K
I
S
A
H
R
A
S
U
L
U
L
L
A
H
S
A
W
Kisah Nabi Muhammad SAW adalah sejarah satu-satunya yang pernah Allah ciptakan. Dunia tidak akan pernah melihat lagi kisah sejarah seperti yang pernah terjadi di zaman Nabi Muhammad SAW .
Kisah Nabi Muhammad SAW ini adalah kisah sejarah yang paling besar dan paling agung yang pernah terjadi.
Peradaban manusia berubah dengannya. Sejarah Rasulullah SAW sarat dengan berbagai rahasia dan perkara tersirat yang sedetik darinya pun cukup berharga untuk dinukil untuk menjadi bacaan dan panduan kepada umat Islam dan manusia seluruhnya.
Alangkah ruginya apabila kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW tidak tau kehebatan perjuangan Rasulullah saw. Perjuangan Baginda SAW penuh hikmah untuk umat akhir zaman yang perlu direnungkan, diangkat dan disebarluaskan kepada umat yang mendamba kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.
KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 151.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 151* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Masjid Dhirar* Sejak sebelum kaum muslimin hijrah, di Madinah ada seorang pendeta Nasrani bernama Abu Amir. Ia adalah orang terpandang di suku Kha’raj. Setelah Islam menyebar luas Abu Amir pun menunjukkan kebencian kepada Rasulullah ﷺ dan para pengikutnya. Bahkan diam-diam Abu Amir telah menghasut Quraisy agar memerangi Rasulullah ﷺ. Namun ketika akhirnya Mekah ditaklukan, Abu Amir berpaling ke Romawi. Kaisar Heraklius mengizinkan Abu Amir tinggal di wilayah Romawi agar bisa bersama-sama menyusun rencana jahat terhadap Rasulullah .ﷺ Dari tempat yang baru itulah Abu Amir menulis surat kepada orang-orang munafik Madinah. Ia menceritakan bahwa Heraklius siap membantu. Namun lebih dahulu harus dibangun sebuah markas agar orang-orang dapat berkumpul untuk melaksanakan rencana jahat terhadap Rasulullah .ﷺ Maka dengan cerdik orang-orang munafik Madinah membangun sebuah markas. Markas tersebut bukan berbentuk rumah atau benteng melainkan sebuah masjid. Padahal di dekat situ sudah ada masjid Quba yang didirikan Rasulullah ﷺ. Jika orang-orang menanyakan hal ini, kaum munafik itu beralasan supaya pada malam-malam yang sangat dingin orang di sekitar sini bisa mendapat tempat shalat yang lebih dekat. Masjid ini telah selesai dibangun sebelum Rasulullah ﷺ berangkat ke Tabuk. Orang-orang munafik mendatangi Rasulullah ﷺ meminta agar beliau sudi kiranya shalat di sana. Tujuan utama mereka adalah, jika Rasulullah ﷺ mau sholat di sana maka masjid itu tidak akan lagi dicurigai. Namun ketika itu Rasulullah ﷺ bersabda, “Kami sekarang mau berangkat, insya Allah nanti setelah pulang.” Sebelum Rasulullah ﷺ tiba di Madinah dari Tabuk, Jibril turun membawa berita tentang masjid Dhirar yang dibangun untuk memecah belah dan membuat orang kembali kafir. Maka begitu tiba di Madinah beliau memerintahkan kepada beberapa sahabat untuk menghancurkan Masjid itu sampai rata dengan tanah. Setelah gembira karena meraih kemenangan dari Romawi dan orang munafik, kembali kesedihan menimpa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Ibrahim Wafat. Almarhumah Khadijah melahirkan dua anak laki-laki untuk Rasulullah ﷺ yaitu Qosim dan Thahir, namun keduanya meninggal ketika masih bayi di pangkuan ibunya. Setelah Almarhumah Khadijah wafat dan berturut-turut ketiga putri Rasulullah ﷺ meninggal hingga yang tersisa hanyalah Fatimah Az-Zahra. Karena itu kita dapat memahami betapa besarnya rasa sayang Rasulullah ﷺ kepada Ibrahim anaknya yang lahir dari Mariyah. Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Ibrahim si bayi mungil jatuh sakit yang sangat menghawatirkan. Tatkala ajal Ibrahim sudah dekat Rasulullah ﷺ diberitahu. Karena begitu sedih Rasulullah ﷺ berjalan sambil memegang dan bertumpu pada tangan Abdurrahman bin Auf. Rasulullah ﷺ mengambil bayi itu dari pangkuan ibunya ke pangkuannya sendiri. Hati beliau seolah remuk redam, tangan beliau menggigil saat memeluk Ibrahim. Dengan rasa pilu yang begitu mencekam sanubari Rasulullah ﷺ bersabda, “Ibrahim kami tidak dapat menolongmu dari kehendak Allah.” Air mata Rasulullah ﷺ mengalir melihat bayinya sedang menarik nafas terakhir. Mariyah dan adiknya Shirin menangis menjerit-jerit. Namun Rasulullah ﷺ membiarkan mereka begitu. Setelah itu tubuh Ibrahim tidak bergerak lagi, nyawanya telah kembali kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Rasulullah ﷺ bersabda, “Oh Ibrahim kalau bukan karena soal kenyataan dan janji yang tidak dapat dibantah lagi bahwa kami akan segera menyusul orang yang mendahului kami, tentu kesedihan kami akan lebih dalam daripada ini.” Beliau diam sejenak kemudian bersabda lagi, “Air mata boleh bercucuran, hati dapat merasa duka tapi kami hanya dapat berkata apa yang telah menjadi kehendak Allah dan bahwa kami, sungguh sedih terhadapmu wahai Ibrahim.” Beliau memandang Mariyah dan Shirin dengan penuh kasih. Beliau meminta keduanya lebih tenang dan berkata, “Ia akan mendapatkan inang pengasuh dari surga. “ Pada saat itu terjadilah gerhana matahari, para sahabat berkata bahwa gerhana itu terjadi karena kematian Ibrahim, namun Rasulullah ﷺ bersabda, “Matahari dan bulan adalah tanda kebesaran Allah yang tidak akan terjadi karena kematian atau kehidupan seseorang, kalau kamu melihat hal itu, berlindunglah dan berdzikirlah kepada Allah dengan melakukan shalat.” *_Bersambung_*.Bagian 152.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 152* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Rasulullah ﷺ Sholat di dalam Ka’bah* Rasulullah masuk ke dalam Ka’bah bersama Usamah dan Bilal. Setelah Rasulullah ﷺ menutup pintu Ka’bah, Rasulullah berdiri membelakangi pintu Ka’bah, Rasulullah melangkah ke depan tiga hasta kemudian Rasulullah berhenti, sehingga dua tiang berada sebelah kirinya dan satu tiang berada di sebelah kanan Rasulullah. Di belakang Rasulullah ada tiga tiang, karena al-Haram pada waktu itu didirikan atas enam batang tiang. Kemudian Rasulullah sholat di situ. Setelah selesai sholat Rasulullah berjalan-jalan di dalam Ka’bah, bertakbir di setiap sudutnya, lalu menyebut kalimah Tauhid, kemudian Rasulullah membuka pintu, ketika itu masyarakat Quraisy sudah memenuhi ruang masjid bersaf-saf, menunggu apa yang akan disampaikan oleh Rasulullah kepada mereka. Rasulullah memegang pintu Ka’bah, sedang masyarakat Quraisy menunggu di bawah, Rasulullah bersabda: “Tiada Tuhan melainkan Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, benar janji-Nya, membantu hamba-Nya, mengalahkan golongan Ahzab, ingatlah setiap warisan lama, setiap warisan Jahiliah serta harta benda atau darah, semuanya di bawah kakiku ini, kecuali penjaga Baitullah dan pemberi minum para Jemaah Haji. Ingatlah, pembunuhan secara sengaja dengan menggunakan cemeti dan rotan dendanya terlalu berat, yaitu seratus ekor unta, empat puluh darinya dalam keadaan sedang mengandung. Wahai masyarakat Quraisy, sesungguhnya Allah telah melenyapkan kesombongan jahiliah, sikap bermegahan dengan membanggakan keturunan, sebenarnya manusia itu adalah keturunan Adam sedang Adam diciptakan dari tanah. Kemudian Rasulullah membaca ayat Alquran: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (Al-Hujurat 49:13). Kemudian Rasulullah menyambung sabdanya: “Wahai kaum Quraisy, apa yang kamu fikirkan tentang apa yang akan aku lakukan terhadap kamu semua?” Jawab mereka: “Tentulah baik, karena saudara orang yang mulia, anak dari saudara kami yang mulia”. Maka jawab Rasulullah: “Sesungguhnya aku berkata kepada kalian seperti Yusuf telah berkata kepada saudara-saudaranya: Tidak ada cela atas kamu di hari ini, Ayo berjalanlah, kamu semua bebas.” *Kunci Ka’bah dikembalikan kepada penjaganya* Setelah semuanya itu, Rasulullah ﷺ duduk kembali di dalam Masjid, Ali bin Abi Talib (r.a) berdiri dan menemui Rasulullah sambil memegang kunci pintu Ka’bah, dan berkata : “Wahai Rasulullah, berilah tugas menjaga Ka’bah dan tugas memberi minum kepada kami, semoga Allah memberi sholawat kepada engkau” (dalam riwayat yang lain yang mengajukan permohonan Abbas). Rasulullah bersabda: “Untuk Utsman bin Talhah” Karena itu dijemput dan dibawalah Utsman bin Talhal ke depan Rasulullah dan Rasulullah berkata : “Ini kunci untuk engkau, hari ini adalah hari kebaikan dan menunaikan janji”. Menurut riwayat Ibn Sa’ad dalam kitabnya al-Tabaqat, Rasulullah telah berkata kepada Utsman Ketika penyerahan kunci itu dengan sabdanya: “Ambillah kunci ini untuk selama-lamanya, ia tidak akan dirampas kecuali oleh orang yang zalim, sesungguhnya Allah telah meletakkan amanatnya kepada kamu, dan makanlah segala sesuatu rezeki yang sampai kepadamu dari rumah Allah ini dengan ma’ruf”. *Bilal berazan di atas Ka’bah* Ketika masuk waktu sholat Rasulullah pun menyuruh Bilal (r.a) memanjat ke atas Ka’bah untuk menyuarakan azan dari atas Ka’bah. Sholat pembukaan Ka’bah atau sholat syukur Pada hari itu Rasulullah masuk ke dalam rumah Ummu Hani binti Abi Talib, untuk bersuci kemudian sholat delapan rakaat di dalam rumahnya, ketika itu adalah waktu dhuha, ada orang menyangka Rasululluh sholat dhuha, yang sebenarnya Rasulullah sholat kemenangan atas pembukaan kota Mekah. Pada waktu itu Ummu Hani pun memberi perlindungan kepada dua orang mertuanya, maka kata Rasulullah: “Kami melindungi orang yang dilindungi oleh Ummu Hani”. Sebelumnya saudaranya Ali bin Abi Talib menuntut untuk membunuh mereka berdua, namun Ummu Hani telah menutup pintu rumahnya, karena itulah maka Ummu Hani bertanya kepada Rasulullah dan Rasulullah pun memberi penegasan kepada Ummu Hani. *_Bersambung_*.Bagian 153.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 153* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Hari Pertama Pembukaan Mekah* Penghalalan darah beberapa penjahat. Rasulullah menghalalkan darah sembilan orang pelaku kejahatan Mekah, Rasulullah memerintahkan agar supaya kesembilan penjahat Mekah dibunuh, walaupun mereka terikat pada tirai Ka’bah, mereka ialah : - Abd al-Uzza bin Khatal, - Abdullah Ibni Abi Surah, - Ikrimah bin Abi Jahal, - Al-Harith bin Nufail bin Wahab, - Muqais bin Sababah, - Habbar bin Aswad, - 2 (dua) penyanyi wanita milik Ibn Khatal, keduanya ini sering mencaci Rasulullah melalui nyanyian mereka, dan Sarah, hamba perempuan milik seorang Bani Abdul Muttalib, dia yang membawa pesan dari Hatib bin Abi Baltaah. Ada pun Ibni Abi Surah, telah dibawa oleh Utsman ke hadapan Rasulullah, dia menjadi orang yang dekat dengan Rasulullah, karenanya ia terhindar dari ancaman pembunuhan, malah Rasul telah menerima pengakuan Islamnya, sebelumnya Rasulullah menangguhkan untuk menerimanya, dengan harapan akan ada orang di kalangan sahabat yang bertindak membunuhnya, karena dia sebelumnya sudah memeluk Islam dan ikut berhijrah kemudian dia murtad dan lari pulang ke Mekah. Ikrimah bin Abi Jahal telah melarikan diri ke negeri Yaman, namun isterinya telah berusaha mendapatkan perlindungan, maka Rasulullah pun memberi jaminannya, dengan itu dia telah berusaha untuk mendapat kembali suaminya yang lari, setelah bertemu, dia turut pulang ke Mekah dan memeluk Islam. Ketika Ibni Khatal ditemui, sedang terikat di tirai Ka’bah, setelah dilaporkan kepada Rasulullah, maka Rasulullah berkata: “Bunuh saja”. Maka Ibni Khatal pun dibunuh. Ada pun Muqais bin Sababah telah dibunuh oleh Namilah bin Abdullah. Muqais sebelumnya telah memeluk Islam, tiba-tiba terjadi peristiwa, Muqais menyerang seorang lelaki Anshor menyebabkan terbunuhnya lelaki Anshor, kemudian dia murtad dan lari menyertai kaum musyrikin ke Mekah. Al-Harith merupakan orang yang paling menyakiti Rasulullah ketika di Mekah. Dia telah dibunuh oleh Ali bin Abi Talib. Habbar bin al-Aswad adalah orang yang menganggu Zainab binti Rasulullah ketika akan berhijrah, dan menyebabkan Zainab terjatuh sehingga terjadi keguguran, namun dia telah lari dari Mekah, kemudian memeluk Islam dan menjadi orang baik. Seorang dari dua penyanyi telah dibunuh, sedang yang kedua telah diberi jaminan keselamatan, karena dia memeluk Islam, sebagaimana terjadi kepada Sarah yang juga ikut memeluk Islam. Kata ibnu Hajar: Abu Ma’syar telah menyebut tentang mereka yang telah dideklarasikan darahnya halal, mereka ialah al-Harith bin Talatil al-Khuzai’e, dia telah dibunuh oleh Ali. Al-Hakim menyebut bahwa di antara mereka yang dihalalkan darahnya ialah Kaab Zuhair, cerita tentang dia, akhirnya dia memeluk Islam dan bersyair memuji Rasulullah. Ada pun perihal Wahsyi bin Harb dan Hind binti Utbah berakhir dengan memeluk Islam, sedang Arnab hamba perempuan Ibnu Khatal telah terbunuh, juga Ummu Saad sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu Ishak, dengan itu maka genaplah jumlah mereka yang dibunuh, ketika Pembukaan Mekah. *Safwan bin Umaiyah dan Fudhalah bin Umar memeluk Islam* Safwan bin Umaiyah tidak termasuk di antara tokoh yang dihalalkan darahnya, namun sifatnya sebagai pemimpin besar di dalam masyarakat, membawa dia mengkhawatirkan keselamatan dirinya sendiri, karena itu dia melarikan diri, dan dimintakan jaminan keamanan dari Rasulullah oleh Umair bin Wahab al-Jumahi. Rasulullah pun menerima. Sebagai tanda atas permintaan Umair itu, Rasulullah memberikan surbannya yang dipakai. Ketika memasuki kota Mekah. Amir pun segera mendapatkan Safwan yang akan menaiki kapal layar menuju ke negeri Yaman. Amir cepat-cepat menangkap Safwan, dan memberi tahu kepadanya bahwa dia telah meminta kepada Rasulullah untuk memberi waktu kepada Safwan selama dua bulan, sebelum diputuskan, akan tetapi Rasulullah telah menjawab dengan sabdanya: “Aku beri empat bulan”. Maka dengan itu Safwan pun memeluk Islam. Sebenarnya isterinya sudah memeluk Islam terlebih dahulu dari dia, dan Rasulullah telah mengakui dengan akad pertama mereka dahulu. Fudhalah adalah seorang pejuang yang berani, dia telah datang menghampiri Rasulullah ketika sedang berthawaf dengan tujuan untuk membunuh Rasulullah. Akan tetapi ketika Rasulullah berseiringan dengan Fudhalah, memberi tahu dia tentang rencana jahatnya yang terpendam di dalam hatinya, sehingga dia memeluk Islam. *_Bersambung_*.Bagian 154.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 154* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Hari Kedua Pembukaan Mekah* Pada keesokan hari Rasulullah ﷺ tampil kembali di depan masyarakat Quraisy di Mekah, setelah memuji dan bertahmid kepada Allah, Rasulullah bersabda: “Wahai manusia sekalian, sesungguhnya Allah telah mengharamkan bumi Mekah sejak langit dan bumi ini diciptakan, maka Mekah menjadi haram. Pengharaman Allah itu, sampai dengan tiba hari qiamat. Tidak halal orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, menumpahkan darah, atau menebang pohon”. Kemudian apabila ada orang yang mempermasalahkan peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah, di Mekah, maka jawab kepada mereka: “Sebenarnya Allah telah mengizinkan kepada Rasulnya saja dan tidak kepada yang lainnya, itu pun hanya untuk saat tertentu saja, nah kini pengharaman berlaku kembali seperti pada hari kemarin, oleh karena itu kepada semua yang hadir di antara kamu berkewajipan menyampaikan perihal ini kepada yang tidak hadir”. Dalam riwayat lain disebutkan: “Tidak mematahkan durinya, tidak membuang buruannya, tidak mengambil barang yang tercecer kecuali orang yang mengenalinya, dan tanah lapangnya tidak bisa untuk buang air (air kecil atau air besar).” Abbas menyela: “Wahai Rasulullah kecuali batang Izkhir, karena itu untuk hamba-hamba dan rumah mereka”. Jawab Rasulullah: “Ya kecuali batang Izkhir”. Peristiwa sebelumnya, Khuza’ah telah membunuh seorang lelaki dari Bani Laith untuk membalas dendam atas pembunuhan seorang anggota qabilah mereka. Sehubungan dengan perkara ini maka, Rasulullah bersabda: “Wahai kalian Khuza’ah, hindarkan tanganmu dari pembunuhan, sebenarnya pembunuhan terlalu banyak, walaupun itu bisa memberi manfaat. Sebelumnya kamu telah membunuh mangsa kamu dan kini biarlah aku yang membayar ganti rugi (pampasan)nya, akan tetapi siapa pun yang membunuh setelah pemberitahuanku ini, maka keluarganya harus memilih di antara dua pilihan, bila mereka mau darah maka darah pembunuhan, atau bila mereka mau tebusan ganti rugi maka pampasanlah yang harus dibayar”. Dalam riwayat lain; Maka berdirilah seorang berketurunan Yaman yang dikenali sebagai Abu Syah menyeru: “Wahai Rasulullah! Tuliskanlah itu untukku”, maka kata Rasulullah: “Ayo tuliskanlah untuk Abu Syah”. *Kecurigaan Kaum Anshor* Setelah selesai semua urusan mengenai pembukaan Mekah yang merupakan tanah air dan tanah tumpah darah Rasulullah, maka beberapa orang Anshor mencurigai sesuatu, dan mereka berbisik-bisik di antara mereka: “Apakah engkau berpendapat, bahwa setelah membantu Rasulullah hingga kembali di tanah airnya ini, akankah Rasulullah kemudian menetap di sini?”. Pada saat itu Rasulullah ﷺ sedang menadah tangannya, berdoa di atas bukit Safa’, setelah selesai dari doanya itu kemudian Rasulullah bertanya: “Apa yang kamu bicarakan tadi?”. Jawab mereka: “Tidak ada apa-apa, wahai Rasulullah”. Rasulullah ﷺ kemudian mendesak, mengenai apa yang mereka bisikkan itu, sampai kemudian mereka bercerita yang sebenarnya, maka Rasulullah menegaskan: “Aku berlindung kepada Allah, sebenarnya penghidupanku adalah di penghidupanmu dan kematianku adalah di persada kematianmu”. *Baiat* Setelah selesai pembukaan Mekah, berkat pertolongan Allah, maka tampaklah kebenaran Islam di mata penduduk Mekah dan mereka sudah memastikan, bahwa tidak ada jalan lain menuju kejayaan kecuali dengan Islam, karenanya mereka semua tunduk dan patuh kepada ajaran-ajaran Islam, mereka semua berkumpul untuk membuat pengakuan taat dan setia dalam baiat. Rasulullah ﷺ duduk di Bukit Safa dengan semua yang hadir sedang Umar Ibnu Khattab di samping agak ke bawah dari Rasulullah memperhatikan siapa pun yang hadir di situ, semua yang datang membuat baiat dengan Rasulullah. Di dalam kitab “Madarik Tafizil” disebutkan: Diriwayatkan bahwa setelah Rasulullah ﷺ selesai menerima baiat kaum lelaki, Rasulullah meneruskan baiat untuk kaum wanita. Rasulullah ﷺ duduk di bukit Safa’ sedang Umar bin Khattab duduk di samping Rasulullah membaiat mereka dengan perintah Rasulullah, juga menyampaikan kepada mereka segala sesuatu dari Rasulullah. Hindun bin Utbah, isteri Abu Sufyan pun datang ke hadapan Rasulullah dengan cara menyamar diri, karena takut Rasulullah akan mengenali dia, karena Hindun bin Utbah masih ingat tindakan kejamnya terhadap Hamzah. Maka Rasulullah ﷺ berkata: “Aku membaiatmu untuk tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatu pun”. Tugas ini dilakukan oleh Umar, dan kata Rasulullah: “Dan jangan kamu mencuri”. Maka jawab Hindun: “Sebenarnya Abu Sufyan seorang yang bakhil, bila aku ambil sedikit hartanya dia tidak suka”, menyahut Abu Sufyan: “Apa yang engkau ambil itu halal”. Lalu Rasulullah ﷺ pun tersenyum karena Rasulullah telah mengenali dia katanya: “Engkau Hindun?”. “Ya wahai Rasulullah”. Katanya lagi: “Maafkanlah aku wahai nabi Allah”, maka Rasulullah ﷺ pun memaafkan dia. Kata Rasulullah: “Dan tidak berzina”. Kata Hindun: “Apakah seorang wanita yang merdeka wajar berzina?”. Jawab Rasulullah: “Dan tidak sekali-kali membunuh anak-anak mereka”. Kata Hindun pula: “Kami yang memeliharakan mereka sejak kecil lagi, dan Engkaulah yang membunuh mereka setelah dewasa, dan merekalah yang lebih mengetahui hal ini”. Karena anaknya, Hanzalah bin Abi Sufyan telah terbunuh dalam peperangan Badar, Umar ketawa hingga dia terduduk, sedang Rasulullah tersenyum saja. Kata Rasulullah lagi: “Dan tidak juga melakukan perkara-perkara maksiat”. Jawab Hindun: “Demi Allah kerja maksiat itu suatu yang bodoh dan jelek, sebetulnya apa yang Rasulullah sampaikan itu adalah perintah yang wajar untuk menjadikan akhlak-akhlak mulia”. Selanjutnya kata Rasulullah : ﷺ “Dan sekali-kali tidak membantah untuk kerja-kerja makruf (kebaikan)”. Kata Hindun: “Demi Allah kami menghadiri majlis dan di dalam hati kami tidak ada sedikit pun rasa durhaka”. Ketika dia pulang ke rumahnya kemudian dia memecahkan berhala-halanya sambil berkata: “Kami tertipu oleh engkau”. *_Bersambung_*.Bagian 155.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 155* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Periode Ketiga* Periode pertama: perjuangan dan peperangan Periode kedua: bangsa dan qabilah-qabilah arab berlomba lomba masuk Islam. Ini merupakan periode terakhir dalam perjalanan hidup Rasulullah ﷺ yang mempertunjukkan pencapaian-pencapaian hasil usaha dakwahnya. Setelah melalui waktu perjuangan jihad selama 20 tahun, kelelahan, kesengsaraan, peperangan dan pertarungan yang telah menumpahkan darah, semua ini telah Rasulullah ﷺ tempuh. Pembukaan kota Mekah merupakan kemenangan yang sangat berarti yang telah dicapai oleh kaum muslimin di sepanjang tahun perjuangan mereka, suatu kemenangan yang telah mengubah peta dan urusan perjalanan hidup selanjutnya, serta merubah suasana dan kebiasaan bangsa Arab itu sendiri. Pembukaan itu merupakan garis pemisah antara era lama dan era yang akan datang, di mana sebelumnya bangsa Arab-lah yang menjadi panutan mereka. Penundukkan kaum quraisy di bawah bendera islam dianggap sebagai penghapusan total terhadap pengaruh dan penyembahan berhala di semenanjung Arab. Periode ini dapat dibagi menjadi dua fasa: *Peperangan Hunain* Penaklukan kota Mekah terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Dengan satu pukulan yang menyentak, telah membingungkan seluruh bangsa Arab dan menjadikan seluruh qabilah yang berdekatan terkejut, mereka tidak berdaya untuk menghalanginya. Oleh karena itu mereka menyerah, tidak ada jalan lain selain menerima apa yang terjadi, Akan tetapi beberapa qabilah yang merasa lebih kuat, ganas dan congkak, seperti suku Hawazin dan Thaqif, dan kemudian beberapa qabilah lain juga mengikutinya, seperti, qabilah Nasr, Jasyam, Saad bin Bakar dan beberapa individu dari Bani Hilal. Mereka ini dari kelompok Qais Ailan, qabilah-qabilah ini tidak rela menerima kemenangan Islam. Oleh karena itu, mereka bersepakat untuk bersekutu dengan Malik bin Auf Nasri dan membuat keputusan untuk melawan kaum Muslimin. *Pergerakan Musuh dan Persinggahan Autas* Malik bin Auf sebagai pembesar negerinya, memimpin pergerakan untuk memerangi kaum Muslimin, dia membuat keputusan dengan membawa serta semua harta-harta, kaum wanita dan anak-anak mereka. Kemudian mereka bergerak sampai di Autas, lembah yang terletak di daerah perkampungan Hawazin berdekatan “Hunain”. Tetapi lembah Autas bukanlah lembah Hunain, lembah Hunain terletak berdekatan Zi Majaz. Jarak lembah Autas ke Mekah adalah sepuluh batu lebih ke arah Arafah. *Duraid bin Sammah* Ketika Malik bin Auf turun bersama orang banyak di Autas, di antara mereka adalah Duraid bin Sammah, seorang yang usianya sudah lanjut dan buta, akan tetapi memiliki pengetahuan tentang peperangan, berani dan berpengalaman. Tanya Duraid: “Di lembah kamu sekarang?” “Kita sekarang di Autas,” maka kata dia: “Itu adalah tempat baik untuk kuda-kuda”, dia berpikir bahwa “tidak ada peristiwa yang menyedihkan dan tanah lapang tidak diserang, tetapi apa itu? aku mendengar suara-suara unta dan teriakan keledai, bahkan kedengaran tangisan anak-anak dan suara kambing”. Jawab mereka: “Sebenarnya Malik bin Auf telah mengerahkan habis-habisan, bersama-sama prajurit adalah kaum wanita, harta-harta dan anak-anak mereka,” kemudian dia menemui Malik bin Auf dan menanyakan kenapa semua dibawa. Jawab Malik: “Aku akan menempatkan semua ini di belakang agar setiap tentara tetap bersemangat untuk mempertahankan haknya”. Kata Duraid: “Demi Allah, ini adalah tindakan seorang penggembala kambing, bukan tindakan seorang pemimpin bangsa. Apakah orang kalah dapat membawa pulang sesuatu? Walaupun semuanya itu milik kau, tetapi tidak memberi faedah apa pun kepada seorang pahlawan selain dari pedang dan tombaknya. Seandai kau kalah berarti kau telah berbuat sia-sia terhadap keluargamu dan hartamu”. Kemudian dia bertanya kepada qabilah-qabilah lain dan pemimpin-pemimpinnya. Dan katanya lagi: “Wahai Malik bin Auf, sebenarnya kau belum menyediakan perisai “Huwazin” ke leher-eher kuda-kuda mereka, Ayo letakkan mereka di dalam benteng-benteng negara mereka, kemudian majulah menghadapi pengikut Muhammad itu dengan kudamu, bila kemenangan berpihak kepadamu maka orangorangmu akan mengikuti di belakangmu, tapi seandainya kau kalah maka keluargamu dan hartamu masih selamat”. Namun Malik bin Auf enggan mengikuti permintaan Duraid bin Sammah dengan menegaskan: “Demi Allah aku tidak akan lakukan, kau sudah lanjut usia, pemikiranmu pun sudah seperti anak-anak. Demi Allah, Hawazin mesti mengikuti perintahku, atau aku tusukkan pedangku ini ke perutmu hingga keluar dari belakangmu”. Sebenarnya Malik bin Auf tidak suka Duraid memainkan peranan, yang kelak akan disanjung namanya. Maka jawab seluruh Hawazin: “Ya kami semua mengikut arahanmu”. Sekali lagi Duraid berkata: “Inilah hari yang belum pernah aku saksikan, sepertinya, aku tidak mau melepas peluang untuk melihat kesudahannya”. Kemudian dia bersyair: _Seandainya aku masih muda Di medan perang aku maju Medan pertempuran aku bakar Tentara aku pimpin Air mata aku usap Kini peperangan bagaikan binatang Ke ruang penyembelihan dituntun_ *Pengintai Malik bin Auf* Beberapa orang pengintai yang dikirim oleh Malik bin Auf datang kembali kepadanya memberi laporan dalam keadaan suara menggeletar. Kata Malik bin Auf: “Apa ceritanya?” Jawab mereka; “Kami dapati tentara serba putih di atas belakang kuda-kuda merah dan putih, kami ketakutan dan inilah laporan kami”. *Pengintai Rasulullah ﷺ * Rasulullah telah mendapat pemberitahuan tentang pergerakan musuh, sebagai tindakan maka Rasulullah mengutus Abi Hadad Aslami, agar dia menyusup masuk ke tengah-tengah musuh dan tinggal di sana untuk mendapatkan informasi lengkap mengenai mereka. Abu Hadad pun berangkat. *_Bersambung_*.Bagian 156.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 156* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Rasulullah Bergerak Meninggalkan Mekah Menuju ke Hunain* Tanggal enam (6) bulan Syawal tahun kedelapan (8) Hijriah bertepatan dengan hari Sabtu, Rasulullah ﷺ pun bergerak keluar dari Mekah. Hari itu genap sembilan belas hari Rasulullah memasuki dan berada di Mekah. Rasulullah bergerak dengan kekuatan sebanyak 12.000 tentara Islam, sepuluh ribu adalah mereka yang berangkat bersama Rasulullah ketika pembukaan Mekah, selebihnya adalah penduduk Mekah, kebanyakan mereka masih baru menganut agama Islam. Rasulullah ﷺ telah meminjamkan seratus pasang baju besi dengan kelengkapannya. Sebagai pemegang kendali tanggung jawab Mekah, Rasulullah menunjuk Utab bin Usaiyed sebagai amirnya. Menjelang petang seorang prajurit berkuda telah datang menemui Rasulullah dan berkata: “Saya telah naik ke bukit itu dan bukit ini, dan saya telah melihat qabilah Hawazin, yang telah bergerak keluar dengan seisi rumah mereka, wanita-wanitanya, unta-unta dan harta-hartanya. Rasulullah ﷺ tersenyum mendengar laporan itu sambil berkata: “Itu adalah harta rampasan untuk kaum muslimin besok”. Insyaa Allah, di malam itu secara sukarela Anas bin Abi Mirthad Ghanuwi telah menawarkan dirinya untuk mengawal Rasulullah ﷺ . Dalam perjalanan mereka ke Hunain, tentara Islam melihat pohon besar menghijau yang dikenal dengan sebutan “Zat Anwat”. Sudah menjadi adat orang Arab menggantungkan peralatan senjata mereka di situ. Maka kata seorang tentara kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, buatkan untuk kita Zat Anwat, seperti mereka juga mempunyai Zat Anwat” Jawab Rasulullah ﷺ : “Allahu Akbar, Maha Besar Allah, mengapa kamu berkata begitu. Demi Allah yang nyawa Muhammad di tangan-Nya, kata-katamu itu serupa dengan kata-kata kaum Musa di masa lalu. Jadikanlah untuk kami tuhan, sebagaimana mereka mempunyai tuhan dan Musa berkata: Sesungguhnya kamu ini kaum yang jahil, sebetulnya inilah tasyabuh, dan sebenarnya kamu akan mengikuti jalan-jalan orang yang musyrik jahiliyah terdahulu”. Ada juga di antara mereka yang berkata congkak, setelah melihat jumlah tentara yang banyak: “Di hari ini kita tidak bisa dikalahkan lagi.” Kata-kata ini tidak disukai oleh Rasulullah ﷺ . *Tentara Islam diserang* Tibalah Tentara Islam di Hunain pada malam Selasa sepuluh hari terakhir bulan Syawal. Malik bin Auf telah sampai di Hunain terlebih dahulu, dia telah menyusun taktik tentaranya di lembah Hunain, dengan meletakkan kelompok penyerang di sepanjang jalan dan pintu masuk, bahkan di seluruh lereng-lereng bukit Hunain dan lorong-lorongnya, dia memberi petunjuk agar mereka memanah tentara Islam apabila mereka muncul di situ. Di penghujung malam Rasulullah ﷺ menyusun strategi tentaranya, Rasulullah membagi tentaranya menjadi pasukan-pasukan dan unit-unit, di awal subuh mereka berjalan menuju ke lembah Hunain. Ketika tentara Islam turun ke lembah, tiba-tiba mereka dihujani anak panah oleh tentara Malik yang telah lama menunggu di situ, serentak unit-unit tentara musuh menyerbu mereka, tentara Islam pun kalang-kabut mundur ke belakang lari tunggang langgang. Abu Sufyan berkata; “Kekalahan mereka ini tidak akan berhenti, kecuali mereka mundur hingga pesisir Laut Laut Merah. Dalam keadaan kelam Kabul Jibillah atau Kildah bin Junaid berteriak: “Hari ini sihir Muhammad sudah tidak mempan lagi”. Rasulullah ﷺ mengelak ke sebelah kanan sambil berteriak: “Wahai kalian semua ayo ke sini, aku adalah Rasulullah ﷺ, aku Muhammad Ibni Abdullah”. Yang tetap bersama Rasulullah dalam keadaan kritis ini hanya beberapa orang dari kaum Muhajirin dan keluarga Rasulullah. Dalam situasi yang sangat ktitis ini muncullah keberanian Rasulullah ﷺ yang tidak ada bandingnya. Rasulullah tampil ke depan kaum kafirin dengan menyambuk keledainya sambil berteriak: “Aku adalah nabi yang benar, tidak berdusta, Akulah putera Abdul Muttalib”. Abu Sufyan bin Harith kemudian memegang tali keledainya dan Abbas pun dengan kendaraannya, keduanya membantu Rasulullah ﷺ agar keledai tetap terkendali. Kemudian Rasulullah ﷺ turun dari keledai dengan tangan memohon kepada Allah sambil berdoa: “Ya Allah Ya Tuhanku turunkanlah pertolongan Mu”. *Tentara Islam Maju Kembali Meneruskan Peperangan* Rasulullah ﷺ meminta pamannya Abbas yang memiliki suara lantang untuk berteriak kepada semua para sahabat dan tentara Islam yang mundur. Kata Abbas: “Mana dia para sahabat setia?” Demi Allah, Ketika mereka mendengar teriakan itu, mereka balik ke depan bagaikan kembalinya seekor lembu yang marah. Jawab mereka semua: “Ya Rasulullah, Ya Rasulullah” Ada juga orang yang mencoba balik menuju Rasulullah dengan untanya, namun ontanya sudah tidak berdaya karena sesak, maka ditinggalkan saja tunggangan itu, dengan mengambil pedang, dan perisai, kemudian melesat menuju ke arah teriakan suara. Setelah terkumpul seratus orang, kemudian mulailah mereka maju untuk menghadapi perlawanan musuh dan terjun dalam peperangan dengan semangat bergelora. Kemudian terdengar teriakan membahana khusus ditujukan kepada golongan Anshar, lebih khusus lagi kepada golongan Bani Harith bin Khazraj, dengan demikian kelompok-kelompok Islam mulai tampil ke medan pertempuran lagi, sampai situasi medan pertempuran pulih kembali. Kini kedua-dua belah pihak saling menyerang pihak lawannya. Rasulullah melihat ke arah medan pertempuran, nampak begitu sengit dan dasyat, masing-masing pihak ingin segera memenangkan pertempuran. Rasulullah ﷺ bersabda: “Kini peperangan memuncak”. Kemudian Rasulullah mengambil segenggam pasir dan melemparkannya ke arah musuh sambil bersabda: “Buta mata kalian”. Dengan izin Allah setiap mata tentara musuh terkena lontaran pasir Rasulullah sehingga membuat mereka kalang kabut dan mundur. *Kekuatan Musuh Terpecah* Tidak berapa lama, setelah Rasulullah ﷺ melemparkan pasir ke muka tentara musuh, tampaklah kekalahan mereka, dari pihak Thaqif tujuh puluh (70) orang tentara terbunuh, dengan demikian kaum muslimin memenangkan peperangan dan memperoleh harta rampasan dan peralatan senjata musuh termasuk kaum wanitanya menjadi tawanan. Firman Allah menyebutkan: Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai (At-Taubah 9:25). Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir (At-Taubah 9:26). *Pengejaran Musuh* Sebagian musuh yang kalah melarikan diri ke Taif, kelompok lain lari ke Nakhlah, sebagian lagi lari ke Autas. Rasulullah ﷺ segera mengirim satu unit pemburu yang dipimpin oleh Abu Amir Asya’ari, di sana terjadi pertempuran seru di antara mereka, di sekitar perkemahan mereka, akhirnya suku musyrikin harus mengakui keunggulan pasukan Islam. Akan tetapi dalam pertempuran ini Abu Amir Asya’ari harus mengalami syahid. Kelompok tentara Islam yang lain memburu kelompok musyrikin yang lari ke Nakhlah dan pertempuran seru tejadi secara sporadis, tentara Islam akhirnya memenangkan setiap pertempuran. Duraid bin Sammah akhirnya juga terbunuh, dibunuh oleh Rabiah bin Rafi’e. Sedang kelompok yang lari ke Taif, Rasulullah sendiri yang memburunya dan di akhir pengejarannya memperoleh rampasan-rampasan perang yang sangat banyak. *Rampasan Perang* Rampasan yang diperoleh kaum muslimin terdiri atas: - enam ribu (6,000) orang tawanan, - dua puluh empat ribu (24,000) ekor unta, - lebih empat puluh ribu (40,000) ekor biri-biri dan, - empat ribu (4,000) uqiyah emas. Rasulullah memerintahkan agar rampasan perang ditempatkan di Ja’ranah, dengan menunjuk Mas’ud bin Amru Ghaffari sebagai penjaganya, sampai selesai gerakan ghuzwah (invasinya) ke Ta’if. Setelah invasi ke Ta’if selesai, kemudian dilaksanakan pembagian rampasan perang, dibagikan sebagaimana dilakukan pada waktu-waktu sebelumnya. *_Bersambung_*.Bagian 157.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 157* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Hajjah Wada' / Haji Terakhir* Tugas dakwah Rasulullah ﷺ sudah mendekati penghujung selesai, penyampaian risalah pun sudah dilaksanakan, penegakan sebuah syariat baru yang berasaskan pada dan tidak ada Tuhan selain Allah berdasarkan risalah Muhammad ﷺ telah menjadi kenyataan. Rasulullah ﷺ seakan-akan telah mendengar panggilan dari dalam hatinya yang memberitahu bahwa persinggahan Rasulullah di dunia sudah sampai pada waktu yang telah ditetapkan. Hal ini nampak ketika Rasulullah mengutus Muaz bin Jabal ke negeri Yaman sebagai Gubernur di tahun kesepuluh (10) Hijriah. Rasulullah ﷺ bersabda kepada Muaz: “Wahai Muaz, sebenarnya engkau mungkin tidak akan bertemu aku lagi setelah tahun ini dan semoga kau akan melalui masjidku dan kuburku”. Muaz menangis tersedu-sedu karena akan berpisah dengan Rasulullah ﷺ. Dengan izin Allah, Rasulullah ﷺ berkesempatan melihat hasil kerja dakwahnya setelah mengalami berbagai kepahitan dan kesusahan selama dua puluh tahun lebih. Di ujung bandar Mekah, Rasulullah ﷺ berkumpul bersama dengan para perwakilan qabilah Arab, menyampaikan kepada mereka syariat-syariat dan hukum-hukum Islam. Rasulullah minta persaksian mereka, bahwa dia telah menyampaikan amanah dan tugas-tugasnya, menyampaikan risalah dan bertanggungjawab menasihati seluruh umat. Pada hari itu Rasulullah ﷺ mengdeklarasikan cita-citanya untuk menunaikan ibadah haji yang terakhir. Berduyun-duyun umatnya mengunjungi Madinah, mereka semua ingin menyertai dan mengikuti Rasulullah dalam ibadah hajinya. Pada hari Sabtu empat hari terakhir bulan Zulkaedah, Rasulullah ﷺ siap dengan kendaraannya, mempersiapkan dirinya, memakai minyak rambut dan menyikatnya, mengenakan pakaian dan syalnya serta menyandang senjatanya. Setelah sholat dzuhur, Rasulullah ﷺ bergerak, sampai di Zul Hulaifah sebelum masuk waktu Ashar. Di sana Rasulullah menunaikan sholat sunat dua rakaat dan bermalam. Keesokkan harinya setelah sholat Subuh, Rasulullah ﷺ memberitahukan kepada semua sahabat yang hadir: “Tadi Malam aku telah mendapat pemberitahuan dari Allah yang menyabdakan: Sholatlah kamu di lembah yang penuh berkat ini dan niatkanlah wahai Muhammad: Umrah dikerjakan bersama-sama Haji”. Sebelum Rasulullah ﷺ menunaikan sholat dzuhur di hari itu, terlebih dahulu Rasulullah bersuci dan mengenakan pakaian ihram, kemudian Aisyah menyapukan minyak wangi dan kasturi pada diri Rasululah. Aisyah menyapukan di badannya dan kepalanya hingga nampak berkilauan minyak kasturi di rambut dan di jenggotnya. Rasulullah ﷺ membiarkan tanpa membasuhnya dan kemudian menunaikan sholat dzuhur dua rakaat. Setelah selesai sholat, Rasulullah ﷺ kemudian bertahlil di tempat sholatnya untuk memulai ibadah haji dan umrah, sebagai haji qiran. Setelah itu barulah Rasulullah ﷺ bergerak dengan menunggangi untanya yang bernama Quswa’, di situ Rasulullah bertahlil lagi sedang untanya kemudian bergerak. Rasulullah meneruskan perjalanan suci ini hingga hampir memasuki Mekah, maka Rasulullah bermalam di Tawa. Keesokan harinya Rasulullah memasuki Mekah setelah sholat Shubuh, di pagi hari Ahad tanggal empat hari terakhir bulan Dzulhijjah tahun kesepuluh (10) Hijriah. Selama delapan malam Rasulullah ﷺ menghabiskan waktu untuk perjalanannya yang sederhana itu dan apabila Rasulullah memasuki Masjid Haram, kemudian Rasulullah berthawaf mengelilingi Ka’bah dan melakukan Sa’i di antara Safa dan Marwah, tanpa merubah pakaian ihramnya, karena Rasulullah dalam mengerjakan haji kali ini secara qiran berserta dengan binatang sembelihannya. Kemudian Rasulullah ﷺ singgah di Hajjun tanpa mengulangi thowaf melainkan thowaf rukun haji. Rasulullah menyuruh para sahabat yang tidak mempunyai binatang sembelihan agar menjadikan ihram mereka itu sebagai umrah, dengan berthawaf mengelilingi Ka’bah, dan bersa’i di antara Safa dan Marwah, kemudian mengganti pakaian ihram dengan pakaian biasa. Tetapi para sahabat ragu-ragu untuk melakukan perintah Rasulullah itu. Kemudian Rasulullah menegaskan: “Bila maju untuk berbuat sesuatu, aku tidak akan kembali atau menarik kembali qurbanku ini. Dan bila aku tidak mempunyai binatang qurban pasti aku mengganti pakaian ihramku ini. Ayo! Kamu yang tidak memiliki binatang sembelihan, pakaian ihram segera diganti “. Kemudian mereka mematuhi petunjuk Rasulullah. Pada hari kedelapan Dzulhijjah yang dikenali juga sebagai hari Tarwiyah, Rasulullah ﷺ bergerak menuju Mina. Di Mina Rasulullah telah menunaikan Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya’ dan Shubuh. Rasulullah berhenti di Mina beberapa saat hingga matahari naik barulah Rasulullah berjalan menuju Arafah. *_Bersambung_*.Bagian 158.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 158* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Khotbah Rasulullah* Sampai di Arafah di kawasan Namirah, Rasulullah ﷺ melihat sebuah kemah yang sudah didirikan untuk beliau. Rasulullah pun singgah sampai matahari terbenam di ufuk barat. Rasulullah ﷺ minta agar unta Quswa’ dibawa ke tempatnya, dari situ Rasulullah pun bergerak menuju ke Batan Wadi. Di sana sudah banyak orang berkumpul kurang lebih seratus ribu empat puluh empat orang. Rasulullah ﷺ berdiri di depan mereka, kemudian menyampaikan khotbahnya: “Wahai umatku sekalian, dengarlah kata-kataku ini, sebenarnya aku tidak tahu apakah aku masih bisa menemui kalian setelah tahun ini. Sesungguhnya darahmu dan hartamu adalah haram seperti haramnya hari ini, bulan ini, dan tanah ini. Ketahuilah bahwa semua urusan jahiliah sudah tertanam di bawah kakiku ini, darah-darah jahiliah telah tertanam. Darah jahiliah yang pertama kali aku hapuskan adalah darah Ibn Rabiah bin Harith, kejadiannya dia ini dibunuh, ketika sedang mengambil susuan dari ibu susuannya Bani Saad. Riba jahiliah juga sudah dihapuskan, dan riba pertama yang aku hapuskan adalah riba Abbas bin Abdul Mutalib, bahkan semuanya telah dihapuskan sama sekali. Bertaqwalah kamu kepada Allah swt demi untuk melaksanakan hak kaum wanita, karena kamu telah mengambil mereka sebagai isteri dalam bentuk amanah Allah, kamu halal jima’ dengan mereka dengan menyebut nama Allah, dan kaum wanita juga berkewajiban menjaga agar tidak ada seorang pun masuk ke kamarmu. Sekiranya mereka berbuat demikian maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak parah, kepada mereka, kamu berkewajipan memberi rezeki dan pakaian dengan baik. Sesungguhnya telah aku tinggalkan kepadamu agar kamu tidak sesat setelah ini, berpeganglah kamu dengannya, yaitu kitab Allah. Wahai sekalian manusia, sesungguhnya tidak ada nabi setelah aku, dan tidak ada umat lain selain kamu, ingatlah agar kamu menyembah Tuhanmu, tunaikanlah fardu sholat lima waktu, berpuasalah kamu di bulan Ramadhan, tunaikan zakat hartamu dengan ikhlas, tunaikan haji ke baitullah, dan taatilah pemerintahmu niscaya kamu masuk ke dalam syurga Rabb-mu. Besok kamu semua akan ditanya mengenai diriku, apa yang akan kamu katakan? Maka kata mereka semua: “Kami menyaksikan bahwa engkau telah menyampaikan, menunaikan dan menasihati kami”. Dengan mengangkat jari telunjuknya ke arah langit kemudian berkata lagi: “Ya Allah Ya Tuhanku, saksikanlah.” (sebanyak tiga kali). Adapun orang yang berteriak (sebagaimana pengeras suara) meneruskan ucapan Rasulullah kepada orang banyak di padang Arafah adalah Rabi’ah bin Umaiyah bin Khalaf. Setelah selesai menyampaikan khotbah, turunlah firman Allah: Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Ma’idah 5:3). Ketika Umar mendengar firman Allah itu dia kemudian menangis dan ketika ditanya, mengapa dia menangis? Jawab dia: “Karena setelah kesempurnaan akan menyusul pula kekurangan”. Setelah khotbah Rasulullah itu Bilal pun melantunkan azan dan iqamah untuk sholat dzuhur. Kemudian dia iqamah pula untuk sholat Ashar tanpa melakukan sholat lain di antara kedua-duanya. Sesudah itu Rasulullah ﷺ menaiki untanya dan bergerak hingga sampai ke suatu tempat perhentian dengan membiarkan perut untanya Quswa’ menyentuh bongkahan batu di situ, sedang barisan pejalan-pejalan kaki berjalan tidak melebihi sejauh pandangan ke depan. Di situ Rasulullah ﷺ menghadap ke arah qiblat, Rasulullah ﷺ kemudian berdiri sampai matahari terbenam di ufuk langit sebelah barat dan cahaya kuning berangsur-angsur hilang. Usamah pun mengendalikan unta Rasulullah ﷺ sampai ke Muzdalifah, di sana Rasulullah menunaikan sholat Maghrib dan sholat Isya’ dengan satu azan dan dua iqamah tanpa membaca apa-apa, tasbih sekali pun di antara kedua sholat itu. Rasulullah ﷺ beristirahat, dan tidur hingga Subuh. Rasulullah pun menunaikan sholat Subuh, kemudian Rasulullah menaiki unta Quswa’ dan berjalan sampai ke kawasan Haram (masyh’ar Haram), muka Rasulullah menghadap ke arah kiblat sambil berdoa, bertakbir, bertahlil dan bertahmid. Rasulullah berdiri di situ sampai waktu pagi. Kemudian Rasulullah ﷺ bergerak lagi dari Muzdalifah ke Mina sebelum matahari naik. Di sini Fadhil bin Abbas mengikuti dari belakang unta Rasulullah sampai ke Batan Mahsar, dengan melalui jalan tengah yang menuju ke Jumrah Kubra. Sampai di sana ada sebuah pohon yang dikenal dengan nama Jumrah Aqabah. Kemudian Rasulullah ﷺ melontar tujuh batu sambil bertakbir di setiap lontarannya dari Batan Wadi. Setelah itu Rasulullah ﷺ menuju ke tempat pemotongan hewan. Sebanyak enam puluh tiga (63) ekor unta Rasulullah ﷺ berkurban, kemudian diserahkannya kepada Ali bin Abi Talib tiga puluh tujuh (37) ekor unta untuk dipotong dan membagikannya, jadi jumlah semuanya ada sebanyak seratus ekor unta. Setelah selesai penyembelihan Rasulullah ﷺ menyuruh agar mengambil sebagian daging dari setiap sembelihan dan dimasaknya. Setelah masak Rasulullah dan Ali pun memakan sedikit dari masakan daging itu dan mencicipi kuahnya. Kemudian Rasululah ﷺ mengendarai untanya dan bergerak sampai ke Ka’bah, di sana Rasulullah sholat dzuhur, setelah itu mengunjungi orang-orang Bani Abdul Muttalib yang menjaga air zam-zam dan memberi minum kepada para pengunjung. Melihat situasi itu Rasulullah berkata: “Ayo! Rebut Bani Abdul Muttalib, kalau tidak mengganggu orang banyak, pasti aku ikut serta merebutnya bersama-sama dengan kamu, hadirin pun mengulurkan air kepada Rasulullah dan Rasulullah ﷺ pun meminumnya dengan senang hati. *_Bersambung_*.Bagian 159.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 159* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Khotbah di Hari Nahr* Di hari penyembelihan yaitu hari kesepuluh Dzulhijjah, setelah waktu Dhuha Rasulullah ﷺ menyampaikan khotbah dari atas kendaraannya, “Syahba” (jelaskan) sedang Ali bin Abi Talib menyuarakan dengan lantang kepada orang banyak. Sidang hadirin ada yang duduk dan ada yang berdiri. Di dalam khutbahnya Rasulullah mengulangi beberapa hal yang telah disampaikan kemarin. Syaikhan (dua orang Syeikh Hadits: Bukhari dan Muslim) telah meriwayatkan dari Abi Bakarah dengan katanya: Bahwa Rasulullah ﷺ telah menyampaikan kepada kami di hari Nahr (penyembelihan) dengan sabdanya: “Sesungguhnya peredaran waktu sudah berjalan pada sumbunya yang asal dan menepati putaran sesuai pada hari penciptaan langit dan bumi. Setahun dua belas bulan, empat darinya adalah bulan haram, tiga bulan berturut-turut yaitu Zulkaedah, Dzulhijjah dan Muharam. sedang sebulan lagi ialah bulan Rajab, yang ada di antara Jamadilakhir dan Syaaban“ Sabdanyanya lagi: Ini bulan apa ? Jawab hadirin: “Allah dan Rasulnya lebih mengetahui,” Rasulullah ﷺ pun diam sesaat, sampai kami mengira Rasulullah akan menamakannya dengan satu nama lain. “Tidaklah, ini bulan Dzulhijjah?” Jawab kami: “Benar.” Tanya Rasulullah lagi: “Negeri ini, negeri apa?” Jawab kami: “Allah dan Rasulnya lebih mengetahui.” Sabda Rasulullah: “Tidakkah, negeri ini dikenali sebagai “Baldah” ? Kata kami semua: “Benar". Tanya Rasulullah lagi. “Kita ini di hari apa?” Kata kami; “Allah dan Rasulnya lebih mengetahui.” Rasulullah berdiam sejenak hingga kami menyangka Rasulullah akan menukar dengan nama baru. Kemudian sabda Rasulullah: “Tidakkah hari ini hari Nahr, hari sembelihan qurban?.” Jawab kami: Benar” Selanjutnya Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya darahmu, hartamu dan harga dirimu adalah haram di atas kamu sekalian, sama seperti haramnya harimu ini, di bumimu ini dan di bulanmu ini.” “Dan kamu akan menemui Tuhanmu dan Tuhanmu akan bertanya kepadamu mengenai amal-amalmu, ingatlah agar jangan sekali-kali kamu menjadi sesat setelah kepergianku nanti di seuntukan kamu saling bunuh sendiri kepada sesama” Tidakkah telah aku sampaikan? Jawab mereka: Ya!. Kata Rasululah ﷺ: “Ya Allah Ya Tuhanku saksikanlah, akankah yang hadir di antara kamu ini akan menyampaikan kepada yang tidak hadir. Karena bisa jadi yang menyampaikan itu lebih memahami dari pada yang mendengar” Rasulullah tinggal di Mina selama hari-hari tasyrik, mengerjakan ibadah dan mengajarkan hukum-hukum syariat, memberikan tazkirah, membetulkan ajaran-ajaran hidayah dari ajaran Ibrahim, menghapuskan syirik dan kesan-kesannya. Rasulullah ﷺ juga menyampaikannya di tengah hari-hari tasyrik, Dari Abu Daud dengan sanad hadits hasan, riwayat Sarra’ binti Nubhan telah berkata: “Rasulullah ﷺ telah menyampaikan sabdanya di hari tasyrik itu dengan: Tidakkah hari ini, hari tengah di antara hari-hari tasyrik. Sabda Rasulullah itu seperti sabdanya di hari “Nahr” sabda ini disampaikan setelah diturunkan surah Nasr. Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat. (An-Nasr 110:1-3) Di hari Nafar Thani yaitu hari ketiga belas Dzulhijjah, Rasulullah ﷺ keluar dari Mina bergerak menuju ke dataran tinggi Bani Kinanah di suatu kawasan tanah lapang. Rasulullah menghabiskan sisa hari di situ hingga ke malamnya, Rasulullah ﷺ telah menunaikan sholat dzuhur, Asar, Maghrib dan Isya’. Setelah itu Rasulullah berbaring, kemudian berdiri dan berjalan menuju ke Ka’bah, di sana Rasulullah melakukan thawaf wada’. Setelah selesai mengerjakan ibadah hajinya, Rasulullah ﷺ dengan tergesa menaiki untanya dan pulang ke Madinah Mutahharah. Ini dilakukan karena akan memberi kesempatan kepada mereka untuk beristirahat, karena akan meneruskan kembali berjuang di jalan Allah. *Unit terakhir Pengiriman* Sikap keangkuhan kerajaan Roma yang tidak mau menerima kehadiran Islam di negaranya inilah yang membawa Roma membunuh rakyatnya yang memeluk agama Islam, sebagaimana tindakannya kepada Farwah bin Juzami, Gubernur yang dilantik oleh Roma untuk daerah Maan, dibunuh karena memeluk Islam. Rasulullah melihat peristiwa ini dengan sungguh-sungguh, sikap Roma yang sombong dan keras kepala itu membuat Rasulullah segera mempersiapkan satu angkatan yang besar pada bulan Safar tahun kesebelas (11) Hijriah. Usamah bin Zaid telah diberi tanggungjawab untuk memimpin angkatan ini. Rasulullah memerintah agar Usamah memasuki perbatasan Balqa’ dan Darom di bumi Palestina dengan tujuan untuk menggertak Roma dan mengembalikan kepercayaan bangsa Arab yang berbatasan dengan Roma, agar mereka mengetahui bahwa kebiadaban Roma itu tidak bisa dibiarkan terjadi begitu saja, di samping untuk menghapus sindrom, yang konon katanya memeluk Islam hanya akan membawa kematian. Masyarakat menyebut-nyebut tentang Usamah bin Zaid karena dia merupakan pemimpin tentara Islam yang masih muda, bahkan mereka mengharapkan agar ditunda keberangkatannya. Di sini Rasulullah ﷺ mengulas dengan sabdanya yang bermaksud: “Sekiranya kamu mempersoalkan kepimpinannya berarti kamu mempersoalkan kepimpinan bapaknya yang terdahulu, demi Allah, meskipun kepimpinanya dipertikaikan namun dia adalah layak untuk tugas, bapaknya yang terdahulu adalah orang kesayanganku, dan dia juga di antara orang kesayanganku setelah bapaknya yang terdahulu”. Oleh sebab itu, masyarakat pun mulai berkumpul di sekeliling Usamah yang sedang menyertai barisan tentaranya, akhirnya mereka semua bergerak hingga sampai di persinggahan Jaraf satu Farsakh jaraknya ke Madinah. Ketika tentara Islam ada di sana, mereka menerima berita tentang Rasulullah ﷺ jatuh sakit, berita ini telah membuat mereka ragu untuk meneruskan perjalanan ke Roma, agar mereka dapat mengetahui ketetapan Allah itu. Dengan izin dan takdir Allah, tentara pimpinan Usamah ini merupakan pengiriman pasukan pertama kemudian, pada masa pemerintahan Abu Bakar Siddiq. *_Bersambung_*.Bagian 160.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 160* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Firasat Perpisahan* Setelah Dakwah Islamiah sempurna dan Islam menguasai keadaan maka tanda-tanda dan bahasa-bahasa pengucapan selamat tinggal kepada dunia dan kepada manusia mulai nampak di dalam ungkapan-ungkapan dan ucapan-ucapan Rasulullah ﷺ melalui perkataan dan perbuatannya. Di dalam bulan Ramadhan tahun ke sepuluh Hijriah, Rasulullah beriktikaf di masjid selama dua puluh hari, sedang sebelumnya hanya sepuluh hari. Di waktu itu Jibril mendatangi Rasulullah ﷺ untuk mengulang tadarus Alquran sebanyak dua kali. Di dalam Hajji Wada’ Rasulullah telah menyebut: “Sebenarnya kemungkinan aku tidak akan bertemu kamu lagi setelah pertemuan kita di tahun ini”. Ketika di Jamrah Aqabah Rasulullah berkata: “Ambillah ibadah haji ini dariku, bisa jadi aku tidak akan mengerjakan haji lagi setelah tahun ini”. Surah Nasr turun di pertengahan hari-hari tasyrik, dari surat tersebut Rasulullah ﷺ mengetahui bahwa itu adalah ucapan selamat tinggal dan pemberitahuan tentang kematiannya. Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat. (An-Nasr 110:1-3) Di permulaan Safar tahun sebelas (11) Hijriah Rasulullah ﷺ keluar menuju ke Uhud, Rasulullah sholat untuk para syuhada’ sebagai ucapan selamat tinggal kepada semua yang hidup dan yang mati, dari Uhud Rasulullah kembali ke masjid naik ke atas mimbar dan bersabda: “Sesungguhnya aku telah berbuat keras kepadamu, sesungguhnya aku adalah melihat kamu semua, demi Allah waktu ini aku sedang menyaksikan kolam airku (kurnia Rasulullah di hari perkiraan), aku telah diberi kunci khazanah kekayaan bumi atau kunci-kunci bumi, dan sesungguhnya aku tidak takut kamu menyekutukan Allah setelah kematianku, tetapi aku takut kamu berlomba-lomba karena dunia”. Di suatu malam Rasulullah ﷺ keluar menuju ke pemakaman Baqi’, di sana Rasulullah memohon ampunan untuk penghuni di kubur dengan doanya : “Assalamulaikum wahai penghuni kubur, tenanglah kamu, pada apa yang terjadi padamu, dengan apa yang terjadi pada orang lain, kini fitnah telah mulai tiba, bagai malam yang gelap pekat, ujungnya menyusul permulaannya, ujungnya lebih buruk dari permulaannya”. Di sini Rasulullah ﷺ menyampaikan berita gembira kepada mereka, dengan sabdanya: “Sesungguhnya aku menyusul datang setelah kamu” *Permulaan Sakit* Di hari kedua puluh sembilan (29) bulan Safar tahun kesebelas (11) Hijriah, pada hari Senin, Rasulullah ﷺ berkesempatan menghadiri pemakaman jenazah di Baqi’. Di pertengahan jalan sekembalinya dari Baqi’, Rasulullah merasa sakit kepala, panasnya terlalu tinggi, orang di sekitar Rasulullah ikut merasakan panasnya, terutama di atas kain balutan di kepala Rasulullah yang mulia itu. Namun demikian Rasulullah ﷺ kemudian sholat dengan para kaum muslimin dalam keadaan Rasulullah mengalami kesakitan untuk selama sebelas hari, sedang keseluruhan hari sakit Rasulullah tiga belas (13) hari. *Pekan Terakhir* Sakit Rasulullah ﷺ semakin berat, isteri-isterinya berkata; “giliranku besok? giliranku besok?”. Akhirnya, semuanya memahami keadaan Rasulullah ﷺ, karena itu Rasulullah dipersilakan untuk duduk saja. Kemudian Rasulullah minta berpindah ke rumah Aisyah, Rasulullah berjalan di papah antara Fadlu bin Abbas dan Ali bin Abi Talib, sedang kepala Rasulullah masih tertutup dengan kain, menapakkan kakinya selangkah demi selangkah sampai Rasulullah memasuki rumah Aisyah, di situ Rasulullah menghabiskan sisa umurnya yang sepekan itu. Aisyah kemudian membaca surah-surah Muawwizah, dan doa-doa lain yang dia terima dari Rasulullah ﷺ. Dia meniupkannya ke badan Rasulullah ﷺ dan mengusap dengan tangan Rasulullah untuk mendapatkan keberkatan. *Lima hari sebelum meninggal* Pada hari Rabu yaitu lima hari sebelum meninggal, panas badan Rasulullah semakin meningkat, Rasulullah ﷺ semakin bertambah sakit dan pening, menyebabkan Rasulullah meminta dengan sabdanya: “Siramkan kepadaku tujuh gayung air dari berbagai telaga agar aku dapat keluar menemui orang banyak dan aku bisa bertemu dengan mereka”. Sahabat-sahabat yang hadir di situ membiarkan Rasuiullah duduk di atas tikar kemudian mereka mencucuri air ke seluruh badan Rasuiullah, hingga Rasuiullah ﷺ berkata: “cukup, cukup”. *_Bersambung_*.
Jumlah Pengunjung
Silahkan dibagikan Kisah Rasulullah ini kepada saudara2 kita yg lain, semoga siapapun yg membagikan Kisah ini insyaallah akan dituliskan amal jariyah yang berlipat ganda oleh Allah SWT
Aamiin....
Barakallah fikum.
"Barangsiapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun..."HR.MUSLIM"