K
I
S
A
H
R
A
S
U
L
U
L
L
A
H
S
A
W
Kisah Nabi Muhammad SAW adalah sejarah satu-satunya yang pernah Allah ciptakan.
Dunia tidak akan pernah melihat lagi kisah sejarah seperti yang pernah terjadi di zaman Nabi Muhammad SAW .
Kisah Nabi Muhammad SAW ini adalah kisah sejarah yang paling besar dan paling agung yang pernah terjadi.
Peradaban manusia berubah dengannya. Sejarah Rasulullah SAW sarat dengan berbagai rahasia dan perkara tersirat yang sedetik darinya pun cukup berharga untuk dipelajari untuk menjadi bacaan dan panduan kepada umat Islam dan manusia seluruhnya.
Alangkah ruginya apabila kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW tidak tau kehebatan perjuangan Rasulullah saw. Perjuangan Baginda SAW penuh hikmah untuk umat akhir zaman yang perlu direnungkan, diangkat dan disebarluaskan kepada umat yang mendamba kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.
KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 61.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 61* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Memburu Rasulullah* Di Mekah, musyrikin Quraisy tampak panik. Para pembesar berkumpul sepagi mungkin. Dengan segera, pasukan berkuda disebar ke beberapa perkampungan seputar Mekah, untuk mencari Rasulullah. "Mengapa Muhammad bisa lolos? Bukankah kita telah mengepung begitu rapat sampai tidak seekor ular gurun pun dapat lolos?" teriak seorang pembesar. Semua orang terdiam. Mereka berusaha mencari jawabannya. Namun, tidak seorang pun bisa menjelaskan apa yang terjadi. "Sudahlah, itu tidak penting!" akhirnya seseorang berseru. "Sekarang yang paling mendesak adalah menemukan Muhammad secepat mungkin! Ada yang punya usul?" "Panggil pencari jejak paling ahli! Suruh dia melacak jejak Muhammad!" Usul itu segera dijalankan. Pencari jejak yang amat ahli itu mengikuti jejak yang ditinggalkan Rasulullah. Pasukan bersenjata lengkap mengikuti di belakangnya dengan wajah tidak sabar. Sebagian besar dari mereka adalah para pemuda yang semalam ditugaskan menyergap Rasulullah. Setelah bekerja dengan teliti, pencari jejak itu menarik napas sambil menggeleng, "Jejaknya sudah terhapus oleh orang yang lalu lalang tadi pagi!" "Gawat!" gemas seseorang. "Apa kau punya usul lain, pencari jejak?" "Siapa sahabatnya? Kita bisa bertanya kepada sahabat Muhammad yang paling dekat!" Orang Quraisy saling pandang dan serempak bergumam, "Abu Bakar!" Dipimpin Abu Jahal, pasukan pencari itu tiba di rumah Abu Bakar. Asma binti Abu Bakarlah yang keluar membukakan pintu. "Di mana ayahmu?" bentak Abu Jahal. "Dia pergi dan saya tidak tahu ke mana perginya," jawab Asma dengan berani. "Jangan berdusta! Katakan ke mana perginya?" "Saya tidak tahu! Di rumah hanya ada ibu dan saudari saya." "Ah, terlalu!" sambil bersungut, Abu Jahal menampar wajah Asma keras-keras. *Sarang Laba-Laba* Ketika mereka keluar kota dan menjajaki beberapa jalan, sang pencari jejak menemukan jejak mencurigakan. Kemudian, satu kelompok pasukan berkuda mengikuti jejak itu sampai tiba di kaki Gunung Tsur. Namun, di situ jejak terputus. Mereka kebingungan. "Ke mana arah kita? Ke kanan atau ke kiri?" tanya komandan pasukan. "Apakah Muhammad masuk ke dalam gua itu atau terus mendaki ke puncak?" "Aku tidak tahu," geleng si Pencari Jejak. Namun, lewatlah seorang gembala dan mereka menanyainya. "Mungkin saja mereka ke dalam gua itu," jawab sang gembala. "Tapi aku tidak melihat ada orang yang menuju ke sana." Di dalam gua, keringat dingin Abu Bakar keluar, ketika mendengarnya, "Bagaimana kalau mereka sampai masuk ke dalam sini? Bukan keselamtanku yang aku khawatirkan, melainkan keselamatan Rasulullah!" kata Abu Bakar dalam hati. Beberapa pemuda naik dan melongok-longok ke mulut gua. Jantung Abu Bakar hampir lepas. Ia berbisik, "Ya Rasulullah, kalau ada yang menengok ke bawah, pasti kita akan terlihat." Rasulullah menjawab mantap, "jangan takut Abu Bakar, sesungguhnya Allah bersama kita." Para pemuda itu turun, kembali ke pasukannya. "Mengapa kalian tidak masuk ke dalam gua?" tanya komandan mereka dingin. "Gua itu tertutup sarang laba-laba! Tidak mungkin Muhammad masuk ke dalam tanpa merusaknya!" "Lagi pula ada dua ekor merpati hutan bersarang tepat di mulut gua!" lapor yang lain. "Jika Muhammad masuk ke dalam, sarang itu juga pasti akan rusak." Komandan pasukan mengalihkan mukanya ke arah lain sambil menghela napas, "Baiklah, naik kudamu! Kita cari ke arah lain!" Pasukan pun menjauh. Sarang laba-laba dan burung merpati yang menutupi gua itu adalah pertolongan yang diberikan Allah. Padahal sebelum Rasulullah dan Abu Bakar masuk, tidak ada laba-laba dan burung merpati yang bersarang. Selain laba-laba dan burung merpati, di mulut gua juga mendadak tumbuh sebatang pohon yang menghalangi sebagian jalan masuk. Di dalam, Abu Bakar menarik napas lega. Keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya semakin bertambah kuat. *Perjuangan Anak Muda* Abdullah bin Abu Bakar dan saudarinya, Asma binti Abu Bakar, masih muda ketika mereka membantu hijrah Rasulullah dan ayah mereka. Abdullah bertugas mencari berita di tengah kaum Quraisy, sedangkan Asma mengirimkan makanan ke gua. Itulah ciri khas para pemuda Muslim sepanjang zaman. Mereka tidak hanya tekun beribadah ritual, tetapi juga mengerahkan seluruh kesanggupanya untuk berjuang. *Menenteramkan Kakek* Abu Quhafah adalah ayah Abu Bakar. Dia buta. Setelah Abu Bakar hijrah, Abu Quhafah mendatangi Asma. Sang kakek khawatir Abu Bakar tidak meninggalkan sepeser pun untuk putrinya. Memang demikian, karena Abu Bakar membawa semua uangnya untuk perjuangan Islam di Madinah. Asma membungkus batu dan berkata, Ayah telah meninggalkan banyak uang untuk kami. Abu Quhafah meraba batu itu dan hatinya tentram karena ia menyangka Abu Bakar memang meninggalkan uang yang banyak. *_Bersambung_*.Bagian 62.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 62* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Menuju Yatsrib* Tiga hari tiga malam lamanya, Rasulullah dan Abu Bakar tinggal di Gua Tsur. Selama tiga hari itu pula, musyrikin Quraisy kelabakan. Abdullah bin Abu Bakar menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Setiap hari ia memata-matai pembicaraan orang Quraisy dan menyampaikan ke Gua Tsur ketika petang tiba. Asma binti Abu Bakar setiap sore mengantarkan makanan bersama Abdullah. Sementara itu, Amir bin Fuhairah yang menggembalakan kambing di luar Gua Tsur selalu memerah susu kambing agar Rasulullah dan Abu Bakar tidak kehausan sekaligus memberi tahu jika ada orang yang mendekat. Ketiga orang itu menjalankan tugasnya dengan tenang sehingga tidak satu pun orang Quraisy yang mencurigai gerak-gerik mereka. Setelah tiga hari, kepanikan di kota Mekah sudah agak mereda. Saat itu lah Rasulullah dan Abu Bakar berangkat ke Madinah. Mereka diiringi Abdullah bin Uraiqith, seorang penunjuk jalan yang saat itu masih kafir. Ketika akan berangkat, ternyata tidak ada tali yang dapat digunakan untuk menggantungkan makanan dan minuman di pelana unta. Asma memecahkan masalah itu. Dengan sigap ia merobek sabuknya menjadi dua helai kain panjang. Sejak saat itu, Asma dikenal dengan Dzatun Nithaqain (yang bersabuk dua). Dengan cerdik Rasulullah memilih jalan yang sulit dan tidak bisa dilalui orang. Beliau memilih jalan memutar ke tepi laut. Mereka berusaha secepatnya menjauhi Mekah dan menghindari daerah pemukiman. Di Mekah orang ribut mendengar sebuah pengumuman yang sangat menarik, "Siapa pun yang dapat menemukan Muhammad dan membawanya sampai ke Mekah, akan mendapat hadiah 100 ekor unta." Dengan cepat, berita itu menyebar sampai ke dusun-dusun yang jauh. Suraqah bin Malik, kepala kabilah Bani Mudlij, turut mendengar berita itu. Suatu saat, ia didatangi seorang anggota kabilahnya yang datang tergopoh-gopoh. "Tuan, tadi saya melihat dari jauh ada beberapa unta lewat di tepi pantai. Mungkin itulah Muhammad!" "Bukan, itu orang lain!" kata Suraqah. Namun, setelah berkata begitu, Suraqah cepat-cepat pulang dan mengambil senjata lengkap. Ia pacu kudanya ke arah yang ditunjukkan orang tadi. Ternyata yang di buru Suraqah memang benar rombongan Rasulullah. *Suraqah bin Malik* Dengan cepat, Suraqah telah berada di belakang rombongan Rasulullah. Abu Bakar yang selalu waspada menoleh dan melihat musuh mendekat, "Ya Rasulullah, ada orang mengejar kita! Kita tentu akan tertangkap!" Namun, Rasulullah tetap tenang. Tanpa menoleh ke belakang, beliau bersabda, "Tenanglah sahabatku, jangan bersusah hati. Sesungguhnya Allah bersama kita." Kemudian, Rasulullah berdoa, "Ya Allah, cukupkanlah kami akan dia (Suraqah) sekehendak Engkau." Saat itu juga, kuda Suraqah tergelincir dan penunggangnya terpelanting. Suraqah terdiam sejenak. Ia merasa ada yang tidak beres. Suraqah pun memaksa kudanya bangkit dan mengejar lagi. Dengan keras kepala, Suraqah memaksa berdiri kudanya yang hampir tidak mampu bangkit. Ia lalu kembali mengejar. Untuk ketiga kalinya, namun Suraqah terjatuh lagi. Saat itu hilanglah niat jahat dalam hatinya. Ia memanggil-manggil Rasulullah. Beliau pun berhenti dan membiarkan Suraqah mendekat. "Maafkan saya, beribu-ribu maaf!" kata Suraqah. "Jangan engkau balas perbuatan saya, wahai Muhammad! Berilah saya sebuah surat jaminan bahwa engkau tidak akan membalas saya saat engkau dan agamamu kelak telah menguasai seluruh jazirah Arab." Rasulullah tersenyum dan mengabulkannya. "Tahukah Anda bahwa orang-orang Quraisy menjanjikan 100 ekor unta bagi siapa pun yang dapat membawa Anda kembali" ucap Suraqah. Rasulullah kembali tersenyum menyejukkan hati. Dengan penuh semangat, Suraqah menawarkan bekal dan peralatan untuk perjalanan jauh. Namun, Rasulullah menolaknya dengan halus. Beliau hanya berpesan agar Suraqah merahasiakan pertemuan ini. Sebelum kembali berangkat, Rasulullah bersabda, "Ya Suraqah, suatu saat kelak engkau akan berpakaian dan memakai perhiasan, gelang, serta emas yang biasa di pakai raja-raja Persia." Dengan hati dipenuhi rasa bahagia, Suraqah memandang wajah Rasulullah yang pergi menjauh. *Memerah Susu* Tidak lama kemudian, rombongan Rasulullah melewati kemah seorang ibu yang bernama Ummu Ma'bad. Mereka pun berhenti untuk membeli kurma, daging, dan susu. Tempat seperti itu memang biasa menyediakan perbekalan untuk para musyafir yang lewat. Namun sayang, apa yang mereka inginkan ternyata sudah habis. Ummu Ma'bad yang baik hati merasa iba. "Demi Allah, seandainya ada sesuatu yang Tuan-Tuan butuhkan, silahkan mengambilnya,Tuan-Tuan tidak perlu membayar." Rasulullah melihat kambing kurus dan bertanya, "Bagaimana keadaan kambing itu, Ummu Ma'bad? Apakah ia bisa mengeluarkan susu?" "Kambing itu adalah kambing yang sakit-sakitan Tuan. Ia sama sekali tidak menghasilkan susu." "Apakah engkau memperkenankan saya memerah susunya? tanya Rasulullah lagi. "Silahkan jika memang Tuan mengira ia dapat menghasilkan susu." Dengan izin Allah, kambing sakit-sakitan itu menghasilkan susu ketika Rasulullah memerahnya. Susu itu beliau berikan kepada Abu Bakar, lalu Abdullah bin Uraiqith, dan terakhir untuk beliau sendiri. Sesudah itu, beliau memerahkan susu untuk Ummu Ma'bad. Dan, beliau memerahkan segelas lagi untuk suami Ummu Ma'bad. "Ambillah ini satu gelas buat Abu Ma'bad jika nanti ia datang." Setelah itu, Rasulullah dan rombongannya pun meneruskan perjalanan. Sesudah matahari terbenam, datanglah Abu Ma'bad. Melihat segelas susu telah disediakan untuknya, ia keheranan dan bertanya pada istrinya, dari mana segelas susu ini Ummu Ma'bad?" "Ini dari kambing kita yang sakit-sakitan." Kemudian Ummu Ma'bad bercerita panjang lebar. Abu Ma'bad segera keluar dan memerah susu kambing yang kurus itu. Ternyata sejak saat itu sampai mati kambing kurus itu selalu menghasilkan banyak susu. Abu Ma'bad berkata kepada istrinya, "Sungguh, saya bercita-cita apabila kelak saya dapat berjumpa dengan orang yang kau ceritakan itu, saya hendak menjadi pengikut dan sahabatnya." *_Bersambung_*.Bagian 63.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 63* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Buraidah* Tidak hanya Suraqah bin Malik yang mengincar hadiah seratus ekor unta. Pemimpin Kabilah Banu Sahmin yang bernama Buraidah bin Al Hasib Al Aslami juga keluar mencari beliau. Ia memimpin tujuh puluh orang prajurit dan menyusuri jalan-jalan ke arah Yatsrib. Di suatu tempat, tiba-tiba saja secara kebetulan mereka bertemu rombongan Rasulullah. "Kepung!" perintah Buraidah. Beberapa detik kemudian, tujuh puluh pedang, tombak, dan panah mengurung Rasulullah dan memaksa beliau berhenti. Buraidah menegur Rasulullah. Beliau pun menjawabnya. Kemudian, sebelum Buraidah sempat bertanya lagi, Rasulullah mendahuluinya, "Siapa Anda?" "Saya Buraidah bin Al Hasib." Dengan tenang Rasulullah berkata kepada Abu Bakar, "Mudah-mudahan suasana mencekam ini kembali menjadi lebih baik." Kemudian, beliau memandang kembali Buraidah dan bertanya, "Dari keturunan siapa Anda?" "Dari desa Aslam, keturunan Sahmin." Kembali Rasulullah memalingkan wajahnya ke Abu Bakar dan berkata, "Kita telah selamat dan keluar dari jangkauan panah mereka." "Siapakah engkau?" Kali ini Buraidah yang bertanya. "Saya Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib." Dengan kehendak Allah, saat itu juga Buraidah mengucapkan dua kalimat syahadat dan memeluk Islam. Melihat pemimpin mereka memeluk Islam, tujuh puluh orang pasukan pengepung pun mengikuti jejaknya. Setelah itu, Buraidah dan pasukannya mengawal rombongan Rasulullah sampai keluar dari wilayah mereka. Dalam situasi diburu dan dikejar pun, Rasulullah tetap mampu mengumpulkan pengikut, berkat ketenangan, kekuatan iman, dan pertolongan Allah. *Penyebaran Islam di Yatsrib* Pesatnya perkembangan Islam di Yatsrib tidak lepas dari jasa Mush'ab bin Umair yang diutus Rasulullah ke Yatsrib untuk mengajarkan Islam. Mush'ab yang cerdas dan berhati lembut mampu membuat orang yang memusuhinya menjadi kawan. Berikut ini adalah salah satu kisah kecemerlangan dakwah Mush'ab bin Umair. Jauh sebelum Rasulullah dan kaum Muslimin Mekah berhijrah, di Yatsrib, Mush'ab bin Umair sedang mengajarkan Islam kepada sekelompok orang di kebun Bani Zafar. Sa'ad bin Muadz tidak senang mendengar berita ini. Ia lalu mendatangi Usaid bin Hudhair. Kedua orang ini adalah para pemimpin kaumnya. "Usaid temui orang Mekah itu. Dia datang ke daerah kita dan mengajarkan agama baru kepada orang-orang kita. Agama itu bisa membuat orang lemah dan miskin bangkit melawan kita." Mendengar itu, Usaid pergi menjinjing tombak ke kebun Bani Zafar. Ditegurnya Mush'ab bin Umair dengan tombak teracung. Namun, Mush'ab berkata tenang, "Maukah kau duduk dulu dan mendengarkan? Kalau kau tidak menyukainya, aku bersedia pergi dari sini." Usaid berpikir sejenak, "Baiklah, itu cukup adil." Kemudian, ia duduk dan mendengarkan Mush'ab. Semakin lama, hati Usaid makin tertarik. Akhirnya, ia memeluk Islam saat itu juga. Setelah itu, ia menemui Sa'ad bin Muadz. "Apa? Jadi sekarang justru engkau ikut memeluk agama baru itu?" teriak Sa'ad marah. Ia pun bergegas menemui Mush'ab sambil menyandang pedangnya. Namun, apa yang terjadi pada Usaid, terjadi pula pada Sa'ad. Begitu mendengar penjelasan Mush'ab tentang Islam, ia begitu tertarik sehingga menjadi Muslim saat itu juga. Setelah itu, tanpa membuang waktu, ia pergi menemui kaumnya dan berseru, "Hai Banu Abdul Asyhal, apa yang kalian ketahui tentang diriku?" "Engkau adalah pemimpin kami, yang paling dekat dengan kami, engkau punya pendapat dan pengalaman yang terpuji." Maka kata-katamu, baik wanita maupun pria, bagiku adalah suci selama kalian beriman kepada Allah dan utusan-Nya," demikian seru Sa'ad bin Muadz. Sejak saat itu, seluruh suku Abdul Asysal memeluk Islam. *Amr bin Jamuh* Keberanian kaum Muslimin di Yatsrib benar-benar di luar dugaan kaum Muslimin di Mekah. Para pemuda di sana dengan sangat berani mempermainkan berhala-berhala orang-orang yang masih musyrik. Amr bin Jamuh adalah seorang bangsawan dari Banu Salamah. Ia mempunyai sebuah berhala bernama Manat yang terbuat dari kayu. Setelah itu para pemuda dari Banu Salamah masuk Islam, diam-diam mereka mengambil Manat pada malam hari dan memasukkan berhala kayu itu ke dalam lubang penuh lumpur. "Manat! Kemana Tuhanku itu?" seru Amr bin Jamuh. Pagi-pagi sekali, ia sudah datang ke tempat penyembahan dan kebingungan mencari Manat yang hilang. Setelah mencari kesana kemari, ia menemukan Manat tersuruk di tempat yang sangat kotor. Amr segera mengambil, mencuci, dan membersihkan tuhannya itu sampai bersih dan meletakkannya lagi di tempat semula. "Siapa yang berani mengganggu Manat, akan kutebas lehernya!" ancam Amr bin Jamuh kepada orang-orang disekitarnya. Namun, pada malam harinya para pemuda Muslim kembali mengambil dan memasukkan Manat ke lubang yang kotor dan berlumpur. Sambil menuduh-nuduh dan memgancam-ancam, Amr bin Jamuh kembali mencuci dan membersihkan tuhannya. Begitulah terjadi berkali-kali sampai akhirnya rasa kesal Amr bin Jamuh berbalik pada Manat. Amr mengalungkan pedang pada Manat sambil berkata pada tuhannya itu, "Kalau kau memang berguna, bertahanlah! Kusertakan pedang ini bersamamu!" Keesokan harinya, Amr sudah kembali kehilangan Manat. Ia menemukan tuhannya itu di dalam sumur bersama bangkai seekor anjing. Sementara itu, pedangnya hilang. "Mengapa kau tidak membela dirimu? Mengapa kau biarkan dirimu terhina?" keluh Amr tidak berdaya. Beberapa orang pemuka masyarakat yang sudah memeluk Islam mendekati Amr dan memgajaknya berbicara. Saat itu, sadarlah Amr bin Jamuh betapa sesatnya ia selama ini. Setelah itu, tanpa ragu lagi ia memeluk Islam dan menjadi Muslim yang taat. *_Bersambung_*.Bagian 64.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 64* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Rasulullah Tiba di Quba* Kaum Muslimin di Yatsrib sudah mendengar bahwa Rasulullah telah meninggalkan Mekah. Oleh sebab itu mereka menanti-nanti dan berharap-harap kedatangan beliau. Bahkan beberapa dari mereka pergi ke Quba, suatu kampung yang letaknya beberapa mil dari Yatsrib untuk menyambut Rasulullah. Setiap pagi mereka pergi bersama-sama ke tempat itu. Jika sampai siang Rasulullah belum datang, mereka pergi dan berteduh sebentar di tempat lain. Ketika petang tiba, dan Rasulullah belum juga tiba, mereka pulang ke Yatsrib. Begitu terus setiap hari. Rasulullah dan rombongan memang masih agak jauh dari Yatsrib. Suatu hari ketika panas matahari tengah begitu terik, Rasulullah tiba di Quba. Saat itu, penduduk Quba juga sudah banyak yang memeluk Islam. Mereka juga tengah menanti-nanti kedatangan Rasulullah. Namun, tidak seorang pun yang sudah mengenal wajah Rasulullah dan Abu Bakar. Oleh sebab itu, ketika beliau dan Abu Bakar berteduh di bawah pohon kurma, tidak seorang pun yang datang menyambut. Sampai akhirnya, lewatlah seorang Yahudi yang mengetahui Rasulullah dan Abu Bakar yang tengah berteduh itu. Yahudi itu segera naik ke tempat yang tinggi dan berteriak sekeras-kerasnya, "Hai orang-orang Arab! Itulah orang yang kamu harap-harap dan kamu nanti-nanti kedatangannya! Ia telah berada di sini! Ia telah datang!" Demikian teriak orang Yahudi itu berulang-ulang. Orang-orang Quba datang berduyun-duyun ke tempat Rasulullah berteduh. Ketika tiba, mereka memberi hormat kepada Abu Bakar. Melihat itu, Abu Bakar segera membuka selendangnya dan meneduhi Rasulullah. Barulah orang-orang sadar bahwa mereka telah salah menyalami orang. Orang-orang meminta Rasulullah beristirahat selama beberapa hari di Quba. Rasulullah pun mengabulkan permintaan itu. Beliau tinggal di rumah seorang sahabat Anshar bernama Kaltsum bin Hadam. *Kerinduan pada Rasulullah* Banyak penduduk Muslim Yatsrib yang belum melihat Nabi Muhammad. Kerinduan akan sosok Rasulullah melambung saat menanti kedatangan beliau. Mereka ingin bertemu laki-laki yang telah menderita jiwa dan raga dalam berjuang, terusir dari kampung halaman, tetapi tetap bersemangat, percaya diri, kokoh, berhati tulus, dan terus berdakwah, tanpa pernah berhenti. *Hijrah Ali bin Abu Thalib* Bagaimana dengan Ali bin Abu Thalib, sesuai dengan pesan Rasulullah, setelah mengembalikan barang-barang titipan kepada pemiliknya, Ali bin Abu Thalib berangkat hijrah. Ali pergi mengawal keluarga Rasulullah dan keluarga Abu Bakar. Mereka adalah Fatimah, Ummu Kultsum, Saudah, Ummu Aiman dan anaknya, Usamah. Selain itu juga turut istri Abu Bakar, Ummu Ruman dan anak-anaknya, Aisyah, Asma, dan Abdullah. Juga ada orang-orang Muslim lain yang lemah dan tidak berdaya. Terbayang dengan jelas betapa beratnya tugas Ali bin Abu Thalib saat berhijrah. Apalagi mereka semua kekurangan, sehingga Ali bin Abu Thalib harus berjalan kaki menempuh jarak lebih dari 400 kilometer di tengah padang pasir itu. Selama perjalanan, mereka berhenti dan bersembunyi pada siang hari untuk menghindari kejaran pasukan Quraisy. Jika malam tiba, barulah mereka berangkat dan meneruskan perjalanan. Akhirnya, tibalah rombongan hijrah Ali bin Abu Thalib di Quba. Di sana, mereka berjumpa dengan Rasulullah yang masih berada di tempat itu. Begitu jauh dan beratnya perjalanan, kaki Ali bin Abu Thalib membengkak dan dipenuhi luka di sana-sini. Rasulullah merasa sangat iba kepada sepupunya ini. Beliau berdoa kepada Allah memohon agar Allah berkenan menyembuhkan semua luka di kaki Ali dan memulihkan kekuatannya seperti sedia kala. Dengan kedua tangan beliau yang mulia itu, Rasulullah mengusap kaki Ali bin Abu Thalib. Alhamdulillah, segera saja pulihlah semua luka, kempislah bengkak, dan lenyaplah semua rasa sakit dari kaki Ali bin Abu Thalib. Saat Ali bin Abu Thalib dan orang-orang yang dikawalnya tiba di Quba, Rasulullah telah berhenti di sana selama lebih dari sepuluh hari. Dalam sepuluh hari itu, beliau dan para sahabat yang lain telah membangun sebuah masjid. Itulah masjid pertama dalam sejarah Islam. Di dalam Al Qur'an, Allah menyebut masjid itu dengan nama Masjid Taqwa. Sampai kini, masjid itu dikenal sebagai Masjid Quba. *Masjid Quba* Rasulullah adalah orang pertama yang meletakkan batu untuk mendirikan Masjid Quba. Setelah itu, beliau menyuruh Abu Bakar lalu Umar bin Khattab dan setelahnya Utsman bin Affan. Ammar bin Yasir adalah orang yang pertama kali membangun temboknya. Kemudian, para sahabat Muhajirin dan Anshar membangunnya bersama-sama. Begitu masjid selesai kaum Muslimin di Quba menyangka Rasulullah akan tinggal di Quba lebih lama lagi. Namun, Allah memerintahkan Rasulullah untuk berangkat ke Yatsrib. Begitu mengetahui hal itu, dengan wajah sedih, Kaum Muslimin Quba mendatangi Rasulullah dan bertanya pelan, "Ya Rasulullah apakah Tuan memang menghendaki rumah yang lebih baik daripada rumah kami?" Rasulullah mengerti betapa besar rasa sayang kaum Muslimin Quba terhadap dirinya. Beliau pun menjawab dengan kata-kata yang sangat halus, "Oh tidak begitu, Allah memerintahkan saya berangkat ke Yatsrib. Karenanya, hendaklah Tuan-Tuan membiarkan unta saya terus melanjutkan perjalanan." Sebelum berangkat, Rasulullah berdiri di Masjid Quba. Para sahabat berkumpul dihadapan beliau. Rasulullah bertanya kepada mereka, "Apakah Anda sekalian orang-orang beriman?" Semuanya terdiam, tidak seorang pun yang berani menjawab. Kemudian, Rasulullah bertanya lagi, "Apakah Anda sekalian orang-orang yang beriman?" Kembali semua orang terdiam kecuali Umar bin Khattab. Saat itu Umar menjawab, "Ya Rasulullah, sesungguhnya mereka semua orang-orang beriman dan saya termasuk salah seorang dari mereka." Rasulullah bertanya lagi, "Apakah anda sekalian percaya pada keputusan Allah?" Kali ini semuanya menjawab, "Ya." "Apakah Anda sekalian bersabar akan malapetaka yang menimpa?" "Ya, ya Rasulullah." "Dan apakah Anda sekalian bersyukur saat mendapat kebahagiaan?" "Bersyukur saat mendapat kebahagiaan?" "Ya, kami bersyukur ya Rasulullah." "Demi Tuhan, kalau begitu Anda sekalian orang-orang beriman." *Mengapa Masjid Dibangun Lebih Dulu?* Masyarakat Islam tidak akan tegak jika tidak ada masjid. Oleh karena itu, perbedaan pangkat, kekayaan, kedudukan, dan lainnya akan terhapus jika umat Islam selalu bertemu setiap hari di masjid untuk menyembah Allah. Masjid juga merupakan tempat berkumpulnya kaum Muslimin untuk mempelajari syariat Allah. *_Bersambung_*.Bagian 65.
*KISAH RASULULLAH ﷺ* *Bagian 65*
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Shalat Jum'at Pertama* Rasulullah berangkat dari Quba pada Jum'at pagi. Beliau diiringi para sahabat Muhajirin dan Anshar. Sebagian berkendaraan, sebagian lagi berjalan kaki. Ketika waktu shalat Jum'at tiba, Rasulullah tengah melewati Wadi Ranuna. Tempat itu dekat dengan perkampungan Bani Amr bin Auf. Rasulullah berhenti dan mendirikan shalat Jum'at bersama para sahabatnya. Itulah shalat Jum'at pertama yang didirikan Rasulullah. Dalam shalat itu, Rasulullah berkhutbah, "Wahai seluruh manusia hendaklah kalian mengerjakan amal kebaikan demi kalian sendiri. Sungguh kalian mengetahui, demi Allah, sesungguhnya akan datang suatu hari ketika salah satu dari kalian dikejutkan oleh suara gemuruh, sehingga ia akan melupakan harta apa pun yang dimilikinya. Pada hari itu, Allah akan berfirman kepadanya langsung tanpa ada yang menerjemahkan dan menghalang-halangi. Firman-Nya, "Tidaklah telah datang seorang Rasul kepadamu lalu ia menyampaikan ajaran kepadamu dan Aku telah memberikan harta kepadamu serta Aku telah memberikan banyak karunia kepadamu. Namun, semua itu kamu gunakan untuk dirimu sendiri." "Saat itu, ia akan melihat ke kanan dan ke kiri, tetapi tidak melihat apa pun. Namun, ketika melihat ke muka, ia akan menatap Neraka Jahanam. Siapa pun yang dapat menjaga wajahnya dari bahaya api neraka, walaupun dengan separuh kurma, hendaklah ia banyak menyebut kalimat thayyibah karena kalimat thayyibah itu adalah sesuatu yang indah yang akan diberi balasan sampai tujuh ratus kali lipat. Keselamatan dan rahmat Allah serta barokah-Nya semoga dilimpahkan atas kamu dan atas Rasulullah." Pada saat shalat Jum'at itu, Rasulullah berkhutbah setelah shalat didirikan. Baru pada kemudian hari, Rasulullah mengubah cara itu sehingga khutbah dilakukan sebelum shalat Jum'at dilakukan. Rasulullah pun melanjutkan perjalanan. Setiap kali melewati sebuah perkampungan, orang-orang selalu berebut menawarkan tempat bersinggah dan beristirahat kepada beliau. Namun, selalu mengulang jawaban yang sama, "Biarkanlah unta ini berjalan, sesungguhnya ia diperintah Allah agar berhenti ditempat yang dikehendaki-Nya." *Tiba di Madinah* Kota Yatsrib dipenuhi bermacam perhiasan indah untuk menyambut kedatangan Rasulullah. Ketika beliau tiba, seluruh kaum Muslimin perempuan dan laki-laki, anak-anak dan budak belian, keluar rumah untuk menyambut kedatangan Rasulullah yang telah lama mereka nantikan. Anak-anak lelaki dan para budak laki-laki ramai-ramai berbaris di jalan seraya bersorak, "Telah datang Muhammad! Telah datang Rasulullah! Ya Muhammad! Ya Rasulullah!" Para pemuda dan laki-laki dewasa menghunus pedang dan tombak sebagai tanda siap mati membela Rasulullah. Kaum Muslimin yang mengiringi Rasulullah dari Quba berseru bersama, "Telah datang Nabi Allah! Telah datang Nabi Allah! Telah datang Nabi Allah!" Sementara itu, anak-anak perempuan naik ke atas rumah seraya bersama membaca syair, "Kami anak-anak perempuan keturunan Najjar, hai orang yang cinta bertetangga dengan Nabi Muhammad!" Mendengar sambutan yang begitu hangat dan penuh sayang itu, Rasulullah bertanya, "Apakah kalian semua cinta kepadaku?" "Ya, sudah tentu ya Rasulullah!" jawab semuanya. Dengan hati bergetar penuh kasih, Rasulullah bersabda, "Allah mengetahui bahwa hatiku sangat mencintai kalian semua." Ada orang yang menangis, ada juga orang yang tersenyum saat mendengar pernyataan cinta dari Rasulullah yang begitu mulia, yang begitu mereka cintai, dan yang begitu mereka rindukan. Maka rebana-rebana pun berbunyi dan kaum wanita berpantun. طلع البدر علينا ¤ من ثنية الوداع Thola’al badru ‘alaynâ min tsaniyyatil wadâ’i وجب الشکر علينا ¤ ما دعا لله داع Wajabasy-syukru ‘alaynâ mâ da’â lillâhi dâ’î أيها المبعوث فينا ¤ جئت بالأمر المطاع Ayyuhâl mab’ûtsu fînâ ji'ta bil amril muthô’i Telah terbit purnama di atas kita. Dari kampung Tsaniyyatil Wada. Wajiblah kita bersyukur akan apa yang diserukan penyeru. Duhai orang yang diutus kepada kami. Engkau datang dengan perintah yang ditaati. Demikian seterusnya, pantun-pantun kehormatan diucapkan oleh kaum Muslimin laki-laki dan perempuan ketika mereka menyambut kedatangan Rasulullah. Itu adalah suatu saat yang amat membahagiakan dan tidak akan pernah terulang lagi dalam sejarah, suatu penyambutan yang begitu tulus dan penuh cinta. *Muhajirin yang Pertama* Abu Salamah bin Abdul Asad adalah Muhajirin yang pertama tiba di Madinah. Setelah itu, menyusul Amir bin Rabi'ah bersama istrinya, Laila binti Abi Hasymah. Beliaulah wanita Muhajirin yang pertama tiba di Madinah. *_Bersambung_*.Bagian 66.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
Bagian 66 اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Tempat Rasulullah ﷺ Menginap* Semua keluarga di Yatsrib berebut menawarkan diri menjadi tuan rumah kepada Rasulullah ﷺ. Semuanya ingin agar Rasulullah ﷺ bersedia tinggal di lingkungan mereka. Rasulullah ﷺ mengetahui bahwa jika ia menentukan pilihan, keluarga yang tidak terpilih akan malu dan kecewa. Karena itu, beliau memasrahkan pilihan itu kepada Allah ﷻ. Dengan halus, beliau berkata kepada semua kepala keluarga, "Biarkanlah untaku ini berjalan karena ia diperintah oleh Allah dan akan berhenti ditempat yang Allah kehendaki." Kaum Muslimin mengikuti Al Qushwa yang berjalan perlahan-lahan. Di suatu tempat milik dua orang anak yatim, unta Rasulullah ﷺ itu berhenti dan merebahkan perutnya ke pasir. Rasulullah ﷺ mengajak Al Qushwa berjalan lagi. Namun, tidak lama kemudian, ia kembali ke tempat semula dan merebahkan perutnya lagi ke pasir. "Inilah tempat kediamanku, in syaa Allah," demikian sabda Rasulullah ﷺ. Kemudian, beliau berdoa empat kali, "Ya Allah, semoga Engkau menempatkan aku di tempat kediaman yang diberkahi dan Engkaulah sebaik-baik yang memberi tempat kediaman." Rasulullah ﷺ membeli tanah dari kedua anak yatim tersebut. Rasulullah ﷺ turun dan bertanya, "Di mana rumah saudaraku yang paling dekat dari sini?" Dengan penuh gembira, "Abu Ayyub segera menjawab, "Saya, ya Rasulullah! Itu rumah saya!" Rasulullah ﷺ tersenyum dan berkata, "Baiklah Abu Ayyub, jika Anda berkenan, aku akan tinggal di rumah Anda untuk sementara waktu. Silahkan sediakan tempat untukku." Abu Ayyub tergopoh-gopoh memasuki rumahnya karena begitu gembira. Disiapkannya tempat untuk Rasulullah ﷺ serapi mumgkin. Kemudian, ia kembali menghadap Rasulullah ﷺ dan berkata, "Ya Rasulullah, sungguh saya sudah menyediakan tempat beristirahat bagi Tuan. Dengan berkah Allah, silahkan berdiri dan masuk ke dalam." *Gentong Pecah* Rasulullah ﷺ tinggal di rumah Abu Ayyub. Abu Ayyub ingin Rasulullah ﷺ tinggal di lantai atas, tetapi Rasul ﷺ menolak. Suatu ketika gentong Abu Ayyub pecah dan airnya tumpah. Abu Ayyub dan istrinya segera menggunakan selimut satu-satunya untuk menyerap air agar tidak menetes ke tempat tinggal Rasulullah ﷺ. Setelah itu, Abu Ayyub mendesak Rasulullah ﷺ agar tinggal di atas. Akhirnya Rasulullah ﷺ pun bersedia tinggal di atas. *Mendirikan Masjid* Tujuh bulan lamanya, Rasulullah ﷺ dan keluarganya tinggal di rumah Abu Ayyub. Selama itu, Abu Ayyub, Sa'ad bin Ubadah, As'ad bin Zurarah, dan yang lainya mengirim makanan untuk keluarga Rasulullah ﷺ secukup-cukupnya. Setiap pagi dan petang, Ummu Ayyub memasak makanan dan tidak mereka makan sebelum terlebih dahulu mereka sajikan kepada Rasulullah ﷺ dan keluarganya. Demikianlah budi Abu Ayyub dan keluarganya kepada Rasulullah ﷺ. Rasulullah ﷺ tinggal di rumah Abu Ayyub sampai beliau mendirikan masjid dan rumah sendiri. Ketika akan mendirikan masjid, Rasulullah ﷺ memgumpulkan Bani Najjar yang menjadi pemilik tanah ditempat itu. "Wahai Bani Najjar," demikian sabda Rasulullah ﷺ, "hendaklah kalian tawarkan harga kebun-kebun ini kepadaku karena aku akan membelinya." "Ya Rasulullah, kami tidak akan menghargai kebun-kebun itu karena mengharap ridha Allah saja." Namun, Rasulullah ﷺ tetap meminta mereka memberikan harga walaupun rendah. Akhirnya, Abu Bakar membayar harganya sebesar sepuluh dinar. Setelah itu, bersama para sahabat, Rasulullah ﷺ membenahi tanah itu, membersihkan pohon, dan membongkar serta memindahkan kuburan yang sudah rusak. Setelah itu barulah mendirikan masjid. Rasulullah ﷺ meletakkan batu pertama, lalu beliau meminta Abu Bakar meletakkan batu selanjutnya, kemudian beliau menyuruh Umar bin Khattab, setelah itu Utsman bin Affan, dan terakhir Ali bin Abu Thalib. Beliau bersabda, "Mereka itulah khalifah-khalifah setelah aku." Setelah itu, semua orang bekerja keras dengan gembira dan penuh semangat. Sambil bekerja, Rasulullah ﷺ bersyair, "Ya Allah sesungguhnya pahala itu pahala akhirat, maka kasihilah sahabat-sahabat Anshar dan Muhajirin." Para sahabat menjawab syair Rasulullah ﷺ, "Jika kami duduk termenung, padahal Nabi bekerja, yang demikian itu sungguh perbuatan yang tidak pantas." Batu diangkat, diletakkan, disusun, dan disisipkan sampai akhirnya masjid pun selesai. Pagarnya dari batu dan tanah, tiangnya dari batang-batang kurma, atapnya pelepah kurma. Kiblatnya menghadap ke Baitul Maqdis. Ketika itu, Ka'bah belum menjadi kiblat. Di sisi masjid, didirikan dua buah kamar untuk tempat tinggal Rasulullah ﷺ dan keluarganya. Sungguh, sebuah masjid sederhana yang penuh berkah. *Warna Masjid* Umar bin Khattab pernah berkata tentang bagaimana sebuah masjid dibangun. Kata beliau, "Lindungilah orang-orang dari tampias hujan. Janganlah kalian mewarnai (dinding masjid) dengan warna merah atau kuning sehingga dapat menimbulkan fitnah." *_Bersambung_*.Bagian 67.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
Bagian 67 اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Nama Yatsrib Menjadi Madinah* Yatsrib berasal dari nama Yatsrib bin Mahlail. Ia adalah keturunan raja-raja Amaliqah yang dahulu pernah berkuasa di kota itu. Setelah Rasulullah hijrah, beliau mengganti nama Yatsrib menjadi Madinah. Cuaca di Kota Madinah sangat kering. Pada musim dingin suhunya sangat rendah dan pada musim panas suhunya jauh lebih panas dari pada Mekah. Banyak sahabat Muhajirin yang tidak kuat dengan cuaca tersebut dan jatuh sakit. Mereka dilanda demam tinggi yang melemahkan tubuh. Abu Bakar, Bilal, dan Amir bin Fuhairah termasuk yang jatuh sakit. Saat sakit, Abu Bakar sering berkata, ".....mati itu lebih dekat dari pada tali sepatu kita." Sementara itu, Bilal tidak suka berkata apa-apa jika sedang sakit. Namun, ketika sakitnya hilang, ia sering menangis karena merindukan Mekah sambil berkata, "Apakah aku dapat berjalan malam hari di lembah yang di sekelilingku ada pohon-pohon idzkir dan jalil (nama pohon yang banyak terdapat di Mekah). Dan apakah pada suatu hari aku dapat sampai lagi ke tempat air Majinnah dan apakah dapat terlihat lagi olehku Gunung Syamah dan Gunung Thafil (dua buah gunung dekat Mekah)." Akan halnya dengan Amir bin Fuhairah, jika menderita demam tinggi sering bersyair, "Sungguh aku mendapati mati sebelum merasakannya...." Rasulullah ﷺ amat prihatin dengan sakit beberapa orang sahabat akibat cuaca panas tersebut. Beliau juga mendengar keluhan-keluhan mereka. Karena itu, Rasulullah ﷺ pun berdoa kepada Allah ﷻ, "Ya Allah, berikanlah kami rasa cinta pada Kota Madinah sebesar rasa cinta kami pada Mekah, atau bahkan lebih! Ya Allah ﷻ, berilah berkah pada pekerjaan kami untuk mencari nafkah, sehatkanlah Kota Madinah ini untuk kami, dan pindahkanlah panasnya ke tempat lain yang Engkau kehendaki." Allah ﷻ mengabulkan doa Rasulullah ﷺ itu dan memindahkan panas Kota Madinah ke Dusun Juhfah yang letaknya 82 mil dari Madinah. Selain berdoa dan mengatasi masalah cuaca, Rasulullah ﷺ pun melakukan hal lain yang sangat indah agar kaum Muhajirin yang berasal dari Mekah tumbuh rasa cintanya pada Madinah. *Tabarruk* Tabarruk adalah mengaharapkan berkah. Suatu ketika, saat Rasulullah ﷺ tidur, datanglah Ummu Sulaim. Melihat keringat Rasulullah ﷺ yang sangat harum menetes, Ummu Sulaim menadahnya. Tidak lama kemudian, Rasulullah ﷺ bangun dan bertanya, "Apa yang sedang kamu lakukan, wahai Ummu Sulaim?" Ummu Sulaim menjawab, "Kami mengharap berkahnya untuk anak-anak kecil kami," Rasulullah ﷺ kemudian berkata, "Engkau benar." *Saling Bersaudara* Suatu hari, Rasulullah ﷺ mengumpulkan para sahabat Muhajirin dan Anshar. Di hadapan mereka, beliau bersabda, "Hendaklah kalian bersaudara dalam agama Allah dua orang - dua orang." Para sahabat saling pandang. Beberapa di anatara mereka tersenyum. Kemudian, Rasulullah ﷺ bersabda, "Hamzah bin Abdul Muthalib, singa Allah dan singa Rasul-Nya, bersaudara dengan Zaid bin Haritsah, putra angkat Rasulullah." Kemudian Rasulullah ﷺ menyebut nama-nama sahabat lain yang saling dipersaudarakan. Seorang Muhajirin dipersaudarakan dengan seorang dari Anshar. Tercatat dalam sejarah, ada seratus orang yang saling dipersaudarakan. Lima puluh dari Anshar dan lima puluh dari Mihajirin. Tujuan Rasulullah ﷺ mempersaudarakan para sahabatnya adalah untuk menghilangkan rasa asing dalam diri sahabat Muhajirin di Kota Madinah. Selama itu, persaudaraan ini ditujukan untuk menunjukkan bahwa semua orang Islam bersaudara. Selain itu, juga agar setiap Muslim menjadi saling menolong yang kuat menolong yang lemah, yang mampu menolong yang kekurangan. Buah persaudaraan ini akan dirasakan terus selama tahun-tahun sulit yang kelak ditempuh Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya di Madinah. Ternyata, kalangan Anshar memperlihatkan sikap ramah yang luar biasa kepada saudara-saudara Muhajirin mereka. Sudah sejak semula golongan Anshar menyambut gembira kaum Muhajirin. Mereka begitu mengerti bahwa kaum Muhajirin meninggalkan segala yang mereka miliki, termasuk harta benda dan seluruh kekayaan di Mekah. Sebagian besar dari mereka memasuki Madinah dengan perut lapar tanpa ada lagi yang dapat dimakan. Apalagi mereka memang bukan orang berada dan berkecukupan. Tentu saja sebagai kaum yang berbudi, kaum Muhajirin tidak begitu saja terlena dengan bantuan saudara-saudara Anshar mereka. Kaum Muhajirin berusaha melakukan banyak pekerjaan agar mereka bisa kembali mandiri secepatnya. *Persaudaraan Sejati* Aqidah Islamiyah adalah dasar persaudaraan sejati. Tidak mungkin dua orang yang berlainan agama bisa bersaudara seerat dua orang yang sama agamanya. Rasulullah ﷺ menghimpun hati para sahabatnya begitu dekat, sehingga tidak ada perbedaan di antara mereka kecuali ketakwaan dan amal shalih. *_Bersambung_*.Bagian 68.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
Bagian 68 اَاَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Bertani dan Berdagang* Pada awal kehidupan mereka di Madinah, kaum Muhajirin benar-benar mengalami masa yang sulit. Sampai suatu hari, pernah paman Rasulullah ﷺ, Hamzah bin Abdul Muthalib, datang kepada beliau dengan perut lapar sambil bertanya kalau-kalau Rasulullah ﷺ punya sesuatu untuk dimakan. Berdagang adalah salah satu pekerjaan yang banyak dikuasai kaum Muhajirin. Abdurrahman bi Auf yang sudah dipersaudarakan Rasulullah ﷺ dengan Sa'ad bin Rabi pernah ditawari Sa'ad separuh hartanya. Namun, Abdurrahman menolak pemberian itu. Ia hanya minta ditinjukkan jalan ke pasar. Di sana, mulailah Abdurrahman berdagang mentega dan keju. Dalam waktu tidak terlalu lama, berkat kepandaiannya berdagang, Abdurrahman bin Auf berhasil meraih kekayaannya kembali. Dapat pula ia menikahi dan memberikan mas kawin kepada seorang Muslimah dari Madinah. Sesudah itu, Abdurrahman bin Auf pun memiliki kafilah-kafilah yang pulang dan pergi membawa barang perdagangan. Selain Abdurrahman, banyak pula kaum Muhajirin yang melakukan pekerjaan serupa. Begitu pandainya penduduk Mekah berdagang sampai orang mengatakan bahwa dengan perdagangan, orang Mekah dapat mengubah pasir menjadi emas. Sementara itu, kaum Muhajirin yang lain, seperti Abu Dzar, Umar, dan Ali bin Abu Thalib memilih pekerjaan sebagai petani. Keluarga-keluarga mereka terjun menggarap tanah milik orang-orang Anshar bersama pemiliknya. Selain mereka, ada pula kaum Muhajirin yang tetap mengalami kesulitan hidup. Sungguh pun begitu, mereka tidak mau menjadi beban orang lain. Mereka membanting tulang melakukan pekerjaan apa pun yang halal. Ada lagi segolongan orang Arab yang datang ke Madinah dan menyatakan masuk Islam. Namun, keadaan mereka amat miskin dan serba kekurangan sampai ada yang tidak mempunyai tempat tinggal. Rasulullah ﷺ menyediakan tempat tinggal untuk mereka di selasar masjid yang di sebut shuffah. Mereka yang tinggal di tempat itu di sebut ahli Shuffah. Belanja mereka diberikan oleh kaum Muslimin yang berkecukupan, baik dari kaum Muhajirin maupun dari kaum Anshar. Di Madinah kaum Muslimin sudah mengerjakan shalat lima waktu. Namun, dengan jumlah yang semakin banyak, sulitlah semua orang tahu bahwa waktu shalat telah tiba. *Riwayat Adzan* "Kita gunakan saja bendera, ya Rasulullah," usul seorang sahabat. "Bendera tidak membangunkan orang tidur, gunakan saja terompet," usul yang lain. "Terompet mungkin terlalu keras, bagaimana dengan lonceng?" tambah sesorang. "Mungkin tidak perlu semua itu, cukuplah menyuruh seseorang berseru, 'Ash Shalah!" usul sahabat yang lain. Rasulullah ﷺ pun menyetujui usul terakhir ini. Lalu beliau bersabda, "Ya Bilal, bangunlah dan panggillah orang dengan 'Ash Shalah!" Maka, apabila waktu shalat tiba, Bilal pun berseru-seru, "Ash shalatu jami'ah! Shalatlah berjamaah! Shalatlah berjamaah!" Sampai suatu malam, Abdullah bin Zaid yang berada dalam keadaan setengah tertidur melihat seorang laki-laki membawa genta. Abdullah ingin membelinya untuk memanggil shalat. Orang itu berkata, "Akan kutunjukkan yang lebih baik daripada itu. Berserulah Allahu Akbar! Allahu Akbar! Asyhadu allaa ilaaha illallah! Asyhadu allaa ilaaha illallah! Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah! Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah! Hayya 'alasshalah! Hayya 'alasshalah! Hayya 'alal falah! Hayya 'alal falah! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Laa ilaaha illallah!" Kemudian, orang tersebut berdiri ke tempat yang agak jauh dan mengajarkan bacaan iqamat. Keesokan harinya, Abdullah bin Zaid mengabarkan mimpinya kepada Rasulullah ﷺ. Dengan wajah berseri, Rasulullah ﷺ bersabda, "Itu mimpi yang benar, Insya Allah. Pergilah engkau menemui Bilal karena Bilal itu suaranya lebih tinggi dan lebih panjang. Ajarkanlah Bilal segala apa yang diucapkan orang dalam mimpimu itu. Hendaklah Bilal memanggil orang shalat dengan cara demikian itu!" Bilal pun kemudian mengumandangkan adzan dan iqamat seperti yang diajarkan Abdullah bin Zaid kepadanya. Mendengar Bilal, Umar bin Khattab datang tergopoh-gopoh menemui Rasulullah ﷺ sambil berkata, "Ya Rasulullah! Demi Zat yang telah mengutus engkau dengan benar, sungguh semalam saya telah bermimpi bertemu seseorang dan berseru sebagaimana yang diucapkan Bilal." Rasulullah ﷺ pun bersabda, "Segala puji bagi Allah, demikian itulah yang lebih tetap." *Seorang Laki-Laki Penduduk Syurga* Semakin lama, Bilal semakin dekat di hati Rasulullah ﷺ, yang kemudian menyatakan Bilal sebagai seorang laki-laki penduduk surga. Akan tetapi, sikap Bilal tidak berubah. Ia tetap seorang yang mulia, besar hati, dan selalu memandang dirinya tidak lebih dari seorang Habasyah yang pernah menjadi budak belian. *Perjanjian dengan Kaum Yahudi* Sejak dari dulu Madinah bukan hanya dihuni oleh orang-orang Arab saja, melainkan juga kaum Yahudi. Ada tiga keluarga besar Yahudi yang menetap di Madinah. Bani Quraizhah, Bani Nadhir, dan Bani Qainuqa. Orang-orang Arab yang tinggal di Madinah dari suku Aus dan suku Khazraj pernah saling bermusuhan selama puluhan tahun. Setiap suku dipengaruhi oleh orang-orang Yahudi. Namun, ketika Islam datang mempersaudarakan mereka, lenyaplah rasa permusuhan itu untuk selamanya. Sejak saat itu, kaum Yahudi kehilangan pengaruh mereka atas orang Arab di Madinah. Semakin hari, semakin gemilang dan majulah kaum Muslimin. Hal itu tidak diterima dengan rela oleh kaum Yahudi. Mereka pun mendirikan persatuan sendiri untuk menghalangi kemajuan Islam. Melihat gelagat tidak baik ini, Rasulullah ﷺ pun mengirimkan surat perjanjian kepada orang Yahudi. Isinya kurang lebih sebagai berikut : 1. Janganlah kaum Yahudi dan Muslimin saling mendengki. 2. Janganlah kaum Yahudi dan Muslimin saling membenci. 3. Hendaklah kaum Yahudi dan Muslimin hidup bersama satu bangsa. 4. Hendaklah kaum Yahudi dan Muslimin mengerjakan ajarannya masing-masing dan tidak saling mengganggu. 5. Jika kaum Yahudi di serang musuh dari luar, Muslimin wajib membantunya. 6. Jika kaum Muslimin yang diserang, Yahudi wajib datang membantu. 7. Jika Kota Madinah diserang dari luar, kaum Yahudi dan Muslimin harus mempertahankannya bersama-sama. Pada bagian akhir perjanjian disepakati bahwa apabila timbul perselisihan antara kedua belah pihak, Rasulullah ﷺ akan menjadi hakimnya. Demikian dalam perjanjian ini tercantum kebebasan beragama, keselamatan harta benda, dan kebebasan mengutarakan pendapat. Kota Madinah dan sekitarnya menjadi tempat yang terhormat bagi seluruh penduduk karena penghuninya saling menghormati dan saling membela. Perjanjian ini menunjukkan bahwa Rasulullah ﷺ adalah pemimpin yang sangat cerdas. Perjanjian ini belum pernah dilakukan oleh rasul-rasul terdahulu. *Suka Menipu dan Berkhianat* Perjanjian antara kaum Muslimin dan Yahudi ini kemudian dirusak oleh tabiat kaum Yahudi yang suka menipu dan berkhianat. Makanya kaum Yahudi tidak senang dengan isi perjanjian yang telah disepakati tersebut, lalu mereka melanggarnya dengan berbagai penipuan dan pengkhianatan. *_Bersambung_*.Bagian 69.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
Bagian 69 اَاَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Menikah dengan Aisyah* Suasana damai dan tentram menyelimuti Kota Madinah. Pada saat itulah Rasulullah ﷺ yang sudah menikahi Aisyah binti Abu Bakar di Mekah, merayakan pernikahan beliau tersebut. Ketika itu, Aisyah sudah menjelang remaja. Beliau adalah seorang gadis yang lemah lembut dengan air muka yang manis dan sangat disukai banyak orang karena pandai bergaul. Pernikahan ini membuat persahabatan Rasulullah ﷺ dengan Abu Bakar Ash Shiddiq semakin erat. Setelah menikah, Aisyah berpindah dari rumah ayahnya ke rumah Rasulullah ﷺ di samping masjid. Tidak terkira rasa bahagia Aisyah. Ia melihat pada diri Rasulullah ﷺ ada sesuatu yang lain dibandingkan kebanyakan orang. "Rasulullah adalah suami sekaligus ayahku," demikian pikir Aisyah dalam hati. "Beliau adalah suami yang penuh cinta kasih tapi juga tidak berkeberatan ikut bermain-main bersamaku. Subhanallah, beliau benar-benar manusia yang luar biasa. Aku benar-benar mencintainya setulus hatiku untuk selamanya, dari dunia sampai akhirat kelak." Setelah menikah dengan Aisyah yang cerdas dan periang, beban pikiran Rasulullah ﷺ terkurangi. Mengurus umat satu kota penuh memerlukan konsentrasi yang amat tinggi hingga menyebabkan rasa lelah yang luar biasa. Namun, jika beliau pulang ke rumah dan bertemu Aisyah, segala lelah dan beban berat terasa hilang. Canda, senyum, dan bakti Aisyah menumbuhkan rasa riang dan semangat baru dalam hati Rasulullah ﷺ. Tidak terkira besarnya kasih sayang Rasulullah ﷺ kepada Aisyah. Suasana hati Rasulullah ﷺ yang tenteram mengimbas luas kepada penduduk Madinah. Mereka merasakan kehidupan bersama Rasulullah ﷺ jauh lebih baik daripada kehidupan mereka dahulu. Mungkin saat ini sebagian orang justru dalam keadaan lebih miskin dari dahulu. Akan tetapi, ketenangan dan kebahagiaan hidup bersama Islam jauh lebih mahal daripada apa pun, tidak akan terbeli oleh seberapa besar pun harta yang dapat dikumpulkan. Maka dari itu, kaum Muslimin pun melaksanakan tugas-tugas agama dengan penuh semangat. Mereka mulai menunaikan zakat dan mengerjakan shaum. Sedikit demi sedikit, ajaran Islam mulai menemukan kekuatannya. *Ummu Abdillah* Untuk menghibur Aisyah dari kesedihan karena tidak memiliki putra dan agar istri tercintanya itu merasa diperhatikan dan disayang, Rasulullah ﷺ mengizinkan Aisyah mengangkat putra saudarinya, Asma binti Abu Bakar. Keponakan Aisyah itu bernama Abdillah sehingga Aisyah dikenal orang dengan panggilan Ummu Abdillah. *Akhlaq dan Budi Pekerti Rasulullah ﷺ* Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa kehidupan dalam Islam itu dilandasi oleh rasa persaudaraan. Beliau bahkan mengatakan bahwa tidak sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Seseorang bertanya kepada Rasulullah ﷺ, "Perbuatan apakah yang baik dalam Islam?" Beliau menjawab, "Sudi memberi makan dan memberi salam kepada orang yang engkau kenal dan yang tidak engkau kenal." Rasulullah ﷺ menjadikan dirinya teladan tertinggi bagi setiap Muslim. Beliau amat rendah hati dan tidak mau diagung-agungkan walaupun beliau adalah manusia terbaik. Beliau bersabda, "Jangan memujaku seperti orang-orang Nasrani yang memuja anak Maryam. Aku adalah hamba Allah. Sebut saja aku hamba Allah dan utusan-Nya." Pernah suatu ketika, beliau mengunjungi para sahabat yang sedang berkumpul. Serempak mereka berdiri menyambutnya seperti layaknya orang lain menyambut orang yang mereka hormati. Namun, Rasulullah ﷺ tidak menyukai hal itu. Beliau bersabda, "Jangan kamu berdiri seperti orang-orang asing yang mau saling diagungkan." Setiap kali mengunjungi para sahabatnya, Rasulullah ﷺ tidak pernah memilih-milih tempat duduk. Beliau duduk begitu saja di mana pun ada tempat luang. Ia bergurau dengan para sahabat, bergaul erat dengan mereka, diajaknya mereka berbincang-bincang. Jika para sahabat kebetulan disertai anak-anak mereka, Rasulullah ﷺ mengajak anak-anak itu bermain-main. Kemudian, didudukkannya anak-anak itu dipangkuan beliau. Rasulullah ﷺ tidak pernah menolak undangan. Beliau selalu datang apabila diundang, baik oleh orang merdeka, budak sahaya, maupun orang miskin. Dikunjunginya orang yang sakit walaupun letaknya jauh di ujung kota. Orang yang datang minta maaf selalu beliau maafkan. Beliau selalu yang memulai memberi salam kepada orang yang dijumpai. Beliau pasti selalu yang lebih dulu mengulurkan tangan menjabat sahabat-sahabatnya. Tidak akan pernah lagi kita menjumpai seorang pemimpin yang begitu lembut dan begitu menyayangi rakyatnya, pemimpin yang hidup sederhana seperti kebanyakan rakyatnya, pemimpin yang mampu memberi nasihat dan teladan, pemimpin yang selalu siap memberi dan mendapat tempat di lubuk hati terdalam setiap orang yang mengenalnya. لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ "Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keislaman) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman." Surah At-Taubah (9:128) *Shalat Rasulullah ﷺ* Shalat Rasulullah ﷺ adalah shalat yang paling indah dibanding semua sahabatnya. Beliau melakukan shalat seakan sedang berjumpa dengan orang yang paling ia sayangi sehingga sulit rasanya untuk berpisah. Shalat beliau seakan-akan merupakan suatu pertemuan terakhir dengan orang yang dicintainya. Shalat beliau begitu khusyuk, seolah-olah beliau sedang bercakap-cakap dan memandang Allah ﷻ. *_Bersambung_*.Bagian 70.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
Bagian 70 اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ *Rasa Sayang Rasulullah ﷺ* Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling penyayang. Apabila beliau tahu ada orang yang sedang menunggu, padahal beliau sedang shalat, beliau percepat shalat itu dan beliau tanya apa keperluannya. Sesudah beliau memenuhi keperluan orang tadi, beliau lanjutkan kembali ibadahnya. Dalam rumah tangga, Rasulullah ﷺ ikut memikul beban keluarga. Beliau ikut mencari pakaian, menambal baju yang berlubang, serta memerah susu kambing. Beliau juga membetulkan sendiri sepatunya yang rusak. Beliau penuhi sendiri semua keperluan beliau, mulai mengambil minum sampai mengurus unta. Beliau duduk dan makan bersama dengan para pembantu dan mengurus keperluan orang yang lemah, menderita, dan miskin. Apalagi melihat ada orang yang membutuhkan sesuatu, beliau dan keluarganya mengalah, sekali pun beliau saat itu juga dalam kekurangan. Tidak ada sesuatu yang disimpan untuk esok, bahkan kelak ketika beliau wafat. Baju besi beliau sedang tergadai di tangan seorang Yahudi karena beliau memerlukan uang untuk belanja keluarga. Beliau sangat baik hati, mudah tersenyum, dan selalu memenuhi janji. Suatu ketika ada delegasi dari Raja Najasyi dari Habasyah datang berkunjung. Beliau sendiri yang melayani mereka. Para sahabat datang menegur, "Wahai Rasulullah, sudah cukuplah, bukankah ada orang lain untuk mengerjakannya?" "Mereka sangat menghormati sahabat-sahabat kita ketika berhijrah ke tempat mereka," jawab Rasulullah ﷺ. "Saya ingin membalas sendiri kebaikan mereka." Begitu setianya beliau sehingga selalu ada yang menyebut nama Khadijah, kenangan indah muncul bagai pelangi menghiasi hati beliau. Suatu ketika, ada seorang wanita datang. Beliau menyambutnya begitu gembira dan beliau tanyai wanita itu baik-baik. Ketika wanita itu sudah pergi, beliau berkata, "Ketika masih ada Khadijah, ia suka mengunjungi kami. Mengingat hubungan baik masa lampau adalah termasuk iman." Begitu halus perasaan Rasulullah ﷺ, begitu lembut hatinya, sampai beliau biarkan cucunya bermain-main dengannya ketika beliau sedang shalat. Bahkan beliau shalat dengan membawa Umamah, cucu beliau dari Zainab. Umamah beliau taruh di atas bahu. Saat beliau sujud, beliau letakkan Umamah, jika beliau berdiri, Umamah ditaruh lagi keatas bahunya. *Rasulullah ﷺ Menyayangi Binatang* Kebaikan dan kasih sayang Rasulullah ﷺ tidak terbatas kepada sesama manusia saja, tetapi juga kepada binatang. Suatu ketika, beliau pernah bangun dan membukakan pintu untuk seekor kucing yang sedang berlindung di tempat itu. Beliau juga pernah merawat seekor ayam jantan yang sedang sakit-sakitan. Rasulullah ﷺ juga mengelus-elus seekor kuda penuh rasa sayang dengan lengan baju beliau. Suatu ketika, dilihatnya Aisyah menaiki seekor unta. Aisyah merasa sukar mengendalikan unta yang agak bandel itu sehingga Aisyah menarik-narik tali kekang dengan tidak sabar. Kemudian, Rasulullah ﷺ mendekat dan menegur lembut, "Hendaknya engkau berlaku lemah lembut, ya Aisyah." Meskipun demikian, kasih sayang, kelembutan, dan rasa persaudaraan yang Rasulullah ﷺ ajarkan bukan berarti menunjukkan kelemahan. Rasa kasih sayang dan kelembutan selalu harus bersama sikap yang adil. Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa tanpa keadilan, persaudaraan sejati tidak mungkin ada. Sabda beliau, "Barang siapa menyerang kamu, seranglah dengan seimbang, seperti mereka menyerang kamu." Pada saat lain, Rasulullah ﷺ juga berkata, "Hukum qishas (membalas perbuatan dengan seimbang, misalnya pembunuh yang terbukti bersalah harus dibalas dibunuh pula) berarti kelangsungan hidup bagi kamu, hai orang-orang yang mengerti." Jadi, kasih sayang yang diajarkan Rasulullah ﷺ juga mengandung unsur kekuatan. Oleh sebab itu, seorang Muslim bisa bersikap lemah lembut sekaligus tegas jika memang diperlukan. Jika seseorang tidak dapat bersikap tegas, ia akan menjadi bulan-bulanan orang-orang berhati jahat. Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa jiwa seorang Muslim harus kuat, tidak mengenal kata menyerah kecuali kepada Allah ﷻ. Seorang Muslim yang taat kepada Allah ﷻ tidak merasa lemah apabila menghadapi rintangan. *Menangkap Burung untuk Permainan* Dalam hadist riwayat Nasa'i dan Ibnu Hibban, Rasulullah ﷺ bersabda, "Barang siapa menangkap seekor burung hanya untuk bermain-main, kelak pada hari kiamat, burung itu akan mengadu kepada Allah ﷻ, "Wahai Tuhanku, orang itu telah membunuh aku untuk mainan belaka, tidak untuk mengambil manfaat dariku." *Keseharian Rasulullah ﷺ* Rasulullah ﷺ mengajarkan kepada kita bahwa, tidak boleh ada rasa takut dalam hati seorang Muslim, kecuali jika ia melakukan perbuatan maksiat dan dosa. Jiwa itu tidak akan menjadi kuat jika berada dalam kekuasaan orang lain. Karena itulah, Rasulullah ﷺ mengajak para sahabatnya berhijrah ke Madinah. Jiwa akan jadi lemah jika sudah dikuasai oleh hawa nafsu. Nafsu akan harta, kendaraan, pakaian, makanan, dan banyak lagi. Jika seseorang sudah mencintai harta dunia seperti itu, kekuatan rohaninya melemah dan tidak lagi mampu berjuang, beribadah, serta berbakti layaknya seorang Muslim sejati. Rasulullah ﷺ adalah contoh yang sangat ideal dalam mengendalikan hawa nafsu. Jiwa Rasulullah ﷺ sudah begitu kuat sehingga tidak begitu peduli jika segala yang dimilikinya akan habis akibat beliau sangat suka memberi kepada orang lain. Sampai-sampai, ada orang yang berkata, "Dalam memberi, Rasulullah seperti sudah tidak takut kekurangan." Rasulullah ﷺ mengajarkan agar kitalah yang menguasai kehidupan dunia, bukan kehidupan dunia yang menguasai kita. Beliau tidak menganjurkan kita agar hidup miskin, tetapi hidup sederhana dan tidak berlebihan. Alas tidur Rasulullah ﷺ bukanlah kasur yang empuk, melainkan hanya terdiri atas kulit yang dilapisi serat. Tidak pernah beliau makan sampai kenyang. Beliau selalu menyudahi makannya sebelum kenyang. Tidak pernah Rasulullah ﷺ makan roti dari tepung gandum dua hari berturut-turut. Sebagian besar makanan beliau adalah bubur. Pada hari lain, Rasulullah ﷺ makan kurma. Jarang sekali beliau dan keluarganya dapat makan roti sop (roti yang dibasahi kuah kaldu dan daging). Bahkan sering sekali beliau harus menahan lapar. Beliau pernah mengganjal perutnya dengan batu yang dikaitkan dengan ikat pinggangnya agar rasa laparnya tertahan. Namun, bukan berarti Rasulullah ﷺ berpantang makan makanan enak. Beliau dikenal suka sekali makan kaki kambing muda, labu, madu, dan manisan walupun amat jarang beliau dapatkan. Begitulah cara Rasulullah ﷺ mengendalikan diri terhadap makanan. *_Bersambung_*.Silahkan dibagikan Kisah Rasulullah ini kepada saudara2 kita yg lain, semoga siapapun yg membagikan Kisah ini insyaallah akan dituliskan amal jariyah yang berlipat ganda oleh Allah SWT
Aamiin....
Barakallah fikum.
"Barangsiapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun..."HR.MUSLIM"

Jumlah Pengunjung