K
I
S
A
H
R
A
S
U
L
U
L
L
A
H
S
A
W
Kisah Nabi Muhammad SAW adalah sejarah satu-satunya yang pernah Allah ciptakan. Dunia tidak akan pernah melihat lagi kisah sejarah seperti yang pernah terjadi di zaman Nabi Muhammad SAW .
Kisah Nabi Muhammad SAW ini adalah kisah sejarah yang paling besar dan paling agung yang pernah terjadi.
Peradaban manusia berubah dengannya. Sejarah Rasulullah SAW sarat dengan berbagai rahasia dan perkara tersirat yang sedetik darinya pun cukup berharga untuk dinukil untuk menjadi bacaan dan panduan kepada umat Islam dan manusia seluruhnya.
Alangkah ruginya apabila kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW tidak tau kehebatan perjuangan Rasulullah saw. Perjuangan Baginda SAW penuh kode-kode rahasia untuk umat akhir zaman yang perlu direnungkan, diangkat dan disebarluaskan kepada umat yang mendamba kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.
KISAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 111.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 111* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد Ibunya Aisyah berkata, "Berdiri dan berterimakasihlah kepada Rasulullah ﷺ. Aisyah menjawab, "Tidak. demi Allah aku tidak akan berterima kasih kepada Rasulullah ﷺ, Sebab aku tidak akan memuji siapa pun kecuali Allah. Karena Dia-lah yang menurunkan pembebasanku." Sebelum peristiwa itu Abu Bakar membiayai Masthah karena kekerabatannya dan kemiskinannya. Namun setelah peristiwa itu Abu Bakar berkata, "Demi Allah saya tidak akan membayarnya lagi karena ucapannya kepada Aisyah." Allah subhanahu wa ta'ala berfirman وَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, Surah An-Nur (24:22) Mendengar firman ini Abu Bakar berkata, "Demi Allah sungguh aku ingin mendapat ampunan Allah." Setelah itu ia kembali membiayai Masthah. Sementara itu Rasulullah ﷺ segera membacakan firman Allah itu kepada kaum muslimin. Para penyebar fitnah yaitu Masthah bin Utsatsah, Hasan bin Tsabit dan Hamnah binti Jahsy, dihukum hadd (didera) sebanyak 80 kali cambukan. *Yahudi Menghasut* Selain orang Quraisy yang menyembah berhala, pihak lain yang paling keras memusuhi kaum muslimin adalah orang Yahudi. Para pemuka Yahudi Bani Nadhir yang telah terusir tidak tinggal diam dari tempat tinggal mereka yang baru di Khaibar, mereka mulai melancarkan permusuhan. Rencana baru para Yahudi ini adalah menghasut orang-orang Arab agar memerangi Madinah. Para pemuka Bani Nadhir datang ke Mekah menemui para Pembesar Quraisy. "Pasukan kami akan bergabung dengan tuan-tuan untuk menyerang Madinah," kata para pemuka Yahudi. "Bagaimana dengan Yahudi Bani Quraizhah yang masih tinggal di Madinah" tanya seorang Pembesar Quraisy. Mereka tinggal di Madinah sekedar untuk mengelabui Muhammad. Kalau tuan-tuan sudah datang mereka akan bergabung dengan tuan-tuan." Orang-orang Quraisy masih terlihat ragu. Perselisihan mereka dengan Rasulullah ﷺ dimulai karena ajaran Islam mengajak orang menyembah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan melarang bersujud pada berhala. Bukankah orang Yahudi juga mengaku bahwa Tuhan mereka adalah Allah? Orang Quraisy ingin mengetahui pendapat Yahudi tentang ajaran Islam. "Tuan-tuan Yahudi," "Tuan-tuan adalah golongan ahli kitab yang mula-mula, lebih dulu dari orang Nasrani dan muslim. Menurut tuan-tuan Siapakah yang lebih baik, agama kami yang menyembah berhala atau agama Muhammad?" Seharusnya orang Yahudi menjawab bahwa agama Rasulullah ﷺ lebih baik karena orang Yahudi juga menyembah Allah ﷺ. Namun karena kebenciannya yang sangat kepada kaum muslimin orang Yahudi Bani Nadhir menjawab, "Tentu agama tuan-tuan yang lebih baik, sebab tuan-tuan yang lebih benar dari dia," Allah menurunkan Firman dalam surat An-Nisa ayat 51-52 yang mengecam pernyataan orang Yahudi itu. أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا هَٰؤُلَاءِ أَهْدَىٰ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا سَبِيلًا Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Al kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang Kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman. Surah An-Nisa' (4:51) أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ ۖ وَمَنْ يَلْعَنِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ نَصِيرًا Mereka itulah orang yang dikutuki Allah. Barang siapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya. Surah An-Nisa' (4:52) *Pasukan Ahzab* Setelah itu, para pemuka Yahudi itu pergi berkeliling menemui para pemimpin kabilah Ghatafan serta semua pihak yang ingin membalas dendam kepada kaum muslimin. Orang-orang Yahudi ini sangat aktif menghimpun dukungan, mereka memuji-muji berhala Quraisy dan menjanjikan bahwa kali ini pasukan muslim pasti akan bisa di habisi sampai ke akar-akarnya. Usaha keras ini berhasil. Puncaknya berangkatlah 10000 orang Pasukan gabungan berbagai suku Arab yang memusuhi kaum muslimin. 4000 orang di antaranya adalah orang-orang Quraisy, selebihnya adalah dari suku-suku Qois Ailan, Banu Fazarah, Asyja Sulai, Banu Saad, dan lain-lain. *_Bersambung_*.Bagian 112.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 112* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد Pemimpin seluruh pasukan ini adalah Abu Sufyan dengan kesepakatan bahwa jika sudah tiba di Madinah tampuk kepemimpinan akan digilir setiap hari kepada setiap pemimpin suku yang lain. Orang-orang Mekah termasuk anak-anak dan kaum wanitanya bersorak-sorai mengiringi kepergian pasukan raksasa itu. Abu Sufyan kini bisa tersenyum. "Muhammad dan Madinah akan tumpah," pikir Abu Sufyan. "Tidak ada suatu kekuatan pun yang bisa membendung pasukan sebanyak ini. Cuma dua pilihan bagi Muhammad, bertahan sampai mati di kotanya atau pergi mengungsi ke tempat yang jauh!" Ketika mengetahui keberangkatan pasukan musuh, kaum muslimin merasa amat terkejut. Kini seluruh kabilah Arab sudah bersatu untuk memusnahkan mereka. Apa yang harus dilakukan kaum muslimin rasanya sudah tidak mungkin melawan dengan ke luar kota seperti pada perang Uhud. Kini jumlah lawan yang datang lebih banyak lagi, tiga kali lipat dari dahulu yang mereka hadapi. Ribuan manusia bersenjata lengkap ditunjang dengan barisan berkuda dan unta tak mungkin dihadapi dengan cara berhadap-hadapan muka secara langsung. Rasulullah ﷺ segera mengajak para sahabat berunding. Semuanya sepakat bahwa mereka harus bertahan di Madinah tidak ada cara lain. Namun itu saja belumlah cukup, sebab pasukan musuh sebesar itu akan mampu merebut rumah demi rumah dan jalan demi jalan di Madinah yang akan dipertahankan kaum muslimin. Apa lagi keberadaan kaum wanita anak-anak dan orang orang tua akan menambah beban pasukan yang bertahan. Seorang sahabat Rasulullah ﷺ akhirnya menemukan jawabannya. *Menggali Parit* "Ya Rasulullah" demikian sahabat itu mengajukan usul. "Dulu jika kami orang-orang Persia sudah dikepung musuh, kami membuat parit di sekitar kami." Orang yang mengajukan usul itu adalah Salman Al Farisi. Salman si orang Persia. Usul cerdik itu segera diterima oleh Rasulullah ﷺ, dan para sahabat segera mulai menggali parit di sekitar kota Madinah. Jumlah kaum muslimin ada 3000 orang, setiap 10 orang ditugasi menggali parit sepanjang 40 Hasta. Karena itulah Perang ini disebut perang Khandaq atau perang Parit atau perang Ahzab atau Perang sekutu. Disebut Perang sekutu karena pasukan yang dihadapi kaum muslimin adalah pasukan persekutuan beberapa Kabilah Arab. Maka dimulailah perlombaan itu. Manakah yang lebih dulu kaum muslimin menyelesaikan parit ataukah pasukan ahzab tiba di Madinah. Menyadari bahwa waktu sangat penting dalam keadaan ini, semua orang pun bekerja keras. Rasulullah ﷺ sendiri terjun dalam penggalian itu, begitu kerasnya Rasulullah ﷺ ikut bekerja, seorang sahabat bernama Al Barra bin Azib berkata: 'Pada waktu perang Ahzab Saya melihat Rasulullah ﷺ menggali parit dan mengusung tanah galian sampai saya tidak dapat melihat dada beliau yang berbulu lebat karena tebalnya tanah yang menempel dan melumurinya.' Kaum Muhajirin dan Anshor bekerja sambil melantunkan syair penuh semangat. 'Kami adalah orang-orang yang telah berbaiat kepada Muhammad untuk setia kepada Islam selama kami masih hidup.' Ucapan ini dijawab oleh Rasulullah ﷺ. 'Ya Allah Sesungguhnya tiada kebaikan kecuali kebaikan akhirat, maka Berkatilah kaum Anshor dan Muhajirin.' Tiba tiba di suatu bagian, galian tertunda karena ada sebuah batu besar yang begitu kuat dan tak bisa dipisahkan oleh para sahabat. Mereka pun melapor, "Rasulullah, sebuah batu menghambat kelancaran kami dalam penggalian parit." "Biarkan aku yang turun," sabda Rasulullah ﷺ. Beliau pun turun dan menghancurkan batu sambil mengucapkan "Bismillah, ...." Batu yang keras itu pun hancur seperti pasir. Pada saat itu Allah memberi Rasulullah ﷺ penglihatan tentang masa depan kaum muslimin. *Roti dan Kurma* Setelah pukulan pertama Rasulullah ﷺ bersabda, "Allahuakbar! aku diberi kunci-kunci Syam. Demi Allah aku benar-benar bisa melihat istana-istana yang bercat merah saat ini." Setelah itu, beliau menghantam untuk kali keduanya batu keras yang tersisa sampai sebagiannya hancur menjadi pasir. Saat itu, Rasulullah ﷺ bersabda, "Allahu akbar aku diberi tanah Persia, demi Allah saat ini aku bisa melihat istana Madain yang bercat putih." "Bismillah, ... sambil mengucapkan itu Rasulullah ﷺ menghantam sisa terakhir batu itu sampai hancur menjadi pasir. Beliau pun bersabda, "Allahu akbar! aku diberi kunci-kunci Yaman. Demi Allah dari tempatku ini aku bisa melihat pintu pintu gerbang Shan'a." Di kemudian hari, setelah Rasulullah ﷺ wafat semua negeri yang beliau sebut itu takluk dalam pelukan Islam. Saat menggali Rasulullah ﷺ mengganjal perut beliau dengan 2 buah batu untuk menahan lapar. Para sahabat yang lain pun melakukan hal yang sama. Melihat ini Jabir bin Abdullah meminta izin kepada Rasulullah ﷺ untuk pulang sebentar. Sampai di rumah Jabar bertanya kepada istrinya. "Aku tidak akan membiarkan Rasulullah ﷺ kelaparan. Apakah kamu mempunyai sesuatu? "Ya aku punya gandum dan seekor anak kambing." Kemudian Jabir memasak daging kambing dalam priuk dan memasukkan tepung gandum ke dalam pembakaran roti. Setelah itu ia menemui Rasulullah ﷺ dan berkata, "Ya Rasulullah aku ada sedikit makanan. Datanglah engkau bersama seorang atau dua orang sahabatmu." Rasulullah ﷺ bertanya, " berapa banyakkah makanan itu?" Jabir menyebutkan jumlah makanannya yang sedikit itu. Rasulullah ﷺ bersabda, "Itu cukup banyak dan baik. Katakanlah kepada istrimu jangan diangkat masakan itu dari atas tungku dan jangan mengeluarkan roti dari bahan bakarnya, sebelum aku datang ke sana," Kemudian Rasulullah ﷺ memanggil para sahabat Anshar dan Muhajirin. "Wahai para penggali parit mari kita datang, sesungguhnya Jabir memasak makanan besar. Mendengar itu, Jabir sampai mengangakan mulut. Bagaimana makanan sedikit itu cukup buat seluruh orang? Ternyata makanan itu cukup untuk membuat semua orang kenyang, bahkan masih tersisa. Pada saat lain, Rasulullah ﷺ juga membagikan setangkup kurma kepada begitu banyak orang. *_Bersambung_*.Bagian 113.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 113* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Serangan Gencar* Dalam penggalian itu orang-orang munafik menunjukkan rasa enggan, mereka sengaja menampakkan diri seperti orang lesu dan tidak memiliki kemampuan. Banyak yang diam-diam melarikan diri ke rumah masing-masing. Sementara setiap Sahabat Muslim pasti meminta izin kepada Rasulullah ﷺ jika mempunyai suatu keperluan. Kemudian setelah selesai kembali lagi bekerja pada penggalian. Parit telah selesai digali, ketika pasukan musyrik datang. Melihat jumlah musuh sebesar itu orang-orang munafik dan mereka yang lemah jiwanya seketika menggigil ketakutan. Mereka langsung berprasangka buruk kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan rasulnya sampai mereka berkata dalam hati, "Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan rasul-nya tidak menjanjikan kepada kami selain tipu daya." Pasukan musyrik terkejut sekali ketika melihat ada parit yang terlalu lebar di depannya untuk diseberangi. Ini perbuatan orang pengecut! Jadi mereka sambil berputar-putar mencari rongga parit yang sempit untuk dilompati, Amarah mereka menggelegak bukan main. Belum pernah dalam sejarah peperangan orang Arab melakukan strategi seaneh ini. Sambil tersenyum, pasukan muslim mewaspadai gerakan musuh. Dengan tangkas mereka menghujani anak panah, lawan yang mencoba mendekati parit. Kemudian muncul sekelompok penunggang kuda Quraisy yang tangguh. Mereka adalah Amir bin Abdul Wudd, Ikrimah Bin Abu Jahal, Dhirar bin Khattab dan lain-lain. Dengan nekat mereka terjun ke parit dan berhasil sampai ke seberang. Namun Ali bin Abi Thalib dan beberapa orang muslim mengepung tempat itu. Melihat Ali bin Abi Thalib, Amir bin Abdu Wudd yang pemberani, menantang duel. Ali pun menghadapinya. Mereka berputar-putar dan suara denting pedang beradu demikian kerasnya, masing-masing memekik nyaring ketika mereka saling menebas dan menangkis. Ali bin Abi Thalib berhasil merobohkan musuhnya. Kaum muslimin yang lain berhasil mendesak para prajurit Quraisy ke tepi parit sehingga mereka mundur tunggang langgang. Ikrimah bin Abu Jahal sampai meninggalkan tombaknya melihat serangan ganas para prajurit muslim. Ketika dalam keadaan segenting seperti itu, lagi-lagi kaum muslimin dikhianati. *Pengkhianatan Yahudi* Ketika Rasulullah ﷺ berhijrah ke Madinah ada tiga kelompok Yahudi di kota itu, mereka adalah: Bani Qainuqa, Bani Nadhir dan Bani Quraizhah. Namun, akibat ulahnya sendiri Bani Qainuqa dan Bani Nadhir terusir dari Madinah. Kepada pemimpin Bani Quraizhah inilah Huyay bin Khattab pemimpin Bani Nadhir datang menghasut. Kaab bin Asad Al Quraizhy pemimpin Bani Quraizhah akhirnya membukakan pintu bentengnya setelah Huyay menggedor berkali-kali. "Kaab, aku datang bersama Quraisy dan Ghatafan berikut para pemimpin mereka. Semuanya sudah berjanji kepadaku untuk tidak pulang sebelum dapat membinasakan Muhammad dan para pengikutnya." Mendengar kata-kata Huyay, Kaab menjawab, "Celakalah engkau Huyya! Tinggalkan aku dari urusanku! Aku tidak melihat diri Muhammad melainkan sosok orang yang jujur dan menepati janji!" Namun Huyay terus membujuk-membujuk dan membujuk sampai akhirnya Kaab pun setuju untuk mengkhianati kaum muslimin. Mulailah Bani Quraizhah mengincar benteng tempat kaum wanita dan anak-anak Muslim berlindung yang dijaga Hasan bin Tsabit. Shaffiyah binti Abdul Muthalib Bibi Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan adik perempuan Hamzah melihat ada seorang laki-laki Yahudi datang mengendap-ngendap mengelilingi benteng, Shafiyyah segera memberi tahu Hasan bin Tsabit, "Wahai Hasan, lihat ada orang Yahudi mengelilingi benteng ini. Demi Allah aku khawatir ia akan menunjukkan titik lemah benteng ini kepada pasukannya Yahudi padahal Rasulullah ﷺ dan para sahabat sedang bertempur di garis depan. Hampiri orang itu dan bunuh dia!" "Engkau tahu sendiri bahwa aku bukanlah orang yang mahir dalam bunuh membunuh," jawab Hasan Shaffiyah yang gagah berani itu mengambil sepotong tiang dan memukul orang Yahudi itu sampai mati. Karena tindakannya ini, kaum Yahudi tidak berani terang-terangan menyerang benteng yang mereka kira dijaga dengan kuat. Apa yang akan dilakukan Rasulullah ﷺ dan para sahabat, ketika mengetahui bahwa Bani Quraizhah berniat menikam dari belakang? Orang Yahudi adalah pedagang dan ilmuwan yang jauh lebih unggul dari Anshor yang terdiri atas Aus dan Khazraj. Namun, ketika melihat pemeluk Islam meningkat pesat, orang Yahudi khawatir mereka akan kalah dalam perdagangan dan pengetahuan. Kemudian mereka menolak kerasulan Muhammad ﷺ dan mentertawakan ajaran beliau. *_Bersambung_*.Bagian 114.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 114* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Kaum Muslimin Sangat Terkejut* Tentu saja Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya terkejut setelah mendengar Yahudi Bani Quraizhah telah membelot ke pihak musuh. Ini berarti pasukan muslim yang jumlahnya jauh lebih sedikit itu harus membagi pasukan dalam dua kelompok pertempuran. Keadaan ini benar-benar memberatkan. Rasulullah ﷺ mengutus Saad bin Muadz pemimpin suku Aus yang pernah menjadi sekutu sekaligus pelindung bani Quraizhah ditemani Sa'ad bin Ubadah pemimpin suku Khazraj dan beberapa orang sahabat Rasulullah ﷺ meminta mereka mengecek keadaan bani Quraizhah. Para sahabat itu kemudian pergi menemui bani Quraizhah yang telah mengurung diri dalam benteng mereka. Saad bin Muadz mencoba mengingatkan perjanjian damai yang berisi saling bantu antara kaum muslimin dan bani Quraizhah. "Antara kami dan Muhammad tidak ada ikatan apa-apa dan tidak ada perjanjian apa-apa," jawab bani Quraizhah kepada Saad bin Muadz Saad berusaha menyadarkan bani Quraizhah terhadap risiko yang akan mereka hadapi karena membelot dari perjanjian dengan kaum muslimin. Saad meminta mereka agar tetap mau menjadi sekutu dengan segala kejujuran sebagaimana pada masa-masa lalu dan tetap menjaga hak kedua belah pihak agar tidak mengecewakan Rasulullah ﷺ pada saat-saat sulit seperti ini. Namun jawaban bani Quraizhah sangat kasar dan menghina. Saad bin Muadz marah sekali sampai terjadi perang mulut antara Saad bin Muadz dan bani Quraizhah. Akhirnya Saad dan para sahabat yang lain pulang dengan hati kesal. "Biarkan mereka menentang dirimu, sebab jika dilayani hanya akan menambah ramai pertengkaran antara kita dan mereka," hibur Sa'ad bin Ubadah kepada Saad bin Muadz. Saad bin Muadz menemui Rasulullah ﷺ dan melapor, "Ya Rasulullah, mereka telah melanggar perjanjian sebagaimana dulu dilakukan suku Adhal dan Qarah." Mendengar itu Rasulullah ﷺ bersabda, "Allahu akbar, Bergembiralah wahai kaum muslimin!" Saad masuk Islam pada usia 31 tahun. Pada usia 37 tahun Ia pergi menemui Syahidnya. Hari-hari keislaman sampai wafatnya diisi semua dengan karya-karya gemilang dalam berbakti kepada Allah dan rasulnya. *Suara Kaum Munafik* Kata-kata hiburan Rasulullah ﷺ yang penuh semangat itu tidak ditanggapi dengan baik oleh orang-orang munafik dan mereka yang lemah Iman. Memang benar, keadaan seperti itu membuat hampir seluruh sahabat dilanda kecemasan. Alquran melukiskan bahwa keadaan kaum muslimin waktu itu sedang diuji dengan guncangan yang amat dahsyat sampai-sampai tidak tetap lagi penglihatan mereka. Terasa sesak naik sampai ke tenggorokan dan mereka menyangka bermacam-macam terhadap Allah. Akan tetapi bagaimanapun keadaannya orang yang imannya kuat tidak beranjak dari sisi Rasulullah ﷺ. Berbeda halnya dengan orang-orang munafik. Mereka berkata, "Muhammad berjanji kepada kita semua bahwa suatu saat kita akan merebut kekayaan Kaisar Persia dan Romawi. Nyatanya? Hari ini saja tidak seorang pun dari kita merasa aman, bahkan untuk sekedar pergi ke jamban." Suara-suara Sumbang yang lain juga terdengar, "Muhammad rumah kami saat ini sedang kosong tak berpenghuni. Ijinkanlah kami keluar dari barisan tempur untuk pulang ke rumah masing-masing karena rumah kami terletak di luar Madinah." Para sahabat setia menjadi marah, "Mereka sungguh-sungguh penghianat. Ya Rasulullah, ijinkanlah kami memenggal leher-leher mereka!" Rasulullah ﷺ tidak ingin memaksa seseorang untuk bertempur. Beliau mengijinkan orang-orang lemah iman itu untuk pulang, biarlah hanya orang-orang yang mampu menghadapi bahaya dan benar-benar menginginkan mati syahid saja yang tetap bertahan di barisan pasukan. Orang-orang lemah iman justru akan menularkan rasa takutnya kepada banyak orang. Dan penilaian Rasulullah ﷺ ini tepat sekali. Setelah perginya orang-orang pengecut, barisan tempur yang tersisa justru semakin bulat tekadnya untuk bertempur dan berjuang. Rasulullah ﷺ menyampaikan wahyu Allah bahwa, jika orang melarikan diri dari kematian, seandainya pun bisa hanya akan mengecap kesenangan dunia sebentar saja. Tak layak seorang lari dari bencana, padahal bencana itu datang atas izin Allah dan Allah-lah yang satu-satunya sumber pertolongan dan perlindungan. *Pasukan Quraisy Mulai Putus Asa* Rasulullah ﷺ merancang suatu strategi baru. Beliau ingin menawarkan kepada pasukan Ghathafan sepertiga hasil perkebunan Madinah jika mereka mau kembali pulang. Tidak ragu lagi. Orang Ghathafan pasti akan menyambut baik dan jika mereka pulang pasukan musuh yang tersisa tinggal 4 ribu prajurit Quraisy. Rasulullah ﷺ meminta pendapat terlebih dahulu kepada Saad bin Muadz dan Sa'ad bin Ubadah sebagai pemimpin penduduk asli Madinah. "Ya Rasulullah Jika Allah yang memerintahkan kami pasti tunduk dan patuh" demikian jawab keduanya, "namun jika ini pendapat Tuan kami tidak sependapat. Dulu orang Ghathafan tak pernah merasakan kurma Madinah, kecuali dengan membeli atau sedang diundang jamuan padahal waktu itu kami semua masih musyrik. Lalu mengapa kini setelah Allah memuliakan kami dengan Islam kami harus menyerahkan harta kami seperti itu? Demi Allah kami tidak akan memberikan sesuatu kepada mereka kecuali tebasan Pedang." Rasulullah ﷺ mengangguk setuju, "ini memang pendapatku sendiri sebab aku melihat orang-orang Arab menyerang kita dengan panah." Pertempuran dilanjutkan, Rasulullah ﷺ memerintahkan agar prajuritnya tidak menampakkan diri kecuali dengan berbaju besi lengkap. Namun Saad bin Mu'adz terkena panah hingga menembus urat tangannya. Saat itu ia hanya mengenakan baju besi yang pendek. Doa Saad pada waktu itu adalah, "Ya Allah Sesungguhnya engkau tahu bahwa aku amat mencintai Jihad melawan orang-orang yang mendustakan Rasulullah dan mengusirnya. Ya Allah, jika engkau masih menyisakan sedikit peperangan melawan orang-orang Quraisy, berikanlah sisa kehidupan kepadaku agar aku bisa memerangi mereka karena Engkau semata." Nah pada suatu malam pasukan Quraisy yang sudah hampir kehilangan akal untuk menerobos parit mencoba kembali menyeberangi parit dengan pasukan berkuda pimpinan Ikrimah bin Abu Jahal. Pasukan muslim menebarkan hujan panah. Dalam gelap Rasulullah ﷺ berhasil memanah Ikrimah sehingga pasukan musuh terperosok dan kembali mundur. Abu Sufyan mengirim surat kepada Rasulullah ﷺ yang isinya menuduh Rasulullah ﷺ sebagai pengecut, Abu Sufyan menantang muslimin untuk bertempur di lapangan terbuka. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tersenyum dan membalas surat itu. Isinya mengatakan bahwa dalam waktu dekat ini beliau memang akan keluar menemui mereka untuk mengikis habis berhala-berhala Quraisy di Mekah. Pada hari-hari ini kesabaran memang menjadi senjata terampuh untuk meraih kemenangan. *_Bersambung_*.Bagian 115.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 115* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Rasulullah Mengutus Nu'aim bin Mas'ud* Bersabar bukan berarti berdiam diri. Rasulullah ﷺ memanggil Nu'aim bin Mas'ud yang baru saja masuk Islam dan hal itu tidak diketahui oleh musuh. Pada masa jahiliyah Nu'aim sangat erat bersahabat dengan bani Quraizhah dan Ghathafan. "Ya Rasulullah, sesungguhnya kaum saya tidak mengetahui keislaman saya. Karena itulah silahkan kalau mau berbuat apa saja yang engkau inginkan terhadap diri saya," kata Nu'aim. Rosululloh ﷺ menjelaskan rencananya kepada Nu'aim, setelah itu Rasulullah ﷺ bersabda, "Laksanakanlah rencana ini, Nu'aim karena suatu pertempuran itu memang penuh tipu daya." Apa yang dilakukan Rasulullah ﷺ adalah strategi yang luar biasa untuk memecah-belah musuh. Atas perintah Rasulullah ﷺ, Nu'aim pergi menemui bani Quraizhah. Nu'aim berkata, "Kalian semua telah tahu betapa aku sangat mencintai kalian," "Kami memang tidak menaruh curiga sama sekali kepada-mu," jawab bani Quraizhah. Nu'aim melanjutkan, "Sebenarnya orang-orang Quraisy dan Ghathafan tidak sama dengan kalian sebab ini adalah negeri kalian. Di sini lah kalian menyimpan harta dan istri-istri kalian. Sementara itu harta dan istri-istri orang Quraisy serta kekuatan ada di tempat masing-masing. Lagipula pengepungan sudah berjalan terlalu lama. Orang Quraisy dan Ghathafan mulai kehabisan bekal. Kuda-kuda dan unta-unta mereka sudah semakin kurus karena rumput di sekitar Madinah telah menggundul. Sebentar lagi mereka akan pulang, sementara kalian akan ditinggalkan sendiri untuk menghadapi Muhammad dan pengikutnya. Mengapa kalian sampai hati menghianati Muhammad? Bukankah kalian mengetahui bahwa Muhammad itu sangat jujur dan setia? Ia pasti akan membela kalian jika kalian dalam kesulitan seperti yang tertera dalam perjanjian di antara kalian dan Muhammad. Jika pasukan al-Ahzab datang posisi kalian akan terjepit. Yang pasti kalian tidak akan mampu menghadapi Muhammad dan para pengikutnya, jika kalian dan mereka saling berhadapan langsung." "Apa yang harus kami lakukan?" tanya orang Yahudi itu bingung. "Minta sandera dari pihak Quraisy dan Ghathafan. Dengan demikian keduanya tidak akan pulang melainkan bertempur bersama kalian. Janganlah kalian mau disuruh menyerang sebelum sandera-sandera dari pihak Ahzab ada di tangan kalian," jawab Nu'aim bin Mashud. Bani Quraizhah menyetujui usul yang menurut mereka sangat baik ini. *Musuh Terpecah Belah* Kemudian secara diam-diam Nuaim melanjutkan visinya, ia pergi ke perkemahan bani Ghathafan yang juga sahabatnya. Kepada mereka Nuaim berkata, "Sebenarnya bani Quraizhah merasa menyesal telah memusuhi Muhammad. Mereka enggan meneruskan pertempuran di pihak kalian. Hati-hati, mereka akan berpura-pura meminta sandera kepada kalian, padahal sandera itu akan diserahkan kepada Muhammad, agar Muhammad memaafkan perbuatan mereka." Mendengar itu para pemimpin Ghathafan dan Quraisy jadi ragu-ragu terhadap bani Quraizhah. Abu Sufyan pun menulis surat kepada Kaab pemimpin bani Quraizhah. "Kami sudah cukup lama tinggal di tempat ini dan mengepung Muhammad. Menurut hemat kami, besok kalian harus sudah menyerbu Muhammad dari belakang dan kami akan menyusul." "Besok hari Sabtu," tulis Kaab. "Pada hari Sabtu kami tidak dapat berperang atau bekerja apa pun." "Cari hari Sabtu lain saja sebagai pengganti Sabtu besok," geram Abu Sufyan dalam surat balasannya. "Sebab besok Muhammad sudah harus diserbu. Kalau kami sudah mulai menyerang Muhammad sedang kamu tidak turut serta dengan kami, persekutuan kita dengan sendirinya bubar dan kamulah yang akan kami serbu lebih dahulu sebelum Muhammad!" Bani Quraizhah tidak berani melanggar pantangan pada hari Sabtu. Mereka mengulangi jawaban itu dengan tambahan bahwa ada golongan mereka yang dapat kemurkaan Tuhan karena telah melanggar hari Sabtu, sehingga berubah menjadi monyet dan babi. Kemudian bani Quraizhah malah meminta sandera dari pihak Ahzab untuk ditahan di benteng mereka agar yakin bahwa orang Quraisy dan Ghathafan tidak akan pergi begitu saja. Mendengar itu, yakinlah pasukan Ahzab bahwa apa yang dikatakan Nu'aim benar. Keraguan besar segera melanda pasukan Ahzab. Jika bani Quraizhah tidak menyerang dari belakang, mereka terpaksa harus menyerang dari depan melalui parit. Padahal parit itu tidak akan diseberangi dengan cara bagaimanapun. Karena orang Quraisy menolak menyerahkan sandera. Yakinlah bani Quraizhah bahwa mereka akan ditinggalkan. *_Bersambung_*.Bagian 116.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 116* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Topan* Selama perang Ahzab yang mencekam itu tak henti-hentinya Rasulullah ﷺ berdoa siang dan malam merendahkan diri kepada Allah memohon agar pasukan Ahzab dikalahkan dan diguncangkan. Pada suatu malam, angin topan mengamuk melanda Madinah dan sekitarnya. Kaum muslimin segera berlindung dibalik pagar pertahanan. Rasa dingin begitu menusuk tulang. Pada saat itu, Rasulullah ﷺ berseru mengalahkan deru angin, "Adakah orang yang bersedia mencari berita musuh dan melaporkannya kepada ku, mudah-mudahan Allah menjadikannya bersamaku pada hari kiamat!" Semua sahabat terdiam. Rasulullah ﷺ mengulangi seruannya sampai tiga kali, Namun semua sahabat dicekam dahsyatnya topan. Rasulullah ﷺ pun berseru, "Bangkitlah wahai Hudzaifah, carilah berita dan laporkan kepadaku!" Hudzaifah bangkit dan mendengarkan pesan Rasulullah ﷺ, "Berangkatlah mencari berita musuh dan janganlah engkau melakukan tindakan apa pun." Hudzaifah berangkat dengan membawa panah. Ia berjalan dengan susah payah melawan angin. Hudzaifah menuturkan sendiri pengalamannya. Aku berjalan seperti orang yang sedang dicengkeram kematian, hingga tiba di markas musuh. Kulihat Abu Sufyan sedang menghangatkan punggungnya di perapian. Aku segera memasang anak panah pada busur ku, namun aku teringat pesan Rasulullah ﷺ, "Janganlah engkau melakukan tindakan apapun!" Kalau aku panah pasti akan kena pahanya. Pada saat itu, angin dan tentara Allah sudah mengobrak-abrik musuh, menerbangkan kuali, memadamkan api, dan menumbangkan perkemahan. Abu Sufyan bangkit dan berkata, "Wahai kaum Quraisy setiap orang hendaknya melihat siapa teman duduknya." Aku segera memegang tangan orang yang berada di sampingku lalu bertanya, "Siapakah Anda?" Dia menjawab, "Fulan bin Fulan" Selanjutnya Abu Sufyan berkata, "Wahai orang-orang Quraisy! Demi Allah. Sesungguhnya kalian tidak tinggal di tempat yang layak. Kuda unta dan ternak kita banyak yang mati. Bani Quraizhah telah mengkhianati janjinya kepada kita. Badai ini membuat peralatan dapur kita kocar-kacir, tidak dapat menyalakan api, dan tidak satu tenda pun yang berdiri tegak. Oleh karena itu, pulanglah kalian. Aku sendiri juga akan pulang." *Bergerak ke Bani Quraizhah* Hudzaifah pulang dengan bersusah payah dan melaporkan apa yang dilihatnya kepada Rasulullah ﷺ. Beliau menyelimuti Hudzaifah dengan kain yang biasa digunakan untuk sholat. Hudzaifah pun tertidur sampai pagi. Kemudian, sambil bergurau. Rasulullah ﷺ membangunkan Hudzaifah. "Bangun, wahai tukang tidur!" Kaum muslimin memandang tempat yang baru saja beberapa jam lalu dipenuhi ribuan musuh bersenjata lengkap itu, kini kosong, kecuali serpihan tenda dan peralatan lain yang berserakan di sana-sini. Berakhirlah Perang Khandaq pada tahun kelima Hijriah. Ketika semuanya telah terpana. Rasulullah ﷺ bersabda, "Segala puji bagi Allah. Dialah yang telah menolong hambanya dan memberi kekuatan kepada tentaranya. Dialah yang mengalahkan pasukan Ahzab dengan dirinya sendiri. Orang-orang Quraisy tidak akan pernah lagi menyerang ke sini. Sebaliknya, kita yang akan memerangi mereka. Kalian yang akan memasuki Mekah, lalu menghancurkan patung patung nya." Kaum muslimin bertakbir. Mereka kembali ke rumah masing-masing dengan diliputi rasa syukur dan bangga dengan kemenangan ini. Mereka telah melewati cobaan yang teramat berat. Sejak saat itu mereka yakin dakwah mereka akan menjadi ajaran baru yang dihormati dan di tunggu-tunggu kedatangannya. Namun masih ada persoalan yang menggantung dengan bani Quraizhah. Rasulullah ﷺ memerintahkan kaum muslimin melakukan sholat Ashar di depan perkampungan bani Quraizhah. Dengan ketaatan yang mengagumkan, kaum muslimin yang sudah sangat lelah dalam perang Ahzab itu mengikuti perintah tersebut. Rasulullah ﷺ memberikan bendera kepada Ali bin Abi Tholib. Namun, begitu Ali tiba di depan benteng bani Quraizhah, ia mendengar orang-orang Yahudi mencaci-maki Nabi Muhammad ﷺ dan hendak mencemarkan nama istri-istri beliau. Rasulullah ﷺ segera menampakkan diri dan mendadak semua cacian itu berhenti. "Wahai golongan kera, Allah sudah menghinakan kamu, bukan? Allah sudah menurunkan murkanya kepada kamu sekalian bukan?" Demikian seru Rasulullah ﷺ. Kaum muslimin mengepung bani Quraizhah selama 25 hari terus menerus. *_Bersambung_*.Bagian 117.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 117* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Keputusan Saad Bin Muadz* Setelah dikepung sekian lama, bani Quraizhah mengirim utusan. Mereka ingin kepungan dihentikan agar mereka bisa pergi seperti bani Qainuqa dan bani Nadhir. Namun Rasulullah ﷺ menolaknya sebab pengkhianatan bani Quraizhah jauh lebih berbahaya daripada kedua suku Yahudi itu. Akhirnya bani Quraizhah pun menyerah tanpa syarat. Rasulullah ﷺ setuju untuk mengangkat Saad bin Muadz sebagai Hakim untuk menjatuhkan hukuman kepada bani Quraizhah. Tindakan Rasulullah ﷺ ini sangat adil dan murah hati karena Saad bin Muadz dan suku Aus yang dipimpinnya dulu bersahabat dengan bani Quraizhah seperti halnya persahabatan Khazraj dengan bani Qainuqa. Bani Quraizhah sendiri menyambut gembira keputusan itu, Baik kaum muslimin maupun bani Quraizhah menyatakan rela atas keputusan yang akan diambil Saad bin Muadz. Pada saat itu Saad masih berada di kemah seorang tabib wanita yang dengan sukarela mengobati para prajurit muslim yang terluka. Saad dinaikkan ke atas unta dengan tangan terbalut dan menuju ke perkampungan bani Quraizhah. Dengan tenang Saad memikirkan apa yang akan diputuskannya. Saad teringat betapa baiknya perlakuan Rasulullah ﷺ kepada orang Yahudi, beliau senantiasa mengingatkan para sahabatnya agar berbuat baik kepada mereka. Namun kebaikan itu dibalas Yahudi dengan tipu daya, kelicikan, kerusakan ekonomi dan penyebaran desas-desus untuk menjatuhkan Rasulullah ﷺ. Jika bani Quraizhah dimaafkan dan dilepaskan mereka akan berlaku seperti halnya bani Nadhir dan bani Qainuqa, yang terus melancarkan permusuhan. Bukankah kedatangan pasukan Ahzab akibat hasutan Huyay bin Akhtab, pemimpin bani Nadhir? Jika tidak datang pertolongan Allah kemungkinan besar kaum muslimin dari wanita hingga anak-anak akan musnah dibantai oleh musuh. Di hadapan kaum muslimin dan orang Yahudi Saad bin Muadz berkata, "Aku memutuskan untuk membunuh kaum pria bani Quraizhah, membagi harta benda mereka serta menawan anak-anak dan kaum wanitanya." Hukuman itu pun dilaksanakan. Setelah itu kaum Muslimin kembali ke Madinah dalam keadaan yang amat disegani oleh seluruh suku yang ada di Jazirah Arab sampai ke pelosok Jazirah. *Perintah Berjilbab* Islam adalah agama yang sangat menghormati kaum wanita. Sebelum Rasulullah ﷺ diutus, kebanyakan hubungan kaum wanita dengan kaum laki-laki tidak lebih baik dari hubungan antara hewan betina dengan hewan jantan. Di Arab dan beberapa tempat lain, kaum wanita biasa mempertontonkan diri untuk memamerkan kecantikan dengan berbagai perhiasannya kepada orang-orang lain selain suaminya. Wanita-wanita seperti itu biasa bertukar pandang dan saling melontarkan kata-kata pujian yang manis kepada kaum lelaki. Wahyu yang dibawa Rasulullah ﷺ mengatur hubungan antara wanita dan pria menjadi hubungan yang saling membantu sebagai sesama saudara dengan penuh kasih sayang. Hak dan kewajiban wanita serta laki-laki sama. Hanya saja, dengan cara yang sopan, laki-laki diberi kelebihan dalam beberapa hal. Peristiwa diganggunya wanita muslimah oleh orang Yahudi dan munafik membuat Rasulullah ﷺ berpikir sungguh-sungguh untuk mencegahnya. Seandainya para Muslimah menutup auratnya, tentu mereka akan lebih dikenal dan terjaga. Rasulullah ﷺ sendiri telah lebih dahulu memberi contoh dengan memerintahkan istri-istrinya mengenakan hijab (tabir) jika ada tamu yang datang ke rumah beliau. Dalam keadaan ini, turunlah firman Allah, وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. Surah Al-Ahzab (33:58) يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Surah Al-Ahzab (33:59) لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْمُرْجِفُونَ فِي الْمَدِينَةِ لَنُغْرِيَنَّكَ بِهِمْ ثُمَّ لَا يُجَاوِرُونَكَ فِيهَا إِلَّا قَلِيلًا Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar, Surah Al-Ahzab (33:60) مَلْعُونِينَ ۖ أَيْنَمَا ثُقِفُوا أُخِذُوا وَقُتِّلُوا تَقْتِيلًا dalam keadaan terlaknat. Di mana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya. Surah Al-Ahzab (33:61) سُنَّةَ اللَّهِ فِي الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلُ ۖ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلًا Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum(mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah. Surah Al-Ahzab (33:62) *_Bersambung_*.Bagian 118.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 118* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد Setelah itu, turunlah Perintah agar kaum muslimah mengenakan jilbab yang menutup dada, قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Surah An-Nur (24:30) وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ ۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ ۚ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." Surah An-Nur (24:31) Jilbab artinya pakaian longgar menutup aurat wanita kecuali wajah dan telapak tangan. Kerudung berarti tudung yang menuntup kepala, leher, dan dada wanita. Hijab adalah tabir atau dinding penutup. Purdah adalah pakaian luar atau tirai berjahit. Cadar adalah penutup wajah sehingga mata saja yang tampak. Islam mewajibkan jilbab dan kerudung. Hijab hukumnya Sunnah, Purdah atau cadar serta sarung tangan tidak diwajibkan. *Merindukan Mekkah* Dalam tahun-tahun pertama di Madinah itu, beberapa muslimah Muhajirin pun sudah melahirkan. Di antaranya adalah putri Rasulullah ﷺ, Fatimah az-Zahra putra pertama Fatimah bernama Hasan dan yang kedua bernama Husein. Rosulullah ﷺ sangat senang bermain dengan kedua cucunya itu. Suatu ketika, Rasulullah ﷺ memandangi dalam-dalam Hasan dan Husain yang sedang berlarian di hadapannya. Anak-anak ini lahir di perantauan, sama sekali belum mengenal Mekah, tanah air mereka. Hasan mengejar Husein yang bersembunyi di dalam kamar. sambil berteriak kegirangan, Husein kabur dan melompat ke punggung kakeknya. Fatimah hendak mencegah perbuatan itu, namun Rasulullah ﷺ mengisyaratkan agar mereka dibiarkan. Fatimah yang sangat dekat dengan ayahnya itu segera menangkap isyarat lain di mata Rasulullah ﷺ. "Mengapa ayah tampak berduka?" tanya Fatimah lembut. "Bukankah Ayah baru saja membuat kemenangan yang belum pernah dilakukan Suku Arab mana pun dengan mengalahkan pasukan Ahzab dan bani Quraizhah? atau Ayah kini sedang teringat kepada almarhumah Ibuku, Khadijah?" Rasulullah ﷺ hanya menjawab dengan linangan air mata yang bergulir di kedua pipi beliau. Fatimah tahu yang paling baik ialah membiarkan ayahnya tercinta bermain dengan cucu-cucu sampai dukanya hilang. Bersama suaminya, Ali bin Abi Thalib, Fatimah menarik kesimpulan bahwa duka Rasulullah ﷺ adalah akibat kerinduan beliau kepada Mekah, tanah air kaum Muhajirin. apalagi, saat itu adalah bulan Dzulhijjah, saat musim haji akan segera tiba. Akhirnya, Ali bin Abi Thalib dan Fatimah pun larut dalam kedukaan itu. mereka terkenang negeri tempat mereka dibesarkan. Bagaimanakah keadaan Mekah kini setelah mereka tinggal kan? Walau kebun-kebun hijau Madinah menyejukkan hati, hamparan kota putih Mekkah, juga selalu terindukan siang malam. Semua kaum Muhajirin sangat rindu untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah. Sebagai penduduk Mekah, mereka jugalah pemilik Rumah Tua Ka'bah yang diberkati. Kini, Quraisy merintangi kaum muslimin pergi berhaji. Itu benar-benar tidak adil, karena siapa pun bisa berhaji ke Mekah. Dari dahulu, pihak-pihak yang bermusuhan selalu bisa saling bertemu dengan damai di Mekah dalam bulan haji. *_Bersambung_*.Bagian 119.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 119* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Berhaji* Rasulullah ﷺ mengumumkan bahwa tahun itu kaum muslimin akan berangkat haji ke Mekah. Maka berangkatlah Rasulullah ﷺ beserta 1400 orang muslim. Semuanya mengenakan pakaian ihram untuk menunjukkan bahwa mereka berniat beribadah, bukan berperang. Selain pedang di pinggang, tidak ada lagi senjata yang mereka bawa. Kaum muslimin juga membawa 70 unta yang akan disembelih selesai berhaji. Istri Rasulullah ﷺ yang terundi mengikuti perjalanan ini adalah ummu Salamah. Namun orang-orang Quraisy sangat khawatir mendengar keberangkatan ini. "Ini pasti tipu muslihat Muhammad agar bisa menyerang kita," seru para pemimpin Mekah. Maka orang-orang Quraisy mengutus Khalid bin Walid beserta 200 orang pasukan berkuda untuk menghalangi kaum muslimin. Sementara itu di daerah Usfan, Rasulullah ﷺ dan rombongannya bertemu dengan seseorang dari bani Kaab. Rasulullah ﷺ Bertanya kepadanya tentang keadaan Mekah. "Mereka sudah mendengar tentang perjalanan Tuan ini!" sahut orang itu. "Lalu mereka berangkat dengan mengenakan pakaian kulit harimau. Mereka bersumpah bahwa mereka akan menghalangi perjalanan Tuan." "Oh, kasihan orang Quraisy," kata Rasulullah ﷺ. "Mereka sudah lumpuh karena peperangan. Apa salahnya kalau mereka membiarkan kami? Kalau aku sampai binasa, itu yang mereka harapkan." Kalau Allah memberiku kemenangan mereka akan berbondong-bondong masuk Islam. Tetapi mereka pasti akan berperang saat mereka punya kekuatan. Aku akan terus berjuang sampai Allah memberi kemenangan atau leherku ini terpenggal. Untuk menunjukkan bahwa mereka tidak ingin berperang. Rasulullah ﷺ meminta seorang Pandu untuk memimpin di jalan sulit berliku di pegunungan untuk menghindari pasukan Khalid bin Walid yang sudah menunggu di daerah Kira Al Ghamim. Rombongan itu berhasil melewati pasukan berkuda musuh dan berhenti di Hudaibiyah. "Ya Rasulullah di lembah ini tidak ada air, tidak cocok untuk tempat berhenti," ujar seorang sahabat Rasulullah ﷺ mengambil anak panah dan menancapkannya ke dasar sebuah sumur kering. Ketika ditarik memancarlah air yang tiada habisnya. *Saling Tukar Utusan* Kedua pihak kini saling memikirkan langkah selanjutnya. Orang Quraisy sudah siap berperang namun mereka mengirim dulu Budail bin Warko dan beberapa orang ke perkemahan kaum muslimin. Tujuan Budail untuk berunding sekaligus mengetahui kekuatan lawan. Rasulullah ﷺ bersabda kepada Budail, "Sesungguhnya kami datang bukan untuk memerangi seseorang, tetapi untuk melakukan haji. Rupanya orang-orang Quraisy sudah buta akibat peperangan. Jika mereka menghendaki damai dan membiarkan kami berhaji berarti mereka masih punya nyali. Tetapi jika mereka menghendaki perang maka demi Allah aku pasti akan melayani mereka sampai aku menang atau Allah menentukan lain," "Akan kusampaikan perkataanmu ini kepada mereka," kata Budail. Namun orang Quraisy belum puas. Mereka mengirim Hulais bin Al Qamah. Melihat kedatangan Hulais dari jauh, Rasulullah ﷺ bersabda, "itu adalah Hulais, Dia berasal dari kaum yang sangat menghormati hewan kurban. Lepaskanlah hewan-hewan kurban kita. Melihat banyaknya hewan kurban Hulais terharu, "Tidak selayaknya orang-orang Quraisy menghalangi mereka memasuki Masjidil Haram." Hulais kembali dan Mengatakan agar kaum muslimin tidak dihalangi, orang-orang Quraisy marah kepada Hulais. kemudian mereka mengirim Urwah bin Mas'ud sebagai utusan ketiga. Urwah pun bertemu Rasulullah ﷺ yang memegangi janggut, sambil bicara. Namun setiap kali itu pula Al Mughiroh, salah seorang sahabat Rasulullah ﷺ menepis tangannya. Padahal sebelum masuk Islam Al Mughiroh sering dilindungi Urwah. Kecintaan Al-Mughirah kepada Rasulullah ﷺ membuatnya tidak bisa membiarkan Urwah menyentuh beliau walau hanya sesaat. Setelah jelas mengetahui maksud kedatangan Rasulullah ﷺ, Urwah pun kembali. "Wahai saudaraku Quraisy," demikian kata Urwah, "Aku pernah menemui Kaisar dari kisra. Demi Allah tidak pernah kulihat seorang raja yang diperlakukan para sahabat seperti Muhammad, mengagungkannya. Setiap kali Muhammad berwudhu para sahabat berebut menyediakan airnya. Setiap ada helai rambut Muhammad jatuh mereka akan mengambilnya dan aku tidak akan diserahkan kepada orang lain walau harus mati. Terimalah tawaran Muhammad." *_Bersambung_*.Bagian 120.
*KISAH RASULULLAH ﷺ*
*Bagian 120* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد *Ikrar Ridhwan* Orang-orang Quraisy masih belum mau menerima kedatangan Rasulullah ﷺ dan kaum muslimin. Kini Rasulullah yang mengirim utusan. Semula beliau memerintahkan Umar bin Khattab. Namun Umar berkata, "Saya khawatir orang Quraisy akan menindak saya, mengingat di Mekkah tidak ada pihak Bani Adi yang akan melindungi saya. Quraisy sudah cukup mengetahui permusuhan saya dan tindakan tegas saya kepada mereka. Saya ingin menyarankan orang yang lebih baik daripada saya yaitu Utsman bin Affan." Maka Rasulullah ﷺ mengutus menantunya Utsman bin Affan. Tugas Usman adalah berusaha meyakinkan bahwa kaum muslimin benar-benar berniat melaksanakan Haji. Usman pun memasuki Mekah di bawah perlindungan (jiwar) Aban bin Said. Melihat Usman para pemimpin Quraisy berkata, "Utsman, kalau tidak mau berthawaf di Ka'bah berthawaflah." "Aku tidak akan melakukannya sebelum Rasulullah berthawaf," jawab Usman. Kedatangan kami kemari hanya untuk berziarah ke rumah suci dan memuliakannya. Kami ingin menunaikan kewajiban ibadah di tempat ini. Kami telah datang membawa binatang kurban setelah disembelih kami pun akan kembali pulang dengan damai." "Tapi kami telah bersumpah bahwa kalian tidak boleh masuk ke Mekkah tahun ini," sanggah seorang Pembesar Quraisy. Terjadilah perdebatan seru yang alot tidak ada yang mau mengalah, masing-masing melontarkan argumen. Akibatnya lama sekali Utsman bin Affan tidak kembali. Kaum muslimin pun sudah sangat gelisah. Mereka takut Utsman dibunuh secara licik. Maka Rasulullah ﷺ mengumpulkan para sahabatnya di bawah sebatang pohon. Mereka semua bersumpah setia untuk tidak meninggalkan tempat itu sebelum membalas kematian Utsman bin Affan, kemudian disebut baiat Ridwan. Allah menurunkan firman-nya لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). Surah Al-Fath (48:18) *Perjanjian Hudaibiyah* Alangkah leganya kaum muslimin ketika tidak lama sesudah itu, Utsman bin Affan kembali ke perkemahan dalam keadaan selamat. Sungguh pun begitu ikrar Ridhwan tetap berlaku sebagai tanda kesetiaan dan kekompakan umat Islam. Rasulullah ﷺ bahagia sekali dengan kekompakan umatnya sebab terlihat jelas eratnya hubungan kasih sayang sesama mereka. Selain itu nyata sekali terlihat bahwa kaum muslimin sangat besar keberaniannya. Mereka bersedia menghadapi maut tanpa ragu-ragu lagi. Utsman bin Affan berhasil meyakinkan orang Quraisy bahwa kaum muslimin benar-benar ingin berhaji. Namun, karena Quraisy sudah mengirim Khalid bin Walid dengan membawa Panji perang, Mereka takut orang akan mengatakan bahwa mereka adalah penakut jika mengizinkan kaum muslimin memasuki Mekah. Maka perundingan pun berlanjut terus. Kali ini Suhail bin Amr menjadi juru runding Quraisy. Setelah lama berunding, akhirnya disepakati beberapa hal penting berikut: ~ Rasulullah ﷺ harus pulang tahun ini dan bisa berhaji tahun depan. Saat itu kaum muslimin tidak boleh membawa senjata kecuali pedang yang disarungkan. Orang Quraisy tidak boleh menghalangi dengan cara apa pun. ~ Gencatan senjata selama 10 tahun tidak boleh ada yang menyerang pihak mana pun. ~ Selama 10 tahun itu, barang siapa yang ingin bergabung dengan kaum muslimin dipersilahkan. Begitu juga yang ingin bergabung dengan Quraisy. Jika ada suku yang telah menggabungkan diri diserang oleh pihak yang lain itu berarti perang. ~ Siapa pun orang Quraisy yang bergabung kepada Rasulullah ﷺ tanpa izin walinya maka ia harus dikembalikan. Sementara itu siapa pun dari pihak Rasulullah ﷺ yang bergabung dengan Quraisy tidak boleh dikembalikan lagi. Perjanjian ini kemudian dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah, terjadi pada tahun ke-6 Hijriyah atau 628 masehi. Setelah perjanjian ini, Bani Khuzaah langsung bergabung dengan Rasulullah ﷺ. Sementara itu lawannya, Bani Bakr bergabung dengan pihak Quraisy. *_Bersambung_*.
Jumlah Pengunjung
Silahkan dibagikan Kisah Rasulullah ini kepada saudara2 kita yg lain, semoga siapapun yg membagikan Kisah ini insyaallah akan dituliskan amal jariyah yang berlipat ganda oleh Allah SWT
Aamiin....
Barakallah fikum.
"Barangsiapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun..."HR.MUSLIM"