Hijriyah setelah meraih kemenangan dalam Perang Badar. Alangkah indahnya hari raya yang membahagiakan itu, yang Allah berikan kepada mereka setelah mereka meraih kemenangan dan kemuliaan. Alangkah indahnya pemandangan sholat Ied yang mereka lakukan setelah mereka keluar dari rumah-rumah mereka sambil mengumandangkan takbir, tauhid, dan Tahmid. Hati mereka penuh dengan harapan kepada Allah rindu kepada rahmat dan keridhaan-Nya. Setelah Allah berikan berbagai nikmat kepada mereka dan didukung dengan pertolongan-Nya. Hal itu diingatkan kepada mereka dengan firman-Nya: Quran surat Al-Anfal (الأنفال) / 8:26 وَ اذۡکُرُوۡۤا اِذۡ اَنۡتُمۡ قَلِیۡلٌ مُّسۡتَضۡعَفُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ تَخَافُوۡنَ اَنۡ یَّتَخَطَّفَکُمُ النَّاسُ فَاٰوٰىکُمۡ وَ اَیَّدَکُمۡ بِنَصۡرِہٖ وَ رَزَقَکُمۡ مِّنَ الطَّیِّبٰتِ لَعَلَّکُمۡ تَشۡکُرُوۡنَ "Dan ingatlah para Muhajirin ketika kamu masih berjumlah sedikit lagi tertindas di muka bumi (Mekah) kamu takut orang-orang Mekah akan menculik kamu maka Allah memberikan kamu tempat menetap (Madinah), mendukung kamu dengan pertolongan-Nya dan memberi rizki kamu dari yang baik-baik agar kamu bersyukur. *_Bersambung_*.Bagian 84.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 84* *Berbagai Operasi Militer Antara Badar dan Uhud* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد Perang Badar merupakan awal pertarungan bersenjata antara kaum muslimin dan kaum musyrikin, dan merupakan peperangan yang menentukan, kaum muslimin memperoleh kemenangan besar yang diakui oleh seluruh orang Arab. Orang yang menyesali akibat perang tersebut adalah mereka yang secara langsung memperoleh kerugian berat, yaitu kaum musyrikin atau orang-orang yang memandang kemuliaan dan kemenangan kaum muslimin merupakan pukulan telak terhadap eksistensi keagamaan dan perekonomian mereka yaitu kaum Yahudi. Sejak kaum muslimin meraih kemenangan dalam Perang Badar dua kelompok tersebut menyimpan amarah terhadap kaum muslimin. لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا ۖ وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَوَدَّةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَىٰ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيسِينَ وَرُهْبَانًا وَأَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: Sesungguhnya kami ini orang Nasrani. Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri. Surah Al-Ma'idah (5:82) Di Madinah terdapat para pendukung dua kelompok tersebut, dan mereka berpura-pura masuk Islam tatkala tidak ada tempat lagi untuk meraih kewibawaan mereka. Mereka adalah Abdullah bin Ubay dan teman-temannya, kelompok ketiga ini lebih besar lagi kemarahannya daripada dua kelompok di atas. Di samping itu terdapat kelompok keempat, mereka adalah orang-orang Baduy yang tinggal di sekitar Madinah. Masalah kekufuran dan keimaman mereka tidaklah menjadi perhatian bagi mereka, tetapi mereka adalah para perampok dan perampas. Mereka mulai goncang karena kemenangan yang diraih kaum muslimin. Mereka khawatir akan tegak di Madinah suatu negara yang kuat, yang akan menghalangi mereka untuk meraih kesuksesan atau kekuatan melalui perampokan dan perampasan. Sehingga mereka pun membenci kaum muslimin dan menjadi musuh mereka. *Perang Bani Sulaim* Berita pertama yang disampaikan oleh utusan dari Madinah kepada Nabi ﷺ setelah Perang Badar adalah Bani Sulaim. Bani Sulaim ini berasal dari kabilah Ghathafan. Mereka menggalang kekuatannya untuk menyerang Madinah. Nabi ﷺ dengan pasukan kavaleri yang berkekuatan 200 personel mendatangi kabilah tersebut di perkampungannya. Sesampainya beliau di wilayah mereka di daerah al-Kudr, Bani Sulaim melarikan diri dan meninggalkan 500 ekor unta. Mereka meninggalkan untanya di suatu lembah yang dikuasai oleh pasukan Madinah. Unta-unta tersebut diambil seperlimanya oleh Rasulullah ﷺ . Rasulullah membagikan unta-unta tersebut kepada para sahabatnya. Setiap orang mempunyai dua ekor onta. Beliau juga mendapatkan seorang budak yang bernama Yasar yang kemudian dibebaskan. Di perkampungan Bani Sulaim tersebut Nabi ﷺ tinggal selama tiga hari. Kemudian beliau kembali ke Madinah. Peperangan tersebut terjadi pada bulan Syawal tahun kedua Hijriyah 7 hari setelah pulang dari Perang Badar. Dalam peperangan tersebut Nabi ﷺ menyerahkan urusan Madinah kepada Siba' bin Arfatah. *Persekongkolan untuk Membunuh Nabi Muhammad* Kekalahan kaum musyrikin dalam Perang Badar menimbulkan dampak yang mendalam. Kaum Quraisy di Mekah menjadi marah dan mulai meluap-luap emosinya terhadap Nabi Muhammad ﷺ. Ada dua orang tokoh Quraisy yang melakukan persekongkolan untuk membunuh nabi Muhammad ﷺ. Tidak beberapa lama seusai Perang Badar, Umair bin Wahab Al jami' dan Safwan Bin Umayyah duduk bersama di sebuah batu. Umair adalah salah seorang *"Syaithan"* Quraisy yang selalu menyakiti Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabat beliau ketika masih berada di Mekkah. Sedangkan anaknya yang bernama Wahab bin Umair menjadi tawanan Badar. Umair menyebutkan para tokoh korban perang Badar, lalu Sofwan berkata, "Sesungguhnya setelah kematian mereka akan datang kehidupan yang baik." Umair berkata kepadanya, "Sungguh, kamu benar. Demi Allah, seandainya aku tidak mempunyai tanggungan hutang, dan tidak khawatir terlantar setelah aku mati, pasti aku akan mendatangi Muhammad dan membunuhnya. Aku mempunyai alasan yaitu anakku yang menjadi tawanan mereka." Safwan pun menjawab, "Utangmu aku tanggung, aku yang akan melunasinya, dan keluargamu bersama keluargaku selama mereka masih hidup. Hal itu tidak berat bagiku". Umair kemudian berkata, "Rahasiakanlah persoalan ini, Akan kulakukan," Selanjutnya Umair mengambil pedangnya, lalu dia berangkat ke Madinah. Ketika sudah sampai di pintu masjid dia menderumkan untanya. Terlihat olehnya Umar Ibnul Khattab yang sedang berbincang-bincang dengan beberapa orang dari kaum muslimin tentang kemenangan perang Badr. Maka Umar berkata, "Ini musuh Allah." "Umair tidaklah datang kecuali untuk maksud jahat." Kemudian Umar masuk mendatangi Nabi Muhammad ﷺ seraya berkata, "Wahai nabi Allah, Umair musuh Allah telah datang dengan menyandang pedangnya." Nabi menjawab, "Suruhlah masuk menemui aku." Umar pun menemui Umair, dan sambil menarik tali pedang Umair ia berkata kepada beberapa orang dari kaum Anshor, "Masuklah, temui Rasulullah ﷺ dan duduklah di sisi beliau, serta jagalah beliau dari orang jahat ini, karena dia perlu diwaspadai." *_Bersambung_*.Bagian 85.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 85* *Umair kembali ke Mekah dan menyerukan Islam* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد Umar kemudian membawa masuk Umair kepada Rasulullah ﷺ . Setelah melihatnya dan Umar memegang tali pedang yang berada di lehernya, Nabi ﷺ berkata, "Lepaskanlah wahai Umar, dan mendekatlah hai Umair." Umair kemudian mendekat dan berkata, "Selamat pagi." Nabi ﷺ menjawab, "Allah telah memuliakan kami dengan suatu penghormatan yang lebih baik dari penghormatanmu hai Umair, yaitu dengan salam penghormatan penduduk surga." Beliau kemudian bertanya, "Hai Umair, ada keperluan apa kamu datang?" Umair menjawab, "Aku datang karena anakku menjadi tawananmu." "Perlakukanlah ia secara baik." Nabi ﷺ bertanya, "Lalu untuk apa pedang yang ada di lehermu itu." Umair menjawab, "Semoga Allah memperburuk pedang tersebut. Apakah pedang ini berguna bagi kami?" Nabi ﷺ berkata, "Berkatalah secara jujur, kamu datang dalam rangka apa?" Umair menjawab, "Aku tidaklah datang kecuali untuk keperluan tersebut." Nabi ﷺ berkata, "Tidak, kamu dengan Safwan bin Umayyah telah duduk di sebuah batu, dan kalian telah menyebut-nyebut tentang para korban Perang Badar dari kaum Quraisy, kemudian kamu berkata, "Seandainya aku tidak mempunyai tanggungan hutang dan keluarga, aku akan keluar untuk membunuh Muhammad." Kemudian Sofwan menanggung hutang dan menjamin keluargamu dengan syarat kamu membunuhku. Allah pasti menghalangi rencanamu itu." Umair berkata, "Saya bersaksi bahwa Engkau adalah Rasulullah wahai Rasulullah, sebelumnya aku mendustakan berita-berita langit yang Kau bawa kepada kami dan wahyu yang diturunkan kepadaMu. Rencanaku ini tidak ada yang mengetahui selain aku dan Sofwan, demi Allah aku mengetahui tidak ada yang memberitahukan padaMu kecuali Allah." "Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan aku kepada Islam dan membawa aku ke tempat ini kemudian mengucapkan syahadat secara benar." Rasulullah ﷺ lalu berkata "Ajarilah saudara kalian ini tentang agama, ajarkan Alquran kepadanya dan bebaskanlah tawanannya." Adapun Sofwan mengatakan, "Bergembiralah dengan suatu peristiwa yang datang kepada kalian sekarang, pada hari-hari yang akan melupakan kalian dari peristiwa Badar." Dia bertanya tentang Umair kepada orang-orang yang berpergian, sehingga salah seorang yang berpergian memberitahukan kepadanya tentang keislaman Umair. Sofwan bersumpah untuk tidak berbicara kepadanya selamanya, dan tidak akan memberikan suatu manfaat kepadanya selamanya. Umair kembali ke Mekah dan tinggal di sana menyerukan Islam. Kemudian banyak orang yang masuk Islam melalui dakwahnya. *Perang Bani Qainuqa* Pada perjanjian yang lalu yang diadakan oleh Rasulullah dengan orang-orang Yahudi, telah disebutkan bahwa beliau dan kaum muslimin sudah berusaha untuk melaksanakan isi perjanjian tersebut. Tetapi sebaliknya orang-orang Yahudi tak ada seorang pun yang mematuhi isi perjanjian. Mereka selalu melakukan penghianatan sehingga meresahkan kaum muslimin. Ibnu Ishaq berkata Syas bin Qais seorang tokoh Yahudi yang sangat kufur dan sangat membenci serta dengki kepada kaum muslimin melewati beberapa orang sahabat Rasulullah ﷺ dari kabilah Aus dan Khazraj yang berada dalam suatu majelis yang telah menyatukan mereka. Mereka sedang berbincang-bincang di dalam majelis tersebut. Melihat persatuan dan hubungan baik sesama mereka di atas dasar Islam, telah membangkitkan kemarahan Syas bin Qais. Dia berkata dalam hati, "Para tokoh telah bersatu di negeri ini. Demi Allah, saya tidak akan bersama mereka Apabila para tokoh mereka bersatu di negeri ini karena suatu ketetapan". Ia kemudian menyuruh seorang pemuda Yahudi yang ikut bersamanya untuk mendatangi mereka dengan mengatakan, "Datanglah kepada mereka dan duduklah bersama mereka, kemudian Ingatkan akan peristiwa Bu'ats dan peristiwa-peristiwa sebelumnya, dan alunkan kepada mereka beberapa syair yang berisi tentang pertengkaran mereka." Pemuda Yahudi itu pun melakukannya, maka kaum muslimin ketika itu menjadi bertengkar sampai dua orang dari dua kabilah itu melompat ke atas suatu kendaraan lalu terjadi perang mulut. Dua kelompok tersebut menjadi marah semuanya dan berkata, "Telah kami lakukan janji kalian yang menyakitkan." "Senjata, senjata." Mereka lalu keluar mendatangi lawannya dan hampir terjadi peperangan. Peristiwa tersebut sampai kepada Rasulullah ﷺ lalu Beliau bersama para sahabat mendatangi mereka seraya mengatakan, "Wahai kaum muslimin, ingat Allah, Allah! Apakah kalian menyerahkan seruan jahiliyah sementara aku masih di tengah-tengah kalian, setelah Allah menunjukkan kalian kepada Islam dan memuliakan kalian dengannya, memutuskan kalian dari perkara jahiliyah, menyelamatkan kalian dari kekufuran dan menyatukan hati kalian?" Mendengar itu semua, akhirnya kaum muslimin pun sadar bahwa apa yang terjadi itu merupakan tipu daya setan dari musuh mereka. *_Bersambung_*.Bagian 86.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 86* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد Mereka kemudian menangis dan saling berangkulan antara kaum Aus dan kaum Khazraj, kemudian meninggalkan tempat bersama Rasulullah ﷺ dengan penuh ketaatan. Allah telah memadamkan dari mereka tipu daya musuh Allah, Ibnu Qais. Itulah, apa yang dilakukan dan diupayakan oleh Yahudi untuk menimbulkan keresahan dan permusuhan di tengah-tengah kaum muslim, dan menghalangi jalan dakwah islam. Dalam hal ini mereka memiliki berbagai program. Mereka menebarkan berbagai isu, beriman pada pagi hari dan kufur di sore harinya, untuk menanamkan benih-benih keraguan di dalam hati kaum yang lemah. Mereka mempersempit jalan-jalan kehidupan terhadap orang yang memiliki hubungan keuangan dengan mereka. Apabila mereka mempunyai tanggungan hutang kepada orang mukmin dan tidak dapat melunasinya mereka mengatakan sesungguhnya hutangku kepadamu hanya kubayar ketika kamu masih berada di atas agama nenek moyangmu, apabila kamu telah keluar dari agama nenek moyangmu tidak akan kubayar lagi. Mereka melakukan itu sebelum Perang Uhud sekali pun mereka terikat perjanjian dengan Rasulullah ﷺ. Rasulullah dan para sahabat tetap bersabar atas hal itu semua, agar mereka mau sadar, di samping untuk mewujudkan keamanan di dalam negeri. Tetapi, mereka tidak melihat bahwa Allah telah menolong orang-orang yang beriman di medan Badar dan mereka telah memiliki kekuatan dan kewibawaan orang-orang yang jauh maupun yang dekat. Maka mereka menyatakan kejahatan dan permusuhannya secara terang-terangan. Orang Yahudi yang paling dengki dan paling jahat adalah saat Kaab bin Asyraf, sebagaimana halnya Bani Qainuqa merupakan kelompok yang paling jahat di antara ketiga kelompok Yahudi. Bani Qainuqa tinggal di dalam Madinah. Profesi mereka adalah tukang sepuh dan pembuat bejana. Dengan profesi tersebut setiap orang dari mereka memiliki alat-alat perang. Jumlah prajurit mereka adalah 700 orang. Mereka adalah Yahudi Madinah yang paling berani dan Yahudi pertama yang melanggar perjanjian. Ketika Allah memberikan kemenangan kepada kaum muslimin di Badar, ulah mereka semakin brutal. Mereka membangkitkan keributan dengan mencela dan mengganggu setiap muslim yang mendatangi pasar mereka, sampai mereka berani mengganggu para wanita kaum muslimin. Tatkala kejahatan mereka sudah memuncak, Rasulullah ﷺ mengumpulkan mereka, menasehati mereka, dan mengajak mereka kepada kebenaran. Tetapi kejahatan dan kesombongan mereka semakin menjadi. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan dari jalur Ibnu Abbas رضي الله عنه berkata, "Setelah Rasulullah ﷺ berhasil menundukkan orang-orang Quraisy dalam Perang Badar, beliau mengumpulkan orang-orang Yahudi di pasar Bani Qainuqa dan berkata, "Wahai orang-orang Yahudi, masuklah kedalam Islam sebelum kalian ditimpa oleh apa yang telah menimpa kaum Quraisy." Mereka mengatakan, "Hai Muhammad, Janganlah Engkau membanggakan kemenangan terhadap kaum Quraisy mereka itu tidak mengerti ilmu peperangan. Seandainya kami yang Engkau hadapi dalam peperangan niscaya Engkau akan mengetahui siapa sebenarnya kami. Kemudian Allah تَعَالَى menurunkan ayat قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا سَتُغْلَبُونَ وَتُحْشَرُونَ إِلَىٰ جَهَنَّمَ ۚ وَبِئْسَ الْمِهَادُ Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka Jahannam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya. Surah Ali 'Imran (3:12) قَدْ كَانَ لَكُمْ آيَةٌ فِي فِئَتَيْنِ الْتَقَتَا ۖ فِئَةٌ تُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأُخْرَىٰ كَافِرَةٌ يَرَوْنَهُمْ مِثْلَيْهِمْ رَأْيَ الْعَيْنِ ۚ وَاللَّهُ يُؤَيِّدُ بِنَصْرِهِ مَنْ يَشَاءُ ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي الْأَبْصَارِ Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati. Surah Ali 'Imran (3:13) Makna jawaban dari Bani Qainuqa itu merupakan pernyataan terbuka untuk berperang, tetapi Nabi ﷺ menahan amarahnya dan bersabar, demikian pula kaum muslimin. Mereka menunggu sampai orang-orang Yahudi berbuat kejahatan melampau batas. Orang-orang Yahudi dari Bani Bani Qainuqa bertambah berani. Tidak lama kemudian mereka berbuat kerusuhan di Madinah. Mereka berusaha untuk membinasakan kaum Muslimin dan menutup celah-celah kehidupan mereka. Diriwayatkan oleh Ibnu Hisyam dari Abu Aun bahwasanya seorang wanita Arab datang ke pasar Bani Qainuqa untuk menjual barang dagangannya. Dia mendatangi tukang sepuh dan duduk di sana. Tiba-tiba beberapa orang Yahudi menginginkan wanita itu untuk membuka penutup mukanya. Tetapi wanita itu menolak. Tanpa diketahui oleh wanita itu secara diam-diam tukang sepuh itu menyangkutkan ujung pakaian yang menutup seluruh tubuh wanita Arab itu pada bagian punggungnya. Ketika wanita itu berdiri terbukalah aurat bagian belakangnya. Orang-orang Yahudi yang melihatnya tertawa terbahak-bahak. Wanita itu kemudian berteriak meminta pertolongan. Mendengar teriakan itu salah seorang dari kaum Muslimin menyerang tukang sepuh Yahudi itu dan membunuhnya. Orang-orang Yahudi yang berada di tempat itu kemudian mengeroyoknya dan membunuhnya. Peristiwa itulah yang menyebabkan terjadinya peperangan antara kaum muslimin dan orang-orang Yahudi dari Bani Qainuqa. Melihat peristiwa biadab yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dari Bani Qainuqa, Rasulullah hilang kesabaran. Beliau menyerahkan urusan Madinah kepada Abu Lubabah bin Abdul Mundzir, menyerahkan bendera kaum muslimin kepada Hamzah bin Abdul Mutholib, dan bersama tentara Allah beliau berangkat menuju Bani Qainuqa. Ketika Yahudi dari Bani Qainuqa melihatnya, mereka segera berlindung di dalam benteng benteng mereka. *_Bersambung_*.Bagian 87.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 87* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد Kemudian kaum muslimin mengepung mereka dengan ketat yaitu pada hari Sabtu pertengahan bulan Syawal tahun kedua Hijrah. Pengepungan itu berlangsung selama 15 hari sampai awal bulan Dzulqaidah. Allah timpakan rasa takut ke dalam hati mereka. Akhirnya mereka menyerah dan bersedia menerima hukumannya yang akan diputuskan oleh Rasulullah ﷺ menyangkut budak, harta, istri, dan anak keturunan mereka. Ketika itu Bangkitlah Abdullah bin Ubay bin Salul memainkan peran kemunafikannya. Dia mendesak Rasulullah ﷺ agar memaafkan mereka, dengan mengatakan, "Wahai Muhammad perlakukanlah para sahabatku itu dengan baik". (Mereka adalah para sekutu kabilah Khazraj yang salah seorang pemimpin nya adalah Abdullah bin Ubay). Permintaannya itu tidak ditanggapi oleh Rasulullah ﷺ . Abdullah bin Ubay mengulangi permintaannya tetapi beliau berpaling darinya, sambil memasukkan tangannya ke dalam baju besinya lalu berkata kepadanya, "Tinggalkan aku!" Beliau marah dan wajahnya tampak berubah, lalu berkata lagi, "Celakalah kau, tinggalkan aku!" Tetapi sang munafik tersebut tetap saja pada keinginannya dan berkata, "Tidak, demi Allah aku tidak akan meninggalkan Engkau sebelum Engkau memperlakukan para sahabatku itu dengan baik." "400 orang tanpa perisai dan 300 orang bersenjata lengkap yang telah membelaku terhadap semua musuh-musuhku itu, apakah Engkau habisi nyawanya dalam waktu sehari? Demi Allah aku betul-betul menghawatirkan terjadinya bencana itu." Rasulullah ﷺ memperlakukan si munafik tersebut yang baru sebulan menampakkan keislamannya dengan memberikan perhatian kepadanya. Dia serahkan orang-orang Yahudi itu kepadanya dengan syarat mereka harus keluar dari Madinah dan tidak boleh hidup berdekatan dengan kota Madinah. Mereka pun keluar menuju daerah di sekitar Syam, dan tidak lama kemudian sebagian besar dari mereka meninggal dunia. Rasulullah ﷺ menerima harta kekayaan mereka. Dari harta tersebut beliau mengambil tiga keping uang, dua baju besi, tiga pedang, tiga tombak, dan seperlima ghanimah. Orang yang bertanggung jawab mengumpulkan ghanimah adalah Muhammad bin Maslamah. *Perang Sawiq* Ketika Shafwan bin Umayyah, orang-orang Yahudi, dan orang-orang munafik melakukan makar, Abu Sufyan berfikir untuk melakukan suatu tindakan yang kecil resikonya, tetapi jelas pengaruhnya. Ia berupaya untuk segera melakukan tindakan untuk memelihara kedudukan kaumnya, dan menunjukkan kekuatan mereka. Abu Sufyan bernazar tidak akan membasahi rambutnya dengan air karena junub sebelum menyerang Muhammad. Maka ia pun keluar membawa 200 tentara untuk memenuhi nadzarnya. Mereka tiba di suatu terusan yang menghadap ke gunung Naib, dari Madinah sekitar satu barid atau 12 mil. Tetapi ia tidak berani menyerang Madinah secara terang-terangan. Ia melakukan suatu tindakan seperti tindakan pembajakan yaitu memasuki pinggiran Madinah secara sembunyi-sembunyi di tengah-tengah kegelapan malam. Dia mendatangi Huyai bin Al-Khattab dan meminta dibukakan pintu, namun Huyai tak mau dan merasa ketakutan. Kemudian ia mendatangi Salam bin Musykam, pemimpin Bani Nadlir pada saat itu. Setelah meminta izin ke Salam bin Musykam, Ia pun diberi izin, diberi minum khamer dan memperoleh informasi tentang keadaan kaum muslimin pada saat ini darinya. Kemudian pada malam itu juga Abu Sufyan keluar dan menemui para sahabatnya, lalu mengutus satu pasukan dari mereka dan menyerang suatu tempat di pinggiran kota Madinah yang bernama Aridl. Mereka menebang dan membakar beberapa pohon kurma dan di sana mereka membunuh seorang lelaki Anshor dan sekutunya yang sedang berada di kebun mereka. Setelah itu mereka melarikan diri ke Mekah. Peristiwa tersebut sampailah ke telinga Rasulullah ﷺ. Lalu Beliau segera mengejar Abu Sufyan dan kawan-kawannya. Akan tetapi, mereka segera melarikan diri dengan sangat cepat, mereka melemparkan bekal makanan mereka yang berupa tepung (sawiq) dalam jumlah yang banyak untuk memperingan beban dan agar dapat lari lebih cepat lagi. Rasulullah ﷺ pun sampai di Qarqaratul Kadar, kemudian kembali pulang, dan kaum muslimin membawa tepung (sawiq) yang dilemparkan oleh orang-orang kafir itu. Sehingga peristiwa ini dinamakan dengan perang sawiq. Peristiwa ini terjadi pada bulan Dzulqaidah tahun kedua Hijriyah dua bulan setelah peristiwa Badar. Dalam perang ini Rasulullah menyerahkan urusan Madinah kepada Abu Lubabah bin Abdul Mundzir. *_Bersambung_*.Bagian 88.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 88* *Perang Dzi Amar* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد Peperangan ini merupakan operasi militer terbesar yang dipimpin Rasulullah ﷺ , sebelum Perang Badar. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram tahun ketiga Hijriah. Faktor penyebabnya adalah intelijen Madinah menyampaikan berita kepada Rasulullah ﷺ , bahwa ada sekelompok besar dari bani Tsa'labah dan Maharib berkumpul untuk melancarkan serangan di pinggiran Madinah. Maka Rasulullah ﷺ mendorong kaum muslimin untuk keluar berperang, Kemudian keluarlah Beliau membawa 450 tentara yang berkendaraan maupun yang berjalan kaki. Beliau menyerahkan urusan Madinah kepada Utsman bin Affan. Di tengah-tengah perjalanan, mereka menangkap seseorang dari Bani Tsa'labah bernama Jabbar. Ia pun dibawa kepada Rasulullah ﷺ . Lalu Beliau menyerukan Islam kepada-nya, dan ia pun masuk Islam. Kemudian dibolehkan bergabung bersama Bilal dan menjadi penunjuk jalan pasukan kaum muslimin menuju daerah musuh. Musuh bercerai-berai di puncak-puncak gunung, ketika mendengar kedatangan pasukan kaum Muslimin. Nabi ﷺ bersama pasukannya sampai di tempat berkumpulnya mereka, yaitu di Dzi Amar. Di sana beliau tinggal selama sebulan penuh, Bulan Safar tahun ketiga Hijriah, untuk menunjukkan kekuatan kaum muslimin kepada orang-orang Arab Badui dan agar mereka merasa takut. Setelah itu beliau kembali ke Madinah. *Pembunuhan Ka'ab Bin Al Asyraf* Ka'ab bin Al Asyraf adalah seorang Yahudi yang paling keras memusuhi Islam dan kaum muslimin, paling keras gangguannya kepada Rasulullah ﷺ dan menyerukan untuk memerangi beliau. Ka'ab bin Al Asyraf berasal dari kabilah Thai' dari bani Nabhan dan ibunya dari bani Nadhir. Ia adalah seorang yang kaya raya, di kalangan orang-orang, terkenal dengan ketampanannya dan juga seorang penyair. Bentengnya terletak di sebelah tenggara Madinah di belakang perkampungan Bani Nadhir. Ketika pertama kali mendengar berita tentang kemenangan kaum muslimin dan terbunuhnya para pemimpin Quraisy di Badar ia berkata, "Apakah berita ini benar? Mereka itu adalah para pemimpin orang-orang Arab dan raja manusia. Demi Allah, seandainya Muhammad dan para sahabatnya berhasil menundukkan mereka, perut bumi ini sungguh lebih baik daripada punggungnya." Tatkala kebenaran berita tersebut sudah dapat dipastikan, musuh Allah tersebut tergerak untuk mencaci Rasulullah ﷺ dan kaum Muslimin, memuji musuh-musuh kaum Muslimin, dan membangkitkan mereka untuk memusuhi kaum Muslimin. Ia tidak puas dengan sekedar berbuat seperti itu, sehingga ia pun mendatangi orang-orang Quraisy dan singgah di tempat Al Muthalib Bin Abi Wada'ah ah Sahmi. Di sana ia mengalunkan syair-syair ratapan para korban Badar dari kaum musyrikin yang dimasukkan ke dalam sebuah sumur badar. Dengan demikian ia dapat membangkitkan kemarahan anak cucu mereka dengan kedengkian mereka terhadap Nabi ﷺ, serta mengajak mereka untuk memeranginya. Ketika berada di Mekah, Ka'ab ditanya oleh Abu Sufyan dan kaum musyrikin, "Mana yang lebih engkau sukai, agama kami atau agama Muhammad dan para sahabatnya? Dan manakah yang benar jalan kami ataukah Muhammad dan para sahabatnya? Ka'ab menjawab, "Kalian lah yang lebih benar jalannya dan lebih baik. Kemudian turunlah firman Allah ta'ala: أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا هَٰؤُلَاءِ أَهْدَىٰ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا سَبِيلًا Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Al kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang Kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman. Surah An-Nisa' (4:51) Kemudian Ka'ab kembali ke Madinah dalam keadaan demikian. Di dalam syair-syairnya mulai berani merayu-rayu istri-istri para sahabat dan menyakiti para sahabat dengan kelancangan lidahnya yang keras. Ketika itulah Rasulullah ﷺ berkata, "Siapakah yang bersedia membunuh Ka'ab bin Al Asyraf? Sungguh ia telah menyakiti Allah dan Rasulnya" Maka Muhammad bin Maslamah bangkit dan mengatakan, "Saya, wahai Rasulullah. Apakah Engkau suka apabila saya membunuhnya?" "Ya," jawab Beliau. Muhammad bin Maslamah mengatakan, "Ijinkan aku mengatakan sesuatu (kepadanya)." "Katakanlah," sahut Beliau. *_Bersambung_*.Bagian 89.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 89* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد Rasulullah ﷺ mengizinkan Muhammad bin Maslamah mengatakan apa saja yang ia ingin katakan kepada Ka'ab bin Al Ashraf. Muhammad bin Maslamah kemudian mendatangi Ka'ab bin Al Ashraf dan mengatakan, "Orang itu (yakni Muhammad ﷺ ) meminta shodaqoh kepada kami. Dia sangat memberatkan kami." Ka'ab berkata: "Rupanya, engkau telah bosan kepadanya." Muhammad bin Maslamah berkata, "Kami telah mengikuti dia, dan kami tidak ingin meninggalkannya sampai kami melihat sendiri bagaimana akhir persoalannya nanti. Kami menginginkan engkau bersedia memberi pinjaman kepada kami satu atau dua wasaq (satu wasaq kurang lebih sama dengan 60 gantang)." "Baiklah tetapi engkau harus memberikan barang jaminan kepadaku," jawab Ka'ab. Muhammad bin maslamah berkata, "Jaminan apa yang kau inginkan?" "Berikanlah istri-istri kalian kepadaku sebagai jaminan," jawab Ka'ab. Muhammad bin maslamah berkata, "Bagaimana mungkin kami menyerahkan istri-istri kami sementara engkau adalah orang yang paling tampan." "Kalau begitu, Serahkanlah anak-anak kalian kepadaku," sahut Ka'ab. Muhammad bin maslamah berkata, "Bagaimana mungkin kami menyerahkan anak-anak kami sebagai jaminan. Mereka akan mencela karena digadaikan dengan satu atau dua wasaq. Ini adalah aib bagi kami. Kami akan menyerahkan senjata saja kepadamu sebagai barang jaminan." Selanjutnya ia berjanji akan datang lagi kepada Ka'ab Abu Na'ilah juga melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Muhammad bin maslamah. Dia mendatangi Ka'ab bin Al Ashraf dan mengalunkan beberapa syair sejenak, lalu berkata, "Wahai Ibnul Ashraf aku datang kepadamu untuk suatu keperluan. Aku akan mengatakannya hanya kepadamu, tetapi rahasiakanlah." Ka'ab menjawab, "Baik akan kurahasiakan." Abu Nailah berkata, "Kedatangan orang itu (yakni kedatangan Muhammad ﷺ di Madinah) membawa bencana bagi kami. Kami dimusuhi oleh orang-orang Arab, kami diisolasi, kami hidup serba susah, sehingga kami dan keluarga harus bekerja membanting tulang." Selanjutnya saling dialog seperti dialog antara Ka'ab dan Muhammad bin maslamah. Di sela-sela pembicaraannya itu, Abu Nailah mengatakan, "Sesungguhnya aku bersama para sahabatku yang sependapat dengan aku. Aku ingin membawa mereka kepadamu, lalu engkau memberi mereka yang berlaku baik dalam hal tersebut." Dalam dialog tersebut Muhammad bin Maslamah dan Abu Naila telah berhasil mencapai apa yang diinginkannya. Karena setelah dialog tersebut Ka'ab tidak mencurigai senjata dan para sahabat yang mereka bawa. Pada malam bulan purnama, malam ke 14 dari bulan Rabiul awal tahun ke-3 Hijriyah, tim tersebut berkumpul menghadap Rasulullah ﷺ , beliau kemudian mengantar mereka sampai ke Baqi' Gharqad, lalu mengarahkan mereka dengan mengatakan, "Berangkatlah atas nama Allah. Ya Allah, tolonglah mereka." Setelah itu beliau pulang dan terus melakukan sholat dan bermunajat kepada Rabbnya. Tim itu pun tiba di benteng (tempat tinggal Ka'ab bin Al Ashraf) Abu Na'ila kemudian memanggilnya, dan Ka'ab pun bangkit untuk mendatangi mereka. Istrinya berkata, "Mau kemana pada saat seperti ini? Aku mendengar seperti suara yang dapat meneteskan darah." Ka'ab berkata, "Ia adalah saudaraku, Muhammad bin Maslamah dan saudara susuku Abu Na'ilah. Sesungguhnya orang yang mulia itu apabila dipanggil untuk bertempur, pasti bersedia menghadapinya." Kemudian ia keluar menemui mereka dengan pakaian yang harum semerbak. Abu Na'ilah telah berkata kepada para sahabatnya, "Apabila ia telah datang, aku akan membelai rambutnya dan menciumnya. Dan apabila kalian melihat aku telah dapat memegang kepalanya, renggutlah dan bunuhlah dia." Ka'ab pun datang menghampiri mereka dan berbicara sejenak, kemudian Abu Na'ilah berkata, "Wahai Ibnu Ashraf, bagaimana kalau kita berjalan jalan di jalanan kampung untuk berbincang-bincang menghabiskan malam-malam kita?" "Baiklah jika kalian menghendaki," jawab Ka'ab bin Asyrof. Mereka kemudian keluar untuk berjalan-jalan, di tengah perjalanan Abu Nailah berkata, "Aku belum pernah melihat engkau seharum pada malam ini." Kaab bangga mendengar pujian seperti itu, dan ia berkata, "Aku mempunyai parfum wanita-wanita Arab." Abu Na'ilah berkata, "Bolehkah aku mencium kepalamu?" " "Boleh," jawab Kaab. Abu Na'ilah kemudian membelai kepala rambut Ka'ab dan menciumnya, demikian pula para sahabatnya. Kemudian berjalan sejenak, lalu berkata, "Bolehkah aku mengulanginya lagi?" "Silahkan," jawab Kaab. Abu Na'ilah pun membelai rambutnya, dan tatkala sudah dapat memegangnya, ia berseru, "Renggutlah musuh Allah ini!" Seketika itu juga pedang-pedang mereka merenggutnya tetapi tidak memberikan manfaat sedikit pun. Lalu Muhammad bin maslamah mengambil sebilah pedang dan dia letakkan di bagian bawah perut lalu dia tekan sampai menembusnya. Kaab pun terkapar dan mati seketika. Ketika itu Kaab meraung keras sehingga dapat membuat ketakutan orang-orang yang berada di sekitarnya. Tidak lama kemudian, semua lampu dalam benteng dinyalakan. *_Bersambung_*.Bagian 90.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 90* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد Tim itu Bagian 90 kembali, Ketika itu Al Haris bin Aus terkena ujung pedang sebagian sahabatnya sehingga terluka dan mengucurkan darah. Setelah tiba di Hurrotul Aridl, ternyata Al Haris tidak ada di tengah-tengah mereka. Mereka kemudian mencarinya, lalu mereka gotong. Setelah tiba di Baqi' Gharqad, mereka bertakbir dan takbir mereka didengar oleh Rasulullah ﷺ . Sehingga, beliau mengetahui bahwa mereka telah berhasil membunuh Kaab, dan beliau kemudian bertakbir. Setelah mereka sampai di hadapan beliau, beliau berkata, "Wajah kalian berseri-seri." "Wajah Anda juga wahai Rasulullah." sahut mereka. Mereka meletakkan kepala sang thaghut tersebut di hadapan beliau, dan beliau memuji Allah atas terbunuhnya sang Thoghut itu. Beliau kemudian mengobati luka Al Haris dan sembuh seketika itu juga. Setelah orang-orang Yahudi mengetahui kematian pemimpinnya, Kaab bin Asyraf, mereka sangat ketakutan. Mereka baru menyadari bahwa Rasulullah ﷺ tidak segan-segan untuk menggunakan kekuatan ketika nasehat sudah tidak diindahkan lagi oleh orang-orang yang ingin menghancurkan keamanan, menimbulkan keresahan, dan tidak menghormati perjanjian. Mereka tidak berani bertindak sesuka hati, Bahkan mereka menunjukkan sikap seolah-olah mentaati perjanjian. Mereka bersembunyi di benteng bagaikan ular yang terburu-buru masuk ke dalam liangnya untuk bersembunyi. Demikianlah untuk sementara waktu Rasulullah ﷺ dapat mencurahkan seluruh perhatiannya dalam menghadapi berbagai bahaya yang kemungkinan muncul di luar Madinah. Beban kaum muslimin semakin berkurang, sebagian besar masalah-masalah intern mereka telah terselesaikan. *Ekspedisi Zaid Ibnul Harits* Ekspedisi ini merupakan operasi militer yang terakhir dan paling berhasil yang dilakukan oleh kaum muslimin sebelum Perang Uhud. Peristiwa ini terjadi pada bulan Jumadil Akhir Tahun ketiga Hijrah. Urutan peristiwa tersebut adalah kaum Quraisy selalu dirundung kesedihan setelah terjadinya peristiwa Badar. Ketika tiba musim panas dan musim dagang Islam telah dekat, mereka dirundung kesedihan yang lain yakni perniagaannya merasa terancam. Safwan Bin Umayyah berkata kepada orang-orang Quraisy, "Muhammad dan para sahabatnya telah merintangi perniagaan kita. Kita tidak tahu apa yang harus kita perbuat terhadap mereka, karena mereka tidak membiarkan daerah pantai. Penduduk daerah pantai berdamai dengan mereka, dan sebagian besar dari mereka telah memeluk Islam. Kita tidak tahu cara menanggulangi, apa yang dapat ditempuh kalau kita tetap tinggal dirumah. Modal kita akan habis dimakan, sementara penghidupan kita di Mekkah tergantung pada perniagaan kita ke Syam di musim panas dan ke Habasyah di musim dingin." Terjadilah dialog sekitar topik tersebut. Al Aswad bin Abdul Muthalib berkata kepada Sofwan, "Tinggalkan jalan lewat daerah pantai, dan ambillah jalan lewat Irak." Jalan lewat Irak merupakan jalan yang panjang melewati Najad sampai ke Syam, dan melewati sebelah timur Madinah. Orang-orang Quraisy sangat tidak mengetahui jalur tersebut, maka Al Aswad bin Abdul-Muththalib menyarankan agar menjadikan Farat bin Hayyan dan Bani Bakar bin Wa'il sebagai pemandunya, dan dia sendiri adalah pemimpin dalam perjalanan tersebut. Berangkatlah kafilah Quraisy dipimpin oleh Safwan bin Umayyah lewat jalan baru. Namun berita tentang keberangkatan kafilah ini telah sampai ke Madinah. Sebab Khalid bin an-Nu'man telah masuk Islam. Dia bertemu dengan Nu'aim Bin Masud Al Asyja'i (ketika itu belum memeluk Islam) di sebuah tempat minum khamr (ketika itu khamr belum diharamkan) Dalam kesempatan tersebut Shalith bin Nu'man mendengar informasi dari Nu'aim bin Mas' tentang perjalanan kafilah Quraisy. Maka Salith bin Numan segera menghadap Nabi ﷺ menyampaikan informasi yang didengarnya. Rasulullah ﷺ segera menyiapkan pasukan yang terdiri atas 100 personil lengkap dengan kendaraannya di bawah pimpinan Zaid bin Haritsah al Kilabi. Zaid pun segera berangkat, dan di daerah Najad yakni di Qordah, Zaid berhasil menyergap kafilah yang sedang lengah. Zaid berhasil menguasai mereka, sedangkan Shafwan dan para pengawalnya melarikan diri tanpa perlawanan. Kaum muslimin menawan pemandu kafilah, yaitu Farrat bin Hayyan. Dikatakan pula bahwa kaum muslimin juga menangkap 2 orang yang lain. Mereka mengangkut bahan ghanimah besar berupa perak dan barang-barang berharga lainnya, yang diangkut oleh kafilah semua. Barang itu nilainya sekitar 100.000. Rasulullah ﷺ membagi-bagikan barang-barang ghanimah tersebut kepada para personil ekspedisi itu, setelah beliau ambil seperlimanya, Farrat bin Hayyan akhirnya masuk Islam di hadapan Rasulullah ﷺ . Peristiwa itu merupakan tragedi dan bencana besar bagi orang-orang Quraisy, sehingga mereka semakin resah dan bertambah sedih. Di hadapan mereka tidak ada jalan kecuali dua pilihan: ~ Menghentikan kesombongan dan mengambil langkah perdamaian dengan kaum muslimin ~ Menempuh langkah peperangan untuk mengembalikan kewibawaan mereka dan melumpuhkan kekuatan kaum muslimin. Namun mereka memilih langkah yang kedua sehingga tekat mereka semakin kuat untuk melakukan tindakan pembalasan. Mereka giat mengadakan persiapan guna menghadapi kaum muslimin dengan kekuatan maksimal, semua itu, merupakan penyebab terjadinya Perang Uhud. *_Bersambung_*.Silahkan dibagikan Kisah Rasulullah ini kepada saudara2 kita yg lain, semoga siapapun yg membagikan Kisah ini insyaallah akan dituliskan amal jariyah yang berlipat ganda oleh Allah SWT
Aamiin....
Barakallah fikum.
"Barangsiapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun..."HR.MUSLIM"

Jumlah Pengunjung